Wednesday, November 23, 2022

Pesan pada Piala Dunia di Qatar

 




Ketika Ke khalifahan Turki Usmani berkuasa selama 6 abad, Qatar termasuk salah satu wilayah dari Turki Usmani. Sejak awal abad 19, Qatar dipimpin oleh Keluarga Thani atau  Syekh Jassim bin Mohammed Al Thani sebagai pendiri Qatar. Setelah perang dunia pertama. Turki kalah perang dari Inggris. Qatar menjadi protektorat Inggris hingga merdeka pada tahun 1971. Sejak itu Qatar menjadi negara monarki konstitusiona. Saat sekarang Emirnya adalah Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani.


Sebagaimana negara-negara Teluk lainnya, Qatar bergantung pada jutaan pekerja asing yang kini merupakan mayoritas penduduk mereka dan hampir 95% dari angkatan kerja. Awal tahun 2017, total populasi Qatar mencapai 2,6 juta jiwa: 313.000 warga negara Qatar dan 2.3 juta ekspatriat. Sebagian besar pekerja asing itu non islam. Tanpa disadari bahwa Qatar telah berubah menjadi wilayah kosmopolitan dibawah kekuasaan Islam.  


Qatar memang telah lama mendapat kritik dari negara tetangganya atas dukungannya terhadap sejumlah kelompok. Salah satunya adalah Ikhwanul Muslimin, kelompok politik Islam Suni yang keberadaannya dilarang oleh Saudi dan Uni Emirat Arab. Juga Qatar punya hubungan khusus dengan Iran. Makanya pada tahun 2017, 4 negara Teluk yaitu Arab Saudi, Bahrain, Uni Emirat Arab, dan Mesir memutus hubungan diplomatik dengan Qatar dan melabeli negara ini sebagai negara teroris.


Tapi pada acara Pembukaan Piala Dunia FIFA, di Stadion Al Bayt, Al Khor, pada Minggu (20/11) malam terdengar lantunan kitab Suci oleh Ghanim Al Muftah, penyandang disabilitas. Yang menarik ayat yang dilantunkan adalah surat Al-Hujurat ayat 13 yang memiliki makna berupa prinsip dasar hubungan antar manusia. 


Bahwa Melalui surat Al Hujurat ayat 13, Allah SWT menegaskan jika suluruh umat manusia adalah satu keturunan. Mereka semua berasal dari nenek moyang yang sama yakni Adam dan Hawa. Sehingga, dalam kehidupan tidak ada perbedaaan kasta. Semua umat manusia akan sama dan setara di sisi Allah SWT. Di mana selanjutnya Allah SWT menjadikannya berkembang sangat banyak. Bersuku-suku dan berbangsa-bangsa. Dengan keberagaman tersebut, Allah SWT lantas menghendaki segala umat manusia untuk saling mengenal.


Melalui ayat dalam surat ini, ditegaskan jika keberagaman manusia sesungguhnya akan tetap setara di hadapan Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah tidak memandang rupa dan harta kalian, tetapi Dia memandang hati dan amal perbuatan kalian." (HR. Muslim). Jadi dalam hubungan manusia, tidak ada istilah Politik identitas. Karena semua untuk semua. If we hold on together. I know our dreams will never die. Dreams see us through to forever. Where clouds roll by. For you and I

No comments:

Pria minang...

  Orang tua saya mengingatkan saya, “ Kalau hanya sekedar makan untuk mu dan keluargamu, monyet di hutan juga begitu.” Kata orang tua saya. ...