Invasi islam terhadap Dinasti Sasaniyah Persia setelah Nabi wafat. Itu digambarkan seolah seperti perang hadap hadapan. 10.000 pasukan islam berhadapan dengan 100.000 pasukan Persia. Sejarah ditulis dengan menekankan tentang pertolongan Tuhan dan mujizat. Padahal engga begitu. Mir Tamim Ansary dalam buku “ Destiny Disrupted: A History of the World Through Islamic Eyes. Mengajak kita kepada sejarah yang apa adanya, yang secara logika bisa diterima. Perang dimenangkan karena taktik dan strategi dari para jenderal Islam. Tanpa kecerdasan akal, engga mungkin Persia negara adidaya kala itu bisa kalah sama liliput pasukan dari Madinah. Orang lebih suka membaca seperti apa imajinasinya. Seperti Film Hollywood. Padahal esensi sejarah harusnya tidak lepas dari akal sehat dan logika.
Saya suka penulisan sejarah ala Mir Tamim Ansary. Ansary adalah seorang penulis dan pembicara publik. Dia warga negara Amerika kelahiran Afghanistan. Sasaniyah dikalahkan dengan cara teror. Jenderal islam mengirim pasukan teror ke dalam wilayah Sasaniyah. Mereka malakukan pembunuhan secara diam diam terhadap elite Sasaniyah. Dari sana berita hoax ditebar. Sehingga terjadi konplik internal antar elite kekuasaan. Lambat laut kekuasaan Sasaniyah jadi lemah. Kemudian pasukan islam memprovokasi rakyat untuk bergabung. Dari sana pemberontakan dilakukan lewat serangan kolosal. Ya menang telak. Karena lawan dalam keadaan sudah lemah oleh faktor internal. Logika masuk.
Ansary tidak terjebak dengan mitos tentang Nabi Muhammad. Tidak juga mau pusing membongkar validitas Hadith. Nabi hebat karena dia memang hebat secara personal. Untuk jadi pedagang karavan antar negara, anda harus cerdas dan punya daya tahan. Kalau engga, tekor bego. Sebagai pemimpin karavan dia juga harus punya skill kepemimpinan yang kuat. Pastilah jago diplomasi. Udah pasti dia petarung yang hebat. Kalau pengecut mana berani melintasi gurun sahara yang dihuni oleh banyak porampak suku badui, suku barbar. Dia pedagang yang sukses. Tajir. Itu juga wajar.
Nah pribadi seperti Muhammad ini hanya pribadi yang sudah mampu menaklukan dirinya sendiri lewat meditasi. Wahyu pertama Nabi terima di Gua Hira. Bagi anda yang terbiasa meditasi, kehadiran yang ghaib itu bukan luar biasa. Kalau dia punya spiritual besar, itu juga wajar. Coba dech anda terbiasa bermeditasi dengan mencari kedalam diri anda sendiri. Anda akan tercerahkan.
Dalam hal kepemimpinan kharismatik, Muhammad sama dengan Jenghis Khan atau Qin Shihuang. Namun yang berbeda hanya soal cara memimpin. Muhammad tidak jahat, bahkan kepada musuhnya sekalipun. istilah Jihad siap berperang menghabisi musuh tidak ada di zaman Nabi. Istilah jihad hanya ada setelah beliau wafat. Kalau Toh Muhammad mampu menjadi pemimpin umat yang kasar dan bar bar, dan mengubah mereka jadi lebih baik secara akhlak, itu karena dia memimpin dengan moral dan logika yang kuat, bukan dengan senjata dan kekerasan serta serba mistik. Ya sunnatullah.