Saya ngobrol dengan teman. Ada pertanyaan sederhana dari dia setelah nonton film. “ Mafia itu kan boss nya kan hanya satu. Tetapi mengapa anak buahnya patuh semua dan mereka bekerja dengan sangat baik. Bisa kaya dan menguasai banyak hal. Sama seperti Hitler atau Presiden Kim di Korut. Dari anggota parlemen, militer, semua terpengaruh untuk membantunya dan dia sukses menguasai mereka. Pak Harto juga begitu. Ada juga pengusaha seperti First Travel itu. Kan dia merugikan banyak orang karena tadinya semua percaya dia dan mendukung dia. Kenapa bisa begitu?
Mereka yang disebutkan itu orang hebat. Mengapa? kalau tidak hebat mana mungkin Soeharto bisa berkuasa 32 tahun. Mana mungkin penguasa Korea Utara bisa terus berkuasa dan mewariskan kekuasaannya kepada keturunannya. Mana mungkin puluhan ribu calon jamaah haji percaya begitu saja kepada pengusaha First Travel. Mungkin sekelas Profesor atau S3 tidak bisa menandingi mereka. Lim Sio Liong dan banyak konglomerat tidak berpendidikan tinggi namun mereka hebat membangun kerajaan bisnis. Masih banyak lagi contoh orang biasa menjadi orang hebat.
Secara personal jelas mereka orang hebat. Mengapa ? Mereka punya karakter hebat. Seperti mampu mengendalikan emosinya disaat sulit. Dia tidak mudah marah dan tidak mudah hiba hati ketika disinggung perasaanya. Dalam situasi apapun dia selalu berpikir positif dan tidak pernah ada rasa takut dan kawatir berlebihan. Punya kemampuan bersosialisasi dengan baik. Retorikanya bagus dan murah senyum. Mampu merebut hati orang lain untuk melakukan sesuatu yang mungkin dan melahirkan inspirasi kolektif kepada orang sekitarnya. Semua itu tercermin dari caranya berpikir ( way of thinking ) , merasakan ( feeling ) dan kemampuannya memfungsikan semua potensi positip ( functioning).
Semua kehebatan itu bukan didapat di sekolah atau di kampus. Tetapi lewat proses panjang membangkitkan kekuatan pikiran bawah sadarnya. Menurut penelitian 88% kekuatan pikiran manusia itu berasal dari pikiran bawah sadarnya. Hanya 12 % berasal dari pikiran sadar lewat pendidikan. Dari 12% itu menurut peneliti Fernyhough dan Hurlburt hanya 3% saja yang bisa menghasilkan narasi. Apalagi tindakan. Tentu tidak semua orang mampu membangkitkan pikiran bawah sadarnya. Makanya tidak semua orang hebat. Apa penyebabnya? Karena pikiran bawah sadar itu terhalang oleh sifat dasar manusia yang berkaitan dengan emotional block, Perceptual Block, Habitual Block dan yang terakhir, Culture block. Contoh sikapi marah, sedih, benci, dendam, euforia, paranoid, kawatir, takut. Sulit berinteraksi sosial dan pasti punya masalah dalam berhubungan. Itu semua jadi roadblock yang menyulitkan orang untuk membangkitkan pikiran bawah sadarnya.
Lantas bagaimana caranya menjebol roadblock pikiran bawah sadar itu ? Ya, kita harus melakukan value engineering terhadap diri kita. Yaitu melatih bawah sadar kita untuk menghindari marah. Teruslah bersikap sabar. Maafkan orang yang membenci kita dan kalau salah jangan ragu minta maaf. Kita harus punya prasangka baik. Apapun jangan disikapi negatif. Harus berpikir positif. Jangah mudah takut dan kawatir terhadap situasi dan kondisi. Buka hati kita untuk berinteraksi sosial dengan siapapun. Buka pikiran untuk menerima hal baru. Hindari rasis dan jauhi kebencian karena perbedaan. Karenanya gemarlah berbagi dan selalu rendah hati.
Ya seperti kita berkebun. Kita harus rajin menyiram dan merawat kebun itu agar tumbuh subur dan berbuah manis. Artinya kita harus setiap hari melatih diri, keras terhadap diri kita untuk bersikap yang baik. Kalau latihan itu kita lakukan setiap hari, maka kita berubah menjadi baik karena waktu. Potensi bawah sadar kita akan bangkit menjadi kekuatan besar. Insting cepat sekali beraksi untuk berpikir kreatif. Tetapi kan tidak mudah. Memang sulit tapi juga bukan hal yang berat untuk bisa menjebol roadblocked itu. itu tergantung kepada persepsi kita terhadap kehidupan ini.
Kalau kita punya persepsi segala sesuatu tergantung realitas terhadap material, maka kita akan terjebak dalam pikiran sadar kita. Engga mungkin bisa melewati roadblocked pikiran bawah sadar. Kita harus ubah persepsi itu. Bahwa realitas itu bukan materia tetapi konsepsi. Mari kita lihat contoh sederhana. Apakah jeruk? rasanya manis, kulitnya licin, berat 250 Gram. warnanya yang hijau atau kuning itu, bunyinya nyaring atau lembek itu. Bunyi itu ada di telinga, bukan pada jeruk. beratnya ada di tangan, bukan pada jeruk, Warnanya pada mata, rasanya di lidah atau di ujung jari. Semuanya bunyi, rupa dan rasa itu dengan perantaraan saraf, nerve, berjalan ke pusat ke centre, ke otak.
Otak mencatat bunyi, rupa dan rasa tadi menjadi pengertian, conception, seperti pengertian merdu, kuning, berat, lezat dan licin. Jeruk itu sebagai benda, bukan realita. Yang ada Cuma "ide", pikiran, pengertian, tentang benda itu dalam otak. Otak penuh dengan pengertian "bundles of conceptions". Jeruk sebagai benda, lembu sebagai benda, tak ada. Yang ada cuma ide, pikiran, pengertian, gambaran dari jeruk, lembu, bumi, bintang dan kamu hanya “ide”. Paham. Nah konsepsi dan persepsi itu terbentuk karena “ pikiran sadar.”
Kalau kita bisa benamkan persepsi dalam pikiran bahwa materi itu tidak ada maka kita akan masuk ke gerbang pikiran bawah sadar. Saat itu latih pikiran sadar kita untuk menjebol roadblocked pikiran bawah sadar itu. Lambat laun roadblocked itu akan tersibak. Kekuatan pikiran bawah sadar kita akan menjadi kekuatan besar untuk menjadikan kita something else, orang hebat.
Nah sekarang masalah agenda. Kalau anda sudah bisa membangkitkan kekuatan pikiran bawah sadar maka apapun agenda akan mudah dikerjakan. Kreatifitas dan daya survival anda tinggi sekali. Bisa disebut jenius. Apakah agenda itu diterima atau tidak secara moral atau agama, itu tidak mempengaruhi hasil. Sama saja. Akan sukses. Agenda jahat atau baik, selagi dia mampu menggunakan kekuatan pikiran bawah sadarnya maka dia akan sukses. Kaum sufi berkata bahwa Tuhan berbuat seperti apa yang kamu pikirkan. Manusia adalah manifestasi Tuhan.
Karena pikiran bawah sadar itu sangat besar mempengaruhi manusia, maka agama diperkenalkan. Akhlak dan ke-Tuhanan diajarkan. Orang tua kita mendidik lewat budaya. Kitapun paham tentang etika dan moral. Mengapa? kualitas orang tidak ditentukan oleh ras atau status dan profesinya seperti ustad, pendeta, tokoh agama, profesor, guru, pejabat, hakim, pengacara, pengusaha, politisi atau lainnya tetapi perbuatannya. Bisa saja dengan kemampuan pikiran bawah sadarnya dia berbuat melanggar standar akhlak, etika dan moral. BIsa saja sebaliknya dimana kemampuan pikiran bawah sadarnya menghasilkan perbuatan baik bagi semua. Nah kembali kepada soal pilihan. Apakah kita ingin jadi orang hebat dengan agenda amoral atau moralis?. Manusia itu esensinya adalah makhluk free will. Piliihan kita, bukan kita yang menilai tapi orang lain.
Bagaimana kalau orang tidak mampu membangkikan pikiran bawah sadarnya? Walau dia sarjana atau terpelajar, dia tetap disebut orang awam. Bersikap apa kata orang atau apa yang ditulis buku. Jadi follower buta. Roadblock yang ada pada pikiran bawah sadarnya seperti pemarah, pembenci, pendendam, sulit bersosialisasi secara terbuka dan paranoid tidak bisa dia jebol. Umunya orang baper itu dari golongan awam ini. Hidup mengandalkan kepada 12% potensi pikiranya, yaitu pikiran sadar saja. Dia takut mengambil resiko, dia tidak akan mencapai apa apa dan dia bukan siapa siapa.