Program hilirisasi pertanian yang didukung oleh kebijakan perdagangan dan pembukaan akses pasar secara masif dapat menjadi kunci bagi peningkatan ekspor produk olahan pertanian. Strategi ini diharapkan menjadi salah satu terobosan signifikan (game changer) dalam transformasi perdagangan ke depan guna mencapai pertumbuhan ekonomi Indonesia yang lebih tinggi. Itu saya salin begitu saja berita dari Kementrian perdagangan. Niat sudah bagus. Visi hebat. Namun untuk mencapai hilirisasi harus ditempuh pra syarat sebagai berikut.
Pertama. Pemerintah harus mengubah mindset pertanian. Bukan hanya sekedar memenuhi kebutuhan hidup bagi petani. Tetapi sudah mindset industry. Artinya orientasinya adalah nilai tambah. Tidak lagi menjual gabah tetapi beras. Tidak lagi menjual biji cacao tetapi produk olahan coklat. Tidak lagi jual jahe mentah tetapi produk olahan jahe seperti beer ginger ale. Jadi segera reformasi tata niaga pertanian. Jangan ada lagi rente. Kalau masih rente, engga ada orang mau bangun pabrik agro.
Kedua. Pemerintah harus bangun pusat logistic yang dilengkapi dengan Gudang ( warehouse ) dan pusat treatment processing produk pertanian sebelum diolah di pabrik. Ya harus ada Good Handling Practices (GHP) yang sesuai dengan standar. Kalau engga, mana mungkin pabrik olahan mau berdiri. Karena tidak ada jaminan kualitas dan kontinyuitas.
Ketiga. Adanya dukungan Supply chain financial. Sehingga petani dan pabrik pengolahan mendapat jaminan likuiditas dalam system Supply chain linked business ( SCLB ). Kalau SCF dan SCLB tersedia, maka bukan hanya pasar tersedia, likuiditas juga tersedia. Ini akan mendorong tumbuh nya industry pengolahan pertanian yang akan bertindak sebagai market undertaker petani.
Keempat. Pemerintah harus membangun portal marketplace secara ecommerce untuk pemasaran local maupun international. Sehingga memotong mata rantai distribusi dan efisien. Untuk itu, pemeritah harus bangun stockist di pusat logistic di daerah bebas bea. Sehingga memudahkan pasar mengakses dan delivery bisa cepat. Karena hilirisasi tanpa dukungan delivery yang cepat tidak akan bisa bersaing di pasar global.
Kelima. Proteksi pasar domestic. Saat sekarang kita merupakan negara pengimpor tepung ikan terbesar di dunia. Jadi prioritas bangun pabrik pengolahan tepung ikan di pusat produksi ikan di Indonesia. Setelah tu larang impor tepung ikan. Kita masih impor cangkang kapsul. Buat pabrik pengolahan cangkang kapsul dari rumput laut. Larang impor cangkang kapsul.
Sekarang kita masih impor tepung cacao untuk industry minuman dan makanan. Setahun hampir ¼ juta ton. Larang ekspor mentah. Buka pabrik olahan powder cacao yang bisa menjamin pasokan ke Industri minuman dan makanan. Kita masih impor jahe terutama ginger powder untuk pabrik pengolahan makanan dan minuman. Bangun pabrik pengolahan ginger powder di pusat produksi pertanian jahe. Larang ekspor jahe mentah. Larang impor ginger powder.
Kira kita begitu. Masih banyak lagi contoh produk pertanian dan perikanan yang jadi linked produk bagi industry dalam negeri. Ada ribuan jenis linked product pertanian. Namun karena selama ini impor yang dapat manfaat nilai tambah adalah petani luar negeri.
Keenam. Bangun pusat informasi peluang pasar dan bisnis hilirisasi produk pertanian disetiap provinsi. Juga sediakan team penyuluh professional yang menguasai product knowledge untuk membina petani dan pengusaha kecil agar bisa memanfaatkan peluang dan potensi sumber daya yang ada di daerah.
Kalau benar benar program hilirisasi pertanian ini digerakan secara serius, ekonomi kita akan secure karena market domestic mendukung dan potensi SDA sangat besar. Mari songsong masa depan dengan berani. Kerja keras dan cerdas tentunya. Semoga.
No comments:
Post a Comment