Tuesday, July 20, 2021

Mati sebelum wafat.

 




Minggu lalu saya membesuk teman yang sakit. Menurut keluarganya dia terkena stroke ringan akibat gulanya tinggi. Tapi keadaanya sudah membaik dan diharuskan banyak istirahat. Dia juga kena pengapuran tulang leher. Jadi sulit bergerak. Setelah operasi di Taiwan, tetap tidak sempurna walau sudah membaik. Tulang punggungnya juga bermasalah dan sekarang pakai pen setelah operasi. Kebayang bagaimana  menderitanya dia diusia bertaut tak lebih 3 tahun dari saya.  Dia kaya raya. Perusahaannya banyak tersebar di dalam dan luar negeri. Waktu membesuknya, dia sempat berbisik kepada saya “ Menjadi pengusaha adalah menciptakan ladang bunuh diri atau di bunuh secara brutal oleh orang sekitar kita”. Saya mengenggam jemarinya dan termenung.


Kata katanya itu menyadarkan saya. Waktu usaha kecil kita hanya berpikir bisa  makan saja. Tidak banyak yang kita pikirkan selebihnya kita merasa terus hidup. Karena itu usaha terus berkembang. Saat itu tanpa disadari banyak yang kita pikirkan dan tak peduli kesehatan kalau harus kerja 18 jam sehari. Kemudian terus berkembang sampai uang ikut  kemana langkah diayunkan. Tidak ada lagi waktu tersisa untuk mikirkan lain kecuali keinginan tak terpuaskan. Semua pihak dari keluarga, teman, sahabat, karyawan, semua mulai bergantung kepada kita. Ingin terus berada dalam lingkaran kita. Mereka menciptakan intrik diantara mereka yang membuat kita repot. Mengapa ? Dari mereka kita merasa terhormat dan karenanya kita berusaha ingin memuaskan semua orang, dengan uang kita. Saat itulah proses bunuh diri berlangsung.


Tapi saya tidak mau menyimpulkan bahwa pembunuhan itu datang karena faktor kesengajaan. Tapi memang by design penyebabnya sudah ada dan itu datang dari keinginan besar untuk mendapatkan kehormatan atas dasar kesuksesan, ketenaran dan uang berlimpah. Semua itu faktor di luar diri kita   yang terus menciptakan banyak fantasi. Setiap kali kita  bertemu, mereka membanggakan kesuksesan kita dan bersorak seraya mengaku sebagai bagian darinya. Berbagai jabatan organisasi sosial bergengsi menempatkan  kita sebagai orang terhormat. Ketika kita berubah sikap, mereka akan menjadi pembenci yang sangat membenci. Dan kita takut itu terjadi. Terus merasa  kawatir  reputasi akan jatuh. Jiwa kita mulai rapuh. Penyakit ringan dan berat mulai berdatangan.


Apa yang terjadi ? Semua orang adalah kritikus dan siap untuk menyoroti kesalahan kita, karenanya kita juga tidak berhak melakukan kesalahan. Kritikus bisa menjadi orang terdekat kita. Mengapa ? Semua orang adalah pemuja  kita karenanya mereka berhak memiliki kita dan mendapatkan kita. Lantas bagaimana seharusnya bersikap sebagai pengusaha ? Apapun faktor di luar diri kita tidak seharusnya mempengaruhi hidup kita, menentukan bahagia atau menderita.


Saya teringat tahun 2008 saya pernah kena asam lambung. Pada waktu itu saya sedang di Guangzou. Dokter menasehati saya agar saya mengubah gaya hidup saya.  Namun yang tak pernah lupa nasehatnya adalah “ sebagai pengusaha kamu boleh gagal dan boleh direndahkan orang, boleh dihina orang denga kritik pedas dan boleh diabaikan orang. Mengapa ? Karena kamu bukan malaikat, bukan superhero atau superman. Kamu hanya manusia biasa, yang sebegitu besar harapan kamu untuk terhormat, namun jangan lupa kamu juga bisa terhina kapan saja. Jadi perbaiki gaya hidup agar sikap hidup kamu berubah. Kalau tidak, orang di luar sana yang akan membunuh jiwa dan raga kamu.” 


Ya, saya adalah seorang Pengusaha bukan Superhero maupun Superstar yang memiliki solusi untuk semua masalah. Saya memiliki takdir untuk gagal dan juga sukses tentunya. Dan itu adalah bagian dari perjalanan saya. Perjalanan seorang diri. Apapun faktor diluar saya, itu adalah antara saya dengan Tuhan. Tidak akan membuat saya berlebihan menyikapi susah mapun senang. Dipuji dan dibenci, biasa saja. Alhamdulilah , karena itu di usia diatas 50 tahun ini, tidak ada penyakit serius yang  saya rasakan. Saya menua dalam kesederhanaan dan saya baik baik saja.  


No comments:

Survival..

  APBN itu adalah politik. Disusun dengan pendekatan politik anggaran. Pasti ada konsensus dan kesepakatan antara pemerintah dengan  DPR. Na...