« Menurut saya keajaiban dunia itu adalah 1 Melihat, 2. Mendengar. 3. Menyentuh. 4. Selera. 5. Merasakan. 6. Tertawa dan 7. Mencintai. Dapatkan dibayangkan kehidupan tanpa tujuh itu. ? « Jawab sang murid. Ruangan kelas sunyi senyap. « Karena hal yang sangat bernilai dalam hidup ini dan ajaib , tidak bisa dibangun dengan tangan atau dibeli oleh manusia. Dia abadi menyatu dalam jiwa manusia. Ini keajaiban yang tak boleh satu detikpun kita lupakan sebagai ujud rasa syukur kepada sang pencipta kita.
Memang banyak orang begitu bangga dengan segala yang mampu dibuat dan dibelinya didunia ini namun itu semua tidak ada yang abadi. Apakah arti keindahan dunia , wanita cantik, gedung megah dan tahta berjenjang bila kita tidak bisa melihat ? Apakah arti hidup ini bila kita tidak bisa mendengar indahnya burung berkicau dipagi hari. Tak bisa mendenar suara penyanyi mendayu diringi oleh alat musik. Tak bisa merasakan gejolak kehangatan persahabatan melalui sentuhan jabatan tangan dan pelukan. Tak bisa menikmati rasa manis , asam, pahit, asin hingga tak ada lagi hidangan lezat. Tak bisa merasakan ceria dan empati kepada orang lain. Tak mampu tertawa menyalurkan letupan bahagia dan kelucuan. Dan tak bisa mencintai, hingga kesepian didunia ini. Bayangkanlah ! apabila ketujuh keajaiban dalam hidup kita itu diambil oleh Allah.
Tapi keadilan Allah berlaku bagi semua. Baik kaya maupun miskin, bodoh maupun pintar, Dibarat mapun ditimur, semua manusia mendapatkan ketujuh nikmat itu sebagai anugerah terindah dari Allah. Acapkali kita bersua dengan orang yang cacat, tak bisa melihat karena buta, tak bisa mendengar karena tuli. Atau melihat orang sakit yang tak bisa merasakan apapun. Melihat orang lain yang kesepian karena kehilangan cinta. Setiap hari kita menyaksikan kekurangan orang lain dan dengan itulah Allah berdialogh dengan kita. Tidak ada yang diharapkan Allah dari kita kecuali rasa syukur dalam bentuk perbuatan yang sesuai apa yang Allah mau.
Yang mebuat manusia lupa bersyukur kepada Allah tidak lebih karena nafsunya menunggangi nikmat pemberian Allah itu. Dengan ketujuh pemberiaan Allah itu, kita merasa akan hidup selama lamanya dan lupa akan esensi tujuan hidup didunia sebagai jembatan menuju kehidupan yang abadi setelah kematian. Ketika tujuan sudah terkaburkan maka hubungan kita kepada Allah hanya satu bentuk cara kita berniaga kepada Allah. Syirik sosial. Solat karena hasrat masuk sorga. Berdoa karena hasrat meminta. Bersedekah karena hasrat dapat berkah harta. Cinta kepada Allah pun bersyarat, layaknya kapitalisme. Nothng to free, Padahal andai kita dihidupan tujuh kali didunia ini, tak akan mampu membayar ketujuh nikmat yang telah Allah berikan.
Menaklukan nafsu bukanlah menghindari nafsu tapi mengelolanya dengan baik sesuai tuntunan hadith dan al Quran. Puncak dari rasa sukur itu tak lain adalah Ikhlas untuk berbuat karena Allah. Maka kemakmuran , kedamaian akan terjadi kini dan disini…