Apakah Prabowo akan larut dengan gaya kepemimpinan Jokowi yang membuat index korupsi memburuk. Tanya teman. Hasil survey OCCRP memang hanya menempatkan Jokowi dalam nominasi pemimpin terkorup di dunia. Namun menurut Panel juri OCCRP, Jokowi belum cukup syarat menjadi pemimpin terkorup di dunia. Pilihan Panel jatuh kepada Bashar Al Ashaad dari Suriah. Dari tahun 2016 sampai tahun 2025 pemimpin yang jatuh karena korupsi adalah Islandia, Kirgistan, Brasil, Montenegro, Korea Selatan, Pakistan, Zimbabwe, Afrika Selatan, Slowakia, Peru, dan Mauritius, Suriah.
Sementara Presiden yang jatuh reputasinya karena skandal korupsi adalah Italia, Rumania, Republik Ceko, Ukraina, Lithuania, Montenegro, Malaysia, Indonesia, Sri Lanka, Kolombia, Venezuela, Uruguay, dan tentu saja, AS. Kisah-kisah mereka semua memiliki kesamaan. Serangkaian kisah yang biasa terjadi, seperti penggelapan pajak, manipulasi kontrak, nepotisme, dukungan keuangan asing ilegal, penggunaan dana publik secara ilegal untuk keuntungan pribadi, menutupi kejahatan keuangan dan kejahatan terkait, serta pembelian suara.
Yang lebih menarik adalah fenomena response publik. Terjadi memobilisasi massa dengan cara yang tak terduga. Misalnya, di Korea Selatan, keterlibatan pemuda dalam masyarakat sipil dalam mendorong perubahan di tengah krisis korupsi; sekitar dua juta orang muncul di Seoul untuk menuntut pengunduran diri Presiden. Di Islandia, tekanan publik meningkat dengan cara yang sama, yang menyebabkan pengunduran diri Perdana Menterinya. Yang terbaru, di Slovakia, pemerintah yang tampaknya aman hancur karena kemarahan atas pembunuhan seorang jurnalis dan pacarnya.
Mengingat dampak korupsi sangat buruk terhadap masyarakat kelas menengah dan lebih buruk lagi bagi kelas bawah. Bagaimana sampai akhirnya kesabaran rakyat itu habis ? Pertama, pada setiap terjadi skandal yang melibatkan oligarki, presiden terkesan lemah memitigasi resiko politik. Kedua. Rakyat merasa pemerintah sudah mencurangi demokrasi dengan politik populis yang membuat negara terus berhutang. Ketiga, berita korupsi terus datang tiada henti lewat media massa dan dibahas terus menerus oleh public. Keadaan ini membuat rakyat frustrasi ditengah kehidupan yang semakin sulit.
Saya yakin, Prabowo pemimpin yang cerdas. Dia bukan hanya militer yang kenyang pengalaman tempur lapangan. Tetapi dia juga jenderal yang intelek. Gemar membaca dan kaya akan literasi. Dia pasti memperhatikan tren tersebut dan mengambil sikap proaktif terhadap korupsi. Sebagai Tindakan preventif, Menteri Keuangan langsung dibawahnya. Pengesahan anggaran bukan lagi umum. Tapi Prabowo masuk sampai ke level 9 anggaran. Jadi sangat detil. Dia tahu, the devil's on the details. Dari sana dia bisa penggal anggaran cukup besar terutama belanja pegawai.
Dia juga berkomitmen untuk mengevaluasi Project Strategis Nasional yang menjadi sumber tingginya ICOR dan konflik agrarian yang ditimbulkan. Dia juga membentuk Badan Pengendalian Pembangunan dan Investigasi Khusus (BPPIK) yang bertugas memonitor semua program dan proyek yang dibiayai APBN. BPPIK beda dengan BPKP dan BPK. BPPK lebih besifat khusus terhadap birokrasi seperti Governance, Risk and Compliance dalam menegement modern.
Prabowo punya modal politik besar untuk bersikap seperti Presiden Tiongkok, Turki, dan Filipina, yang cukup berhasil menggunakan sikap antikorups nya untuk mendapatkan dukungan domestik dan dengan demikian mengkonsolidasikan kekuasaan dan legitimasi. Penggunaan retorika “antikorupsi” oleh Xi Jinping dan Erdogan merupakan pengingat bahwa kepentingan publik akan rasa keadilan bisa meningkatkan trust presiden. Bahkan lebih solid trust nya. Walaupun ekonomi Turki tidak baik baik saja, namun Rakyat bisa menerima. Dan bersabar.
Era sosial media dimana informasi tersebar luas. Rakyat tahu kok. Sejarah mencatat korupsi telah menghancurkan banyak negara dan lembaga. Mesir kuno hancur karena korupsi, Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) yang berdiri pada 1602 gulung tikar pada 1799 karena korupsi, bahkan Kekaisaran Romawi yang perkasa pun binasa karena korupsi. Dinasti Ottoman juga bubar karena wabah korupsi. Unisoviet bubar karena korupsi para elite partai komunis.
Euforia rakyat bukan lagi sekedar Bansos atau subsidi. Era itu sudah lewat. Artinya tingkat kepercayaan dan kepuasan rakyat lebih kepada rasa keadilan. Itulah yang selama ini abai. Tren citra presiden kini diukur dari keberanian presiden menghukum mati koruptor atau merampas asset koruptor dan memiskinkannya. Bertindak tegas kepada aparat hukum yang lemah menerapkan hukum dan bahkan merperdagangkannya. Mengapa ? karena rakyat cinta NKRI. Mereka tidak ingin negeri bubar. Kecintaan itulah mendorong rakyat selalu menantikan pemimpin yang berani melawan korupsi. Benci kepada presiden yang lemah terhadap oligarki.
Sikap tegas Prabowo terhadap skandal adanya Pagar bamboo di laut yang diatasnya ada sertifikat HGB dan SHM, jauh lebih bernilai citranya daripada meresmikan Jalan Toll, bendungan atau proyek IKN. Tapi kalau gagal menuntaskan nya. Apalagi tidak mampu menyeret actor intelektualnya. Ya program MSB akan sia sia saja kalau itu tujuannya untuk meningkatkan value politik populis. Dalam keadaan ekonomi serba tidak pasti. Hiburlah rakyat dengan hadirnya rasa keadilan. Hanya itu penyemangat bagi rakyat, bahwa mereka masih punya “ hope”