Sedang duduk santai di cafe. Kebetulan di sebalah table saya ada keributan kecil. Seorang wanita berdiri depan table sepasang pria dan wanita. Dia berbicara dengan nada dingin namun menekan. Terdengar, dia mempertanyakan kesetiaan pria itu sebagai suaminya. Oh baru tahu saya, ternyata pria itu suaminya yang sedang bersama selingkuhannya. Pria itu dengan nada marah mendorong wanita itu dan segera ke kasir bayar bill. Berlalu besama selingkuhannya. Saya lihat wanita itu pucat. Dia berusaha memegang ujung kursi untuk menahan tubuhnya.
Saya segera berdiri dan mendekatinya. “ Apa ibu baik baik saja.” Kata saya ramah. Dia mengangguk. Wajahnya tetap pucat. Saya sarankan dia duduk. Saya panggil waitress untuk sediakan teh manis untuk wanita itu. “ Minumalah barang seteguk. “ Kata saya saat teh manis tersedia. Dia mengangguk. Tidak begitu lama,dia bisa tersenyum.“ Maaf, udah merepotkan.” Katanya. Saya mengangguk dan tersenyum.
Saya punya dua anak perempuan yang sedang tumbuh remaja. Pusing saya kalau memikirkan kelakuan suami. Bagaimana saya bahagia kalau terus dibayangi hal buruk terhadap kedua anak saya. Katanya kemudian. Kamu bisa bahagia bukan karena anak atau suami. Tetapi karena sikap kamu sendiri. Dan untuk bahagia, tidak perlu rumit. Sederhana saja. Sabar.
Apakah ada batasnya kesabaran itu? Kalau ada, bagaimana saya bisa tahu batasnya? Katanya dengan tatapan kosong. Saya katakan. Kesabaran adalah menanggung kesulitan tanpa mengeluh atau marah. Dan itu tentu tidak akan bisa kita lakukan tanpa ada ketenangan pikiran. Pikiran yang tenang adalah jiwa yang tenang. Ia bisa melihat dari tabir kegelapan, yang orang lain tidak bisa lihat. Dari sana batinnya tahu akan ada masanya semua akan berbuah indah.
Awalnya kehidupan kami baik baik saja. Tetapi sejak suami saya kena PHK dan terjun berwiraswasta. Lambat laun dia berubah. Apalagi boss nya yang modalin dia adalah wanita. Saya tidak lagi dipandang sebalah mata. Bagaimana saya bisa tahan ? Saya harus menghindari ketidak nyamanan itu. Cerai! Saya katakan bahwa kita tidak bisa menghindari ketidaknyamanan. Karena kita bertumbuh dewasa dari ketidak nyamanan itu. Jadi pertanyaannya bukan bagaimana cara menghindari tetapi cara menghadapi dan melaluinya. Balik lagi kepada sikap sabar.
Apakah saya harus bersabar dengan sikap suami saya yang selingkuh. Tanyanya. Kamu tidak punya pilihan kecuali kamu memang tidak lagi mencintai suami kamu. Kata saya. Dan itu soal lain. Apapun bisa jadi alasan. Itu human being. Mengapa ? Bukankah dia tidak lagi setia? Untuk apa lagi dipertahankan. Kesetiaan pria tidak seperti persepsi wanita. Dimana pria tidak boleh berbagi perhatian kepada wanita lain. Tidak begitu.
Bagi pria, cinta itu bukan soal sex. Karena tidak sulit dia dapatkan sex hebat di luar rumah. Cinta itu bukan karena masakan istri lezat. Dia bisa dapatkan makanan terlezat di luar rumah. Jadi apa cinta itu bagi pria.? Cinta bagi pria adalah rindu rumah untuk dia pulang. Dan itu adalah istrinya di rumah. Ketika sampai di rumah. Pria sudah terperangkap dengan cintanya. Dia akan utuh sebagai pria yang patut dicintai. Kalau kamu tidak pahami ini, pria akan mencari tempat lain untuk dia pulang. Itu human being.
Mengapa ? karena dalam diri suami itu ada sifat animal. Semua pria begitu. Dia ditakdirkan harus punya kemampuan survival di tengah ketidak ramahan hidup. Dia tidak akan cerita bagaimana dia direndahkan di luar rumah. Kadang dia berhutang tanpa diketahui istri dan anak nya. Kadang dia harus berdrama dengan teman temannya , termasuk wanita agar dia punya ruang untuk dapatkan rezeki. Bagi dia, uang bukan sekedar memberi nafkah tetapi juga rasa hormat dihadapan istrinya.
Apa mungkin saya juga selingkuh, Kan bukan hanya pria bisa. Katanya. Itu juga soal pilihan, kata saya. Tapi harus ingat. Selingkuh tidak membuat wanita nyaman di rumah dan akan selalu gelisah. Karena dalam diri wanita tidak ada sifat animal. Beda dengan pria yang memang ada sifat animal. Cuek aja. Sifat ketuhanan lebih dominan pada wanita. Apa itu? Kasih. Dia ditakdirkan harus berkorban nyawa demi lahirnya anak manusia dan terus berkorban sepanjang usia. Pengorbanan itu adalah kasih. Makanya kalau wanita selingkuh pasti akan paradox.
Apakah bapak minta saya membenarkan sikap suami saya.? Ini bukan soal sikap suami kamu. Saya sedang bicara tentang sikap kamu. Kalau kamu tidak pahami dimensi sabar sebagai istri, sebenarnya kamu tidak pernah mencintai suami kamu. Kamu hanya mencintai diri kamu sendiri. Sampai kapanpun kamu tidak akan bahagia dan tidak akan menemukan kelengkapan. Pria yang satu ranjang dengan kamu itu adalah pria akhir zaman yang sampai mati dia tidak akan pernah jadi malaikat, apalagi jadi Nabi. Dia terdiam dan akhirnya permisi pulang.
Seminggu kemudian saya dapat SMS. “ Saya suaminya Aya. Terimakasih pak udah mendamaikan kembali rumah tangga kami. istri saya berubah setelan ketemu bapak. Dan saya juga akan berubah jadi suami yang baik. Doakan terus kami ya pak.” Saya senyum aja.
No comments:
Post a Comment