Monday, September 18, 2023

Hukum lumpuh.

 




Pablo Escobar, putra seorang petani dan guru sekolah, memulai kehidupan kriminalnya saat masih remaja. Menurut beberapa laporan, skema ilegal pertamanya adalah menjual ijazah palsu. Dia kemudian melakukan pemalsuan rapor sebelum menyelundupkan peralatan stereo dan mencuri batu nisan untuk dijual kembali. Escobar juga mencuri mobil, dan karena kasus inilah yang dia dipenjara pertamanya, pada tahun 1974. Tak lama kemudian, ia menjadi penyelundup narkoba yang mapan, dan pada pertengahan tahun 1970-an ia membantu mendirikan organisasi kejahatan yang kemudian berkembang menjadi kartel Medellín .


Seorang Escobar,  akhirnya menjadi orang terkaya di dunia dari bisnis narkoba. Diperkirakan net asset nya mencapai USD 25 miliar saat itu. Marketnya hanya 1% dalam negeri. Sisanya dia ekspor ke Manca negara dan terbesar ke Eropa dan AS. Setiap minggu nilai ekspornya mencapai USD 440 juta. Dengan laba 400%. Itu lebih besar dari ekspor Migas kita. Fenomena seorang Escobar, tidak bisa dilepaskan oleh sistem politik dan kekuasaan Kolumbia yang hampir semua level bisa disuap. Semua lembaga demokrasi lumpuh dan hipokrit. Begitu sibuknya para elite berbagi dan bertransaksi kue kekuasaan, sehingga mereka lupa tugasnya mensejahterahkan rakyat.  


Saat itulah Escobar tampil di panggung politik seperti Robinhood. Dia membangun rumah sakit, stadion, dan perumahan bagi masyarakat miskin. Dia bahkan mensponsori tim sepak bola lokal. Popularitasnya di mata banyak orang Kolombia ditunjukkan ketika ia terpilih menjadi anggota Kongres negara itu pada tahun 1982. Sayangnya, anggota kartel dia sendiri tidak happy dengan karir politiknya. Sampai mereka membayar Menteri kehakiman melakukan investigasi.. Karena itu Escobar mengundurkan diri. Hanya dua tahun anggota kongres. Tapi setelah itu Menteri Kehakiman dibunuhnya.


Aparat keamanan dan peradilan bertekad menghabisi Escobar. Itu bukan karena penegakan hukum. Tetapi AS membayar lebih besar dari apa yang dibayar oleh Escobar kepada Elite Politik Columbia.  Maklum yang paling menderita akibat bisnis narkoba Escobar adalah AS sendiri. Escobar punya segala galanya, tetapi sebagai swasta dia tidak punya akses politik international. Dan politik hanyalah milik elite penguasa. Tapi Escobar percaya bahwa hukum yang rapuh telah membuat rakyat juga muak dengan kekuasaan. Terutama kepada aparat polisi. hakim, jaksa dan tentara yang bergelimang harta dari suap dan transaksi ilegal.


Escobar cerdas. Dia memberikan hadiah bagi rakyat yang bisa membunuh Polisi atau Tentara. Upah satu kepala aparat USD 100- USD 3000. Tergantung tinggi pangkatnya. Apa yang terjadi kemudian? ribuan polisi dan tentara mati ditangan rakyat sendiri.  Kalau akhirnya perang melawan Narkoba atau gank kartel Medellín  bisa dikalahkan, itu bukan karena aparat Kolumbia hebat. Tetapi peran team FDA dan CIA yang dominan dalam operasi pemberantasan. Praktis Aparat polisi hanya jadi penonton saja terhadap aksis team FDA. 


Dari kisah Escobar kita tahu bahwa bila  hukum tidak berpihak lagi kepada keadilan dan aparat bisa disuap atau dibeli, disaat itulah eksistensi negara dengan mesin pemerintahannya lumpuh. Praktis legitimasi negara hanya ada pada simbol istana presiden dan gedung parlement serta gedung pengadilan. Yang menentukan adalah asing  atau pemodal. 



Tuesday, September 05, 2023

Dewasa bersikap

 




Hanya dengan ayah dan ibu anda tidak pernah transksional. Tapi dengan orang lain, bahkan dengan keluarga sedarah pun tidak mungkin anda dapatkan ketulusan seperti dengan  kedua orang tua. Artinya Anda tidak bisa memaksa orang lain mengikuti hubungan relasi dengan standar moral  anda. Mengapa ? Hubungan kemitraan dan pertemanan pastilah transaksional. Take and give yang terus terjadi tanpa jeda. 


Kalau salah satu timpang, hubungan relasi pasti  bubar atau hambar. Jangan pula sakit hati. Biasa saja. Engg usah pula diumbar ke publik. Saat anda mengatakan orang lain salah atau buruk atau kianat, itu semakin mempermalukan anda. Bahwa anda memang tidak qualifed dalam hubungan relasi. Mengapa ? Ya kalau anda hebat kan engga mungkin dilepas orang atau orang walk away dari anda. 


Anies itu bukan capres yang punya hak legitimasi mencalonkan diri sebagai presiden. Yang punya hak mencalonkan adalah partai. Nah dalam hal capres, Anies diusung oleh tiga partai agar cukup presidential threshold. Yang deal itu bukan Anies. Tapi partai. Artinya, sekuat apapun keinginan anies mau jadikan AHY sabagai cawapres, itu useless. Janji apapun dari anies kepada AHY dan SBY, itu tidak penting. Anies itu poweless. Seharusnya PD bisa memaklumi situasi ini untuk bersikap proporsional terhadap Anies.


Selama sekian bulan hubungan koalisi PD, Nasdem, PKS memang sangat rentan.  Nasdem sebagai pengusung Anies sabagai capres siap uang walau tidak cukup. Nasdem berharap bukan hanya elektabilitas tapi juga dana kontribusi PKS dan PD. Nah tentu yang sumbang dana berhak jatah CaWapres. PKS sudah nyerah. Bokek. Tinggal PD yang berharap agar AHY sebagai cawapres. Duit ada engga? Yang pasti ada hanya janji yang belum mampu ditunaikan. Waktu terus berjalan, dan janji itu hanya tinggal janji.  Sehingga terpaksa partai Nasdem menjual anies kepada pihak lain. Kebetulan penyandang dana itu inginkan Cak Imin sabagai cawapres berpasangan dengan anies. Ya politic follow money.


PKS juga tetap bertahan dalam koalisi dengan Nasdem, walau cawapres dari PKB bukan chemistry  PKS. Itu karena memang tidak ada tempat lain untuk berlabuh. Sementara konstituen PKS sudah terlanjur cinta dengan Anies. Karenanya PKS tidak ada urusan dengan Pilpres. PkS hanya jadikan Anies untuk naikan Elektabilitas partai pada pileg. Beda dengan PD yang punya agenda untuk cawapres. Kalau PKS bertahan bukan berati tidak toleran dengan PD tapi ini soal kepentingan hubungan relasi yang harus dikelolanya.  Jadi udahan dech baper soal hubungan relasi. Selagi anda lemah, ya jangan ngeluh dijadikan keset kaki atau dibuang ke tong sampah. Biasa saja. Makanya kuatlah ! kalau engga, dewasalah!


Friday, August 25, 2023

Ketulusan..

 


Aku mengenalnya di situasi tidak direncanakan. Kali pertama  bertemu di Kereta dari pejalanan Hong Kong- Shenzhen. Aku beranikan diri menegurnya karena dia sedang membaca novel berhasa inggris. Aku memang seperti orang linglung di China tanpa bisa bahasa mandarin. Ada orang China yang kutemui sedang membaca novel berbahasa inggris. itu seperti musafir yang kehausan menemukan oase di tengan gurun. Setidaknya aku bisa berkomunikasi dan kalau bisa berteman dengan dia. Ini berkah bagi sang kelana sepertiku di negeri orang. itulah yang patut kamu ketahui kekonyolanku saat kali pertama menginjakan kaki di China tahun 2004.


Setelah bertemu di Kereta, aku lupa tanya nomor telpnya dan dia pun tidak minta nomor telp ku. Tapi berselang sebulan kemudian, Tuhan pertemukan aku lagi dengan dia di sebuah cafe di kawasan central Hong Kong. Sejak itu kami jadi akrab. Aku tahu namanya Wenny. Dia bekerja pada perusahaan investasi di Shanghai. Wanita bersuami dan ibu dari satu anak. Apa peduliku dengan statusnya. Aku hanya butuh dia menjadi tongkatku selama awal awal berbisnis di China. Karena aku tidak punya sedara atau kenalan yang bisa menuntunku dalam hijrah ini. 


Selama dia membantuku, aku selalu membayarnya. Tidak gaji tapi setiap dia mengenalkan networking untuk melancarkan bisnisku, pasti setelah itu aku serahkan amplop uang untuk dia. Tapi dia terus menolak pemberianku. Akupun maklum. Tapi sebenarnya bagiku itu sinyal agar aku harus lebih waspada. Mengapa? wanita kadang cerdas dan hebat menaklukan pria. Mereka bisa saja bersabar sampai mereka menguasai potensi pria dan akhirnya menguasai hati pria untuk ditaklukan. Aku datang ke China tidak untuk jadi pecundang. Aku sangat hati hati menjaga hubunganku dengan dia. Terutama aku tidak boleh percaya bahwa dia tulus.


Setelah setahun di China aku belum juga berhasil ekspor. Bisnis maklon menghadapi kendala. Terutama dari segi pabrikan  dan keharusan menyediakan sample barang sebelum teken kontrak dengan buyer. Uang bekal yang gua bawa dari jakarta sudah habis. Aku tidak tahu kemana harus minta tolong. Pulang tidak mungkin. Itu sama saja aku kalah. Entah kenapa aku beranikan berhutang kepada dia. Uang tabungan untuk persiapan  biaya kuliah anaknya ke luar negeri dia serahkan kepadaku. Setelah itu aku bisa berhasil melakukan ekspor dan terus berlanjut. Utang kepada dia aku bayar tak lebih 3 bulan. Tapi dia menolak aku kembalikan uang itu. Dia sempat menangis sebelum pergi. 


2 tahun  berbisnis di China aku sudah sukses mendapatkan laba diatas USD 5 juta. Dan karena kesibukan, aku sudah jarang bertemu dengan dia. Satu saat aku dapat telp dari dia. Bahwa dia sudah bercerai dengan suaminya karena dikejar debt collector. Dia terpaksa berhutang untuk biaya berobat ibunya. Diapun terpaksa berhenti kerja. Aku sempat termenung. Namun alarm mengingatkanku bahwa dia sedang menagih uangnya dan mungkin lebih banyak yang akan dimintanya. Aku harus temui dia. Aku tidak bisa lari.


Aku akan bayar berapapun yang dia minta dan closed file. Aku tidak mau dibebani hutang budi, yang tak mungkin aku beri lebih banyak dari yang dia harapkan. Aku pria beristri dan ayah dari dua anakku. Mereka ikhlaskan aku hijrah untuk berbisnis bukan untuk senang senang. “ Aku tidak minta kamu kasihani aku dan keluar cash menyelesaikan masalahku. Aku sudah senang karena kamu sudah sukses. “ Katanya menolak pemberian uang dariku. Padahal jumlah nya 10 kali dari uang yang pernah aku pinjam dua tahun lalu


“ Aku hanya mengabarkan keadaanku, bahwa aku tidak lagi bisa membantumu. Karena aku akan pulang ke kampung  membawa anakku untuk tinggal bersama ibuku. Setelah itu, aku akan berkerja apa saja di Shanghai untuk membayar utangku. “Kata Wenny. Aku masih beranggapan dia sedang bersiasat menguasai perasaanku. Tapi aku tidak peduli. Ya udah. Karena dia menolak uang dariku, ya aku tidak bisa paksa. Dan tinggalkan dia.


8 bulan kemudian aku hampir melupakannya. Tapi entah mengapa  aku merasa tetap berhutang kepada dia. Aku telp dia dan berjanji besok pagi akan ke Shanghai menemuinya. Dia beri tahu tempat kerjanya. Keesokannya aku dapati dia berkerja sebagai front officer perusahaan travel agent. Dari balik kaca aku lihat dia bekerja. Hampir 1 jam aku dia diam perhatikan dia dari luar. Entah mengapa aku luluh. Tidak nampak sama sekali dia bersiasat dalam hubungannya dengaku. Aku sempat berlinang air mata ketika dia makan siang dibalik loket kasir sambil jongkok. Itu makan siang yang dia bawa dari rumah. Tidak dibelinya.  Dia tidak percaya ketika melihatku sudah di depannya. 


“ B, “ katanya terkejut berusaha berdiri. Aku mengangkat bahunya.” Wen, kita ke Hong Kong sekarang! Kataku tarik tangannya. Dia sempat berpikir berusaha menahan tarikan tanganku. “ Lupakan kerja di sini. Mari ke hong kong. Ikut aku” Kataku.  Dia patuh saja. 


Di Hong Kong aku sewakan apartement dan beri dia modal start up bisnis shadow banking. Aku akan jadi mentor dia. “ B, kamu sahabatku.” Katanya menolak uang dariku untuk melunasi hutangnya. “ Kamu beri aku peluang bisnis dan juga modal, itu  beban yang sangat  berat bagiku. Tanpa nilai persahabatan engga mungkin kamu percaya beri aku modal dan peluang” katanya. “ Aku akan kerja keras di perusahaan yang baru kamu dirikan ini dan dari itulah caraku membayar utang yang aku ciptakan sendiri.” Lanjutnya.


Wenny bekerja keras siang malam. Seperti tidak ada lelahnya. 10 tahun kemudian, bisnisku dengan Wenny berkembang pesat. Bila modal awal tahun 2006 USD 200,000, tahun 2016 sudah menjadi International holding. Wenny jadi CEO. Kini aku benar benar menyesal berprasangka buruk dari awal kepadanya. Tapi mau gimana lagi. Aku harus survival di negeri orang dan itu mengharuskan aku terus waspada. Kalau melihat kejujuran dan loyalitas nya selama ini, membuat aku terus merasa bersalah dan berhutang dengan dia…

Hikmah cerita : Ketulusan itu bukan dengan kata kata tetapi bagaimana kita bersikap dan berbuat tanpa syarat. Ya, melepaskan segala sesuatu yang kita miliki, yang pada waktu bersamaan kita sangat membutuhkannya. Dari Wenny saya belajar tentang ketulusan. Memang tidak mudah..

Saturday, August 05, 2023

Belajar sepanjang masa

 




Saya bersukur. Ibu saya lulusan sekolah Guru Agama dan pernah 3 tahun di ponpes. Jadi sedikit banyak dia paham agama. Saya belajar bahasa arab dan inggris dari ibu saya. Ibu saya sadar bahwa saya disleksia. Tidak bisa menghapal dengan baik.  Dengan kelemahan saya itu, ibu saya mendidik saya. Tidak melalui pelajaran tata bahasa. Tetapi lewat komunikasi langsung. Sehingga dua bahasa itu bisa saya kuasai. Dengan menguasai dua bahasa itu, saya punya kemampuan belajar secara mandiri.


Yang menarik dan sampai kini jadi dasar saya belajar adalah metodelogi belajar yang diajarkan ibu saya. Pertama. Kamu tidak akan pernah memahami ilmu apapun kalau kamu tidak tahu apa manfaatnya. Kedua, kamu tidak akan bisa memanfaatkannya dengan benar kalau kamu tidak paham mengapa ilmu itu ada. Ketiga, jangan pernah puas dengan pengetahuan yang ada. Sudut pandang pada satu hal bisa beragam. Dari keberagaman itu tidak ada satupun yang pasti benar kecuali Tuhan. Atas dasar itulah jangan pernah sombong dengan pengetahuan yang ada.


Pertama kali saya belajar ilmu marketing dan salesmanship usia 21 saat bekerja sebagai salesman di perushaan Asing. Saya dapat training. Dari sana saya tahu Seni menjual. Tahu pentingnya product knowledge, business process. Setelah berhenti kerja dan terjun ke bisnis, pengetahuan tentang product dan business process terus saya pelajari lewat bergami bacaan dan kursus serta ikut dalam seminar international tentang product knowledge. Dari produk mineral tambang, Agro, jasa logistik , migas, kimia dan biokimia, pharmasi, termasuk produk Hitech saya pelajari dengan tekun. 


Saya juga gunakan kesempatan untuk kursus pajak sampai lulus brevet B. Itu penting agar saya bisa mandiri membayar dan menghitung pajak. Saya juga belajar international trade dengan berbagai metode. Dari metode TT sampai LC, dan terus mendalami counter trade. Saya juga belajar ilmu management modern. Saya hanya Tamatan SMA-IPA. Tentu tidak pernah belajar ilmu Ekonomi dan tidak pernah lulus sarjana ekonomi. Tetapi saya bisa lulus terbaik ketika ikut kursus financial engineering yang diadakan lembaga keuangan multilateral. Sehingga saya termasuk segelintir orang pemegang certificate financial engineering di dunia ini.


Agar saya bisa berinteraksi dengan beragam kelas, Etnis, agama , saya belajar ilmu filasafat dan teologi.  Dengan dasar itu saya tahu mengapa perlu ilmu sosiologi, ekonomi, cultural, agama dan psikoanalisa. Sehingga mudah saya belajar ilmu tersebut. Maka pikiran saya terbuka dan karenanya saya bisa diterima oleh semua golongan di dalam dan luar negeri. Dan begitulah saya membangun network international dalam bisnis. Nah proses  belajar itu sejak saya SLTP dan sampai kini. Jadi kalau anda tanya gimana belajarnya atas apa yang saya capai ? Itulah yang saya lalui…engga mudah memang. Dan bukan too Good to Be true …


Thursday, July 27, 2023

Salah niat salah jalan.

 





Kita percaya bahwa sistem demokrasi itu memberikan hak politik pada setiap orang untuk memilih orientasi politik berdasarkan one man one vote. Suara jenderal sama dengan suara prajurit. Suara konglo sama dengan suara pedagang kaki lima. Kita datang ke bilik  suara Pemilu untuk memilih langsung caleg yang akan mewakilli kita di Parlemen dan memilih pemimpin yang akan memimpin kita. Dengan sistem begitu maka setiap caleg dan Presiden/Gubernur / Bupati/Walikota bertanggung jawab langsung kepada kita. Kalau mereka tidak amanah, kita akan hukum dengan tidak memilh mereka lagi. Tamat karir politiknya.


Tapi tahukah anda. Caleg yang kita pilih itu bisa kapan saja diberhentikan oleh Partai ( PAW ). Lantas untuk apa kita pilih langsung kalau toh yang berhak atas anggota legislatif bukan kita tetapi partai. Tahukah anda?. Presiden/Gubernur / Bupati/Walikota yang anda pilih langsung itu, pada akhirnya berkoalisi dengan partai yang tidak anda pilih. Tanpa koalisi mereka engga bisa kerja. Lantas untuk apa kita pilih Presiden/Gubernur / Bupati/Walikota  secara langsung. Kalau toh pada akhirnya mereka kerja atas dasar koalisi partai.


Tahukah anda bahwa kita tidak bisa bebas menentukan pilihan pemimpin atau anggota legislatif.  Karena pilihan itu yang tentukan adalah partai. UU batasi hak kita itu lewat presidential threshold dan parlement threshold. Ibarat menue makanan. Mereka sudah sediakan menue untuk kita. Silahkan pilih. Minta selain daftar menue yang ada, engga ada. Silahkan pergi saja. Kalau suka, ya makan aja. Engga usah protes kalau menue yang kita pilih terlalu asin atau manis. Berani protes dijalanan atau medsos, salah salah bisa masuk bui.


Kita melaksanakan hak politik digerakan oleh mesin partai yang terdiri dari kader dan relawan. Diantara kader dan relawan itu ada elite atau segelintir orang yang mengibarkan bendera dan menabuh gendang lewat media massa dan sosial media.  Apakah mereka memikirkan kita ? tidak. Kalau pesta demokrasi selesai. Yang menikmati lebih dulu adalah para elite. Para kurcaci dapat ampas dan kita rakyat hanya dapat sampah. 


Setiap hari kita disuruh mastur lewat berita dan narasi. Faktanya bila ekonomi menurun, yang kena PHK bukan mereka tetapi rakyat. Harga naik, yang meradang rakyat dan mereka pura pura tidak tahu, Tagihan cicilan tidak terbayar, disita bukan rumah atau motor mereka tapi rakyat. Jadi kalau mau jujur, masalah substansi dalam sistem politik bukan soal demokrasi atau totaliter, atau otokrasi, tetapi adalah niat baik. Setidaknya mereka yang numpang makan dari sistem itu tahu diri. Cobalah tanya diri sendiri. Apakah anda pantas menikmati fasiltas dan gaji dengan kompetensi dan dedikasi yang anda berikan. Jujurlah,  setidaknya pada diri sendiri...Karena jujur itu adalah repleksi cinta bagi semua. Tanpa cinta, tidak ada lagi yang perlu diperjuangkan dalam hidup ini. 


Dan kita sebagai rakyat, tidak usah berharap terlalu banyak kepada politik dan kekuasaan. Lalui sajalah hidup ini dengan iman. Jangan mengejar melangkahi  bayangan. Bekerjalah dengan keras tanpa keluhan. Setiap orang melewati takdirnya. Setiap orang menerima setiap pilihannya. Setiap kebahagiaan bukan karena harta tapi rasa syukurnya. Maka kita akan sampai kepada tujuan sebaik baiknya.







Sunday, July 23, 2023

Dewasa...

 



Kalau beli buku, saya tidak pernah memperhatikan siapa penulisnya. Yang saya perhatikan adalah kata pendahuluan dari tulisan itu. Dari kata pendahuluan itu saya tahu motivasi dia menulis dan apa kerangka berpikir yang dia pakai. Kalau itu menurut saya perlu sebagai pengetahuan ya saya beli buku itu. Tapi ada teman, beli buku karena faktor siapa penulisnya. Sama dengan nonton film karena aktor film. Kalau aktor nya disukai ya tonton. Kalau engga, ya dia engga tonton. Ya dia focus ke cover buku.


Kalau saya beli buku karena suka tidak suka dengan penulisnya. Itu artinya saya bersikap emosional dan personal terhadap orang. Itu pasti tidak objektif. Saya terjebak antara sikap pemuja dan pembenci. Itu ciri khas ketidak mandirian. Hidup bergantung kepada orang lain. Sampai mati tidak akan pernah dewasa dan kalau ada masalah  selalu berharap empati dari orang lain lewat keluhan dan menyalahkan. Saya tidak punya preferensi berlebihan secara personal kepada siapapun. Saya hanya focus kepada masalah substansi saja. Bahwa tidak ada manusia sempurna. Tapi manusia punya akal untuk menentukan piihan. Nah saya memilih jalan rasional bukan emosional.  Apakah orang suka atau tidak suka. itu bukan urusan saya. Karena saya juga belum tentu benar. Yang pasti saya bukan orang baik amat.


Sebagai bayi, kita menangis sepuasnya untuk mendapatkan apa yang kita inginkan. Ketika kita lapar, kita menangis dan ibu kita menyuapi kita. Ketika kita lelah, kita menangis dan kita diayun untuk tidur. Ya, kita menangis untuk mendapatkan apa yang kita inginkan dan itu bekerja dengan sangat baik. Sayangnya, terlalu banyak orang dewasa masih berkelakuan bayi. Sibuk mengeluh dan menyalahkan orang lain. Sepanjang waktu terus seperti bayi. Usia menua tapi kelakuan balita.


Di Hong Kong saya dimenani Wenny makan siang. Saat masuk restoran, saya bertemu Wu. Dia menyalami saya dan  saya balas senyum. Dia minta izin ke tablenya.  “ Wu selalu cerita hal yang buruk tentang kamu. Seakan dia sangat mengenal kamu. Padahal dia bukan siapa siapa. “ Kata Wenny. 


“ Ah biasa saja. Namanya bisnis. Saya juga bukan orang baik amat.” Kata saya tersenyum. 


“ Kamu engga tersinggung? 


“ Bagi saya bisnis itu battlefield. Kita bersahabat dan bermitra lebih dari 10 tahun. Apakah kamu pernah merasakan sikap emosional  saya terhadap kamu, sehingga menghilang sikap rasional saya? “ Kata saya. Wenny menggeleng. “ Nah, kalau saya larut dengan emosional maka kontruksi hubungan kita rapuh. Kapanpun bisa retak dan pecah. Dan terbukti kamu bisa menerima sikap saya. Itu artinya kamu memang dewasa.“


Wenny tersenyum


“ Wu belum beranjak dewasa. Saya tidak berteman dengan balita tetapi dengan orang dewasa. “ Kata saya membalas senyum. 


Perjalanan menempuh usia 60 tahun, mengajarkan banyak hal kepada saya. Secara personal saya tidak pernah membenci siapapun. Juga tidak pernah mengidolakan siapapun kecuali orang tua saya. Saya berusaha menjaga tetap objektif dan proporsional bersikap. Mengapa ? orang lain itu tidak ada kaitannya dengan masalah subtansi yang saya hadapi. Hidup ini bukan antara saya dan anda. Tetapi antara saya  dan Tuhan saja. 


Makanya dalam situasi apapun saya selalu ingat pesan ibu saya. “ Jangan pernah tinggalkan sholat lima waktu. “ Itu artinya ibu saya ingatkan saya bahwa dunia ini, hanya sendagurau belaka. Jangan focus kesana. Itu neraka. Yang ensensi adalah hubungan saya dengan Tuhan. Saya bukan siapa siapa tanpa Tuhan. Cukuplah Tuhan tempat bersandar. Kini saya menua dan saya baik baik saja. Saya punya financial freedom, bukan karena saya super rich  tapi karena saya hidup sederhana. Dipuji tidak melambung, dan dibenci tidak tersungkur. Menjadi tua itu keniscayaan tapi dewasa itu pilihan.

Sunday, July 09, 2023

Cerdas lah..

 




Di dunia ini hanya ada dua jenis manusia. Pecundang dan penakluk. Hewan juga begitu. Keduanya hidup saling melengkapi dalam satu ekosistem. Hanya saja untuk manusia tetap saja berbeda dengan hewan. Manusia punya kebebasan memilih mau jadi pecundang atau penakluk. Beda dengan hewan yang memang tidak punya kebebasan memilih. Kan engga mungkin harimau dimangsa kambing. Dalam bisnis anda bisa bersikap sebagai pecundang atau penakluk. Tentu dengan syarat anda punya akal untuk bersikap cerdas mengelola posisi dimana anda berada.


Pada tahun 2004 awal saya masuk ke China. Kalau saya memilih jalan produksi, saya pasti dikalahkan oleh rakyat China. Mengapa ? itu negara mereka. Sementara saya orang asing. Tentu hak saya terbatas mendapatkan fasilitas. Kalau saya andalkan modal jelas saya tidak punya seperti orang korea dan Jepang yang invest di China. Jadi dimana posisi saya berdiri? Ya kekuatan saya ada pada  pengalaman salesman dan itu adalah kelemahan pada umumnya pengusaha China. Mereka tidak paham menguasai pasar ekspor dan mereka perlu pasar untuk menyerap produksinya.


Saya masuk ke bisnis maklon di China. Saya tidak beli barang jadi untuk diekspor tapi masuk ke dalam proses produksi dari hulu sampai hilir. Dengan demikian saya menyediakan pasar bagi banyak industri di China. Tentu saya dapat dukungan luas. Karena posisi tawar saya sangat kuat. Fasilitas modal mudah saya dapatkan dari credit agency pemerintah. Saya kerja keras selama 3 tahun. Mengelilingi dunia sebagai salesman produk China dan tentu berhasil mendatangkan uang puluhan juta dollar. Di hadapan saya, industri china itu pecundang.


Orang  singapore juga sama. Mereka tidak punya sumber daya alam. Tapi mereka penakluk dihadapan orang Indonesia dan negara lain. Mereka kuasai sumber daya yang dimiliki negara lain. Itu bukan hanya sebagai broker tetapi diolah lewat ekosistem bisnis yang menghubungkan pasar, sumber daya dan financial. Contoh, Singapore punya kawasan industri sendiri untuk downstream CPO di China, India, Eropa, Malaysia. Di Indonesia mereka kuasai kebun sawit lewat ekosistem financial. Ya mereka mendekati pasar dan sumberdaya. Begitu juga dengan mineral dan batubara, bahkan migas.


Di era industri 4 G, singapore tidak punya pasar luas market place. Karena penduduknya sedikit. Tapi mereka punya infrastruktur Gateway dan data center Tier-1  di Jurong Industrial Park. Mereka terlibat dalam konsorsium Fiberoptik trans global. Semua ecomerce platform Unicorn / decacorn negara ASEAN memanfaatkan fasilitas infrastruktur internet itu. Negara lain yang punya sumber daya market, bakar uang untuk investasi ecommerce dan panetrasi market, tapi Singapore yang menikmati value dari setiap traffic transaksi. 


Tahukah anda bahwa kebutuhan Almunium dalam negeri sebesar 500.000 Ton per tahun. Dan tahukah anda dari kebutuhan pangsa dalam negeri itu, industri Almunium ( PT Inalum )   hanya mampu memenuhi sebesar 104 ribu ton per tahun. Walau kapasitas Pt. Inalum mencapai  260 ribu ton aluminium ingot per tahun , hanya 40% yang dijual ke pasar dalam negeri, sisanya di ekspor dalam rangka memenuhi kontrak offtaker dengan Jepang. Sementara kekurangan 400.000 Ton Almunium terpaksa Impor.


Sejak era reformasi kita tidak pernah berusaha meningkatkan kapasitas produksi Inalum. Dan tahun 2017, Jokowi sudah memerintahkan Inalum untuk menambah kapasitas dengan perluasan  3 kali lipat dari yang sudah ada sekarang. Artinya di samping Inalum bisa menjamin kebutuhan dalam negeri, juga bisa memenuhi pasar ekspor yang besar. Tapi Inalum tidak juga bangun. Nah tahun 2022, China melalui Nanshan Group membangun fasilitas pabrik alumina berkapasitas 2 juta ton per tahun. Di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Galang Batang di Pulau Binta.  Bauksit dari wilayah Kalimantan di Indonesia. Alumina di kapalkan ke kawasan industri milik China di Kuantan Malaysia untuk diproses jadi aluminium, yang kemudian di ekspor ke manca negara, termasuk ke Indonesia. Kita kebagian debu dan lingkungan yang rusak.


Akhir tahun 2023, Nashan akan bangun unit peleburan aluminium berkapasitas 250.000 ton. Tapi semua produksi itu untuk kebutuhan relokasi downstream industri aluminium dari China. Rencana pembangunan kawasan industri itu selesai tahun 2028. Di komplek ini  nantinya akan memproduksi rekayasa metal dari ingot aluminium untuk industri pesawat terbang dan kendaraan listrik. Karena Nashan udah punya long term supply chain untuk Airbus, Boeing dan Tesla. Mengapa Nashan mau bangun komplek downstream Aluminium di Indonesia? karena kita melarang ekspor bauksit. Kita masih membolehkan pembangkit listrik batubara untuk pabrik alumina. Sementara negara lain udah dilarang. Karena pengolahan bauksit  jadi alumina sangat rakus energi dan polutan. Dan kita bangga akan itu. Kan keterlaluan begonya…


Anda semua tahu mobil listik. Ya kendaraan yang bertenaga baterai. Baterai kendaraan itu terdiri dari lempengan ( cell baterai) dan pack bateray. Untuk menghubungkan sistem pack baterai dengan cell baterai, diperlukan foil tembaga. Apa sih Foil Tembaga ? Foil tembaga digunakan sebagai kolektor arus listrik di kutub negatif (anoda) baterai kendaraan listrik. Jadi penting banget dalam rantai pasokan kendaraan listrik. Nah Indonesia akan punya pabrik Foill tembaga itu. investasi mencapai Rp 12 triliun.


Tapi itu bukan BUMN atau konglo Indonesia. Tapi oleh perusahaan CHina,  Zhejiang Hailiang Co Ltd. Mereka memiliki 22 area produksi tersebar di China, Vietnam, Thailand, Eropa dan Amerika Serikat, dan sebentar lagi di Indonesia. Mereka mendekati bahan baku dan tentu juga pasar. Keren  ya.  Tentu produknya semua di kapalkan ke China. Nanti pabrik EV di Indonesia akan impor dari China untuk foil tembaga itu. Apalagi kita beri subsidi pabrik EV, ya tambah besar kapasitas EV dan tentu semakin besar kebutuhan foil tembaga. Makin tajir mereka. Maklum margin laba mencapai 3x daripada bahan baku tembaga. Mereka memiliki 22 area produksi tersebar di China, Vietnam, Thailand, Eropa dan Amerika Serikat, dan sebentar lagi di Indonesia. Zhejiang Hailiang Co Ltd adalah anak perusahaan Hailiang Group. Holding ini berdiri tahun 2001 termasuk baru untuk kapasitas yang raksasa itu dan area produksi di berbagai negara.


Apa yang diproduksi oleh Zhejiang Hailiang Co Ltd  dan Nashan itulah business model yang berfocus kepada supply chain. Mereka tumbuh lewat riset dan ekosistem supply chain financial. Sebenarnya mereka tidak pintar amat, namun pastinya cerdas. Ya, mereka makmur karena orang males memacu kemandirian tekhnologi dan doyan belanja barang jadi.


Otak itu ukurannya kecil tapi kalau dipakai pengaruhnya besar sekali,  bahkan bisa mengendalikan negara dan dunia sekalipun. Masalahnya di indonesia itu, otaknya sebagian besar dianggurin dan kalaupun dipakai untuk urusan receh dan remeh temeh. Makanya walau kita negara besar, penduduk besar, tapi posisinya nya pecundang dihadapan negara liliput seperti singapore, apalagi di hadapan China…Tapi engga sadar. Orang bego karena dia merasa pintar dan hebat. Diberi tahu kebegoannya malah marah, ya mental negara jajahan lahir batin. Ayo cerdas lah… ***



Kualitas elite rendah..

  Dari diskusi dengan teman teman. Saya tahu pejabat dan elite kita   berniat baik untuk bangsa ini. Namun karena keterbatasan wawasan dan l...