Friday, December 13, 2019

Memori dan kognitif


Untuk menulis dengan data di fanpage saya tidak bisa sendiri. Saya butuh asisten (Admin ) yang bertugas mengingatkan soal data. Di perusahaan pun pekerjaan saya sangat tergantung dengan asisten. Mengapa ? karena saya punya penyakit disleksia. Apa itu Disleksia ? berasal dari kata Yunani yaitu “dys” yang berarti kesulitan dan “leksia” yang berarti kata-kata. Dengan kata lain, disleksia berarti kesulitan dalam mengolah kata-kata. Jadi disleksia itu merupakan kelainan neurobiologis dan ditandai dengan kesulitan dalam mengenali kata dengan tepat atau akurat dalam pengejaan dan dalam kemampuan mengode simbol.

Kalaulah dulu sekolah SD dan SMU masih menerapkan Ujian Nasional dengan standar yang bertumpu kepada hapalan, maka dapat dipastikan saya tidak akan pernah bisa tamat SMU. Tetapi era dulu zaman saya sekolah, murid di ukur bukan dari kemampuan memori tetapi kognitif. Apa itu kognitif ? Kognitif adalah kemampuan murid mengembangkan kemampuan rasional (akal). Nah cara mendidik kognitif berbeda dengan metode hapalan. Kognitif lebih menekankan bagaimana proses atau upaya untuk mengoptimalkan kemampuan aspek rasional yang dimiliki oleh murid atas dasar pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehention), penerapan (aplication), analisa (analysis), sintesa (sinthesis), evaluasi (evaluation).

Itu sebabnya walau ulangan gramer bahasa inggris nilai saya dibawah 4 tapi di lapor sekolah nilai saya tetap 6. Mengapa ? Saya ingat ketika guru SMP memanggil secara pribadi. Dia berbicara bahasa inggris dan saya bisa menjawabnya dengan bahasa inggris juga. Dia tersenyum. waktu SMU juga sama, gramer bahasa inggris saya dibawah standar tetapi saya bisa berbicara bahasa inggris walau kadang saya juga engga tahu spelingnya. Mengapa ? karena dari kecil ibu saya sudah tahu saya punya penyakit disleksia. Makanya pelajaran yang membutuhkan hapalan dia ubah menjadi pemahaman sehingga setiap menyuruh atau sedang melakukan sesuatu, ibu saya berusaha menjelaskan dengan bahasa inggris kepada saya. Dan karena itu saya bisa berkomunikasi dalam bahasa inggris.

Bukan hanya saya yang bernasip baik karena metode pendidikan kognitif. Tahukah Anda bahwa para pesohor seperti Albert Einstein, Sir Winston Churchill, Tom Cruise, Walt Disney, George Bush dan Lee Kuan Yeuw adalah penyandang disleksia? Mereka orang-orang yang mengalami kesulitan mengolah kata. Namun, dalam prosesnya, toh mereka bisa menjadi “besar” karena metode pendidikan kognitif yang membuat orang disleksi punya harapan untuk tidak menyerah pada keadaan. Sistem pendidkan tidak diskriminasi terhadap mereka. Lah apalagi kalau anda tidak punya penyakit disleksi tentu lebih hebat dari kami yang disleksia.

Yang hendak dicapai oleh Nadiem Makariem kemampuan kognitif para murid. Karena dengan metode pendidikan hapalan ( memori), orang di moulding seperti negara mau dan jadi bigot kebanyakan, gampang jadi follower buta yang miskin daya kritis dan analisis nya. Sementara metode pendidikan kognitif mendidik orang punya kemampuan rasional, contoh walau saya tergantung data dan informasi dari asisten namun kecepatan saya menganalisis situasi mungkin lebih cepat dari asisten yang terdidik baik secara hapalan. Artinya orang yang punya kemampuan kognifit, bukan hanya mampu rasional menilai lingkungannya tetapi juga mampu menilai dirinya sendiri dan berusaha memperbaiki sendiri lewat karakter hebat yang open minded dan terdidik baik untuk mampu bersaing secara sehat.

Thursday, December 12, 2019

Libido

Dampak dari krisis ekonomi yang berkepanjangan sejak tahun 2008, adalah terjadinya krisis seks. Bukan hanya bagi kalangan tua tetapi juga kalangan muda. Yang pertama kena resesi seks adalah AS. Kemudian melanda Eropa, dan terus ke Jepang dan kini Korea Selatan. Bahkan Jepang sekarang industri film porno hampir bangkrut. Di samping konsumen sudah menurun, juga tidak ada yang mau jadi bintang porno. Karena engga ada gairah seks. Konon katanya mereka mau impor aktor pria dari Indonesia untuk jadi bintang Porno. Entahlah. Mungkin anda bertanya. Apa hubungannya resesi ekonomi dengan resesi seks. Untuk menjawab ini maka kita harus pahami persepsi seks bagi mereka.

Penelitian baru dari brand hiburan, Mecca, ini melibatkan 2.000 responden menyimpulkan bahwa ternyata libido mereka bangkit karena lebih kepada pikiran yang nyaman seperti dapat uang dan mampu dengan mudah bayar bill, dapat bonus dan merayakannya dengan pasangannya, melhat isi rumah bersih dan tempat tidur yang cingklong. Nah sebaliknya kalau tagihan menggunung tak terbayarkan, bonus yang tak dibayar karena krisis, penjualan yang menurun karena pasar lesu, gaji yang tak naik, harga melambung, libido sulit untuk bangkit. Gairah seks menurun.

Mengapa sampai ada hubungannya suasana hati dengan sex? ini karena berangkat dari persepsi tentang seks itu sendiri. Persepsi mereka tentang seks itu bukan berkaitan dengan imajinasi dan fantasi tentang tampilan phisik atau tubuh. Bukan. Tetapi perasaan nyaman dengan suasana psikis yang mendukung, tanpa ada beban yang membuat kepala atas harus berpikir terus. Jadi kepala bawah beraksi hanya apabila kepala atas tidak pusing karena mikirin tagihan yang belum terbayar.

Banyak kaum milenial punya kebebasan mendapatkan income karena adanya ekosistem bisnis namun umumnya mereka tidak punya pendapatan pasti. Mereka hidup dalam berkompetisi tanpa ada kepastian income. Situasi inilah membuat kaum millennial ogah menikah cepat. Mereka lebih focus membuat diri mereka established secara income daripada mikirin seks. Dampaknya mereka juga malas berfantasi tentang seks. Makanya filem porno dan situs porno serta tempat hiburan bernuasa seks semakin sepi konsumen. Data wisata seks pantai pantaya di Thailand semakin kurang wisatawan asing. Tidak seperti waktu ekonomi booming. Di China, ratusan tempat hiburan malam tutup. Yang bertahan hampir semua sepi pengunjung.

Mengapa itu tidak terjadi pada Indonesia ? Sebagian dari kita memang seks tidak ada kaitannya dengan dompet kosong atau usaha sepi, ekonomi resesi , kalau lihat wanita cingklong melenggok langsung libido naik. Bahkan lihat pakaian wanita sedikit seksi sudah cukup membuat libido cedut cedutan. Mengapa ? Umumnya bagi orang Indonesia, persespi seks itu lebih karena fantasi penampilan phisik pasangannnya. Makanya jangan kaget bila wanita itu dianggap sumber dosa bagi pria. Karenanya wanita harus menjaga pakaiannya agar tidak membuat pria tergoda.

Jadi kalau boleh disimpulkan, persepsi seks bagi kita sama dengan hewan. Atau istilah kerennya menggunakan nafsu hewani, bukan sisi manusia yang berakal. Makanya walau ekonomi krisis , tagihan tidak terbayar, gaji engga cukup bayar biaya hidup sebulan, seks tetap prioritas. Bahkan fantasi sorga juga adalah fantasi free sex dengan bidadari. Orang siap mati demi fantasi itu. Itu sebabnya otak atas kalah sama otak bawah. Dah gitu aja.

Ignore aja



“ Saya benar benar stress kalau dengar orang membicarakan saya. Apalagi postingan di sosmed sangat bias. Apa untungnya mereka membicarakan saya. Mereka engga mengenal saya secara pribadi. Tidak ada kaitan apapun dengan bisnis dan kehidupan saya pribadi . Ada apa ini? Hanya karena satu kesalahan yang tentu ada alasan tetapi komentar seakan mereka lebih tahu alasan dan menghakimi nya.” Kata teman kemarin waktu saya bertemu secara kebetulan di sebuah cafe. Saya tersenyum dan mengajaknya berbicara secara pribadi. Saya tahu dia butuh teman untuk menjadi pendengar yang baik. Dengan seksama saya menyimak. Saya berusaha mengerti dan sangat maklumi suasana hatinya.

Saya katakan, jangan dibuat rumit hidup ini. Anggap sederhana saja. Sama halnya sesederhana itu orang menilai kamu dan menghakimi kamu. Kadang mereka juga engga tahu mengapa harus komentari hidup kamu. Kalau kamu kaya, orang akan bilang kamu sombong dan pelit. Kalau kamu miskin, orang akan bilang kamu malas. Kalau kamu bangkrut, orang akan bilang kamu brengsek. Singkatnya apapun kondisi kamu, kamu tidak akan bisa lepas dari komentar orang. Mengapa ? Karena kita itu makhluk sosial. Tuhan yang menentukan, kita yang menjalani dan orang lain yang komentari. Biasa saja.

Lantas gimana caranya menghadapi prahara hujat dan fitnah ini? Katanya berkerut kening. Kamu tidak bisa menutup mulut orang. Karena mereka banyak. Dan bisa saja mereka punya mulut tetapi tidak punya otak dan hati. Yang harus kamu lakukan tutup telinga kamu dengan kedua tangan mu. Artinya, jangan baca semua postingan sosmed dan berita tentang orang yang membicarakan mu, dan block semua akses mereka terhadap mu. Sudah itu, nikmati kesendirian mu, dengan dirimu sendiri. Engga usah baper. Mengapa ? Orang yang membenci selalu ada alasan menyalahkan mu. Sementara orang mencintaimu selalu ada alasan memaklumi dan memaafkan mu. Biasa saja.

Tapi engga semudah itu bro, katanya. Saya katakan bahwa orang lain berhak bicara apa saja tentang kamu, namun kamu juga berhak mengabaikan omongan orang itu. Karena yang tahu persis apa yang terjadi adalah kamu sendiri. Kamu tidak butuh orang menilai kamu. Apapun itu tidak ada manfaatnya. Dipuji tidak akan membuat kamu kaya raya. Dihina dan difitnah tidak membuat kamu lapar. Jangan rusak kebahagiaan kamu hanya kerena omongan orang lain. Sebab orang menilai mu dengan tujuan dan kepentingan yang berbeda beda. Kamu tidak bisa mendikte agar orang menilai seperti yang kamu mau. Jangan habiskan waktu hanya karena memikirkan omongan orang lain. Terlalu rendah hidupmu bila terpengaruh omongan orang lain , yang tak henti menilai negatif. Fokus sajalah dengan dirimu sendiri. Anggap semua biasa saja.

Jadi ? Katanya. Saya tegaskan bahwa lalui hidup ini dengan Happy. Teruslah memperbaiki diri sendiri. Dan sehebat apapun kamu, jangan berharap pujian agar kamu tidak baper dihina dan dihujat. Hiduplah sederhana. Kalau tak paham, jangan komentar. Kalau tak bisa bersikap baik kepada orang lain , cobalah berprasangka baik. Kalau tak bisa mencintai, janganlah membenci. Kalau tak bisa peduli, cobalah untuk tidak menghakimi. Kalau tak bisa jadi orang penting, jadilah orang biasa saja, yang mengajak orang ke mata air. Lakukan yang menurut Tuhan benar, bukan menurut orang lain benar. Jadilah dirimu sendiri seperti yang kamu mau, bukan seperti orang lain mau. Semoga kamu paham.

Dia tersenyum. Kami menikmati live music seraya menuangkan wine dan tersenyum bahagia. Hidup terlalu singkat kalau semua dibuat rumit. Hidup itu sederhana, sesederhana kita ignore...

Friday, December 06, 2019

Perceraian...



Di Cafe di Hotel Borobudur Intercontinental Jakarta, saya bersama relasi dari Beijing. Terdengar penyanyi sedang melantunkan lagu “ Yang kumau” Lagu itu dipavoritkan oleh Krisdayanti. Seringnya ku berpikir. Sampai pernah tak pernah jua kutemukan jalan keluarnya. Jika memang bukan ini sudah tamatkanlah. Karenaku tak mau waktuku terbuang. Jangan memaksakan ini. Jika memang bukan yang ini. Karena sesuatu yang peka buat kita jadi masalah. Yang ku mau ada dirimu. Tapi tak begini keadaannya. Yang ku mau selalu denganmu. Jika Tuhan mau begini, rubahlah semua jadi yang ku mau. Karena ku ingin semua berjalan seperti yang ku mau Aaaaaah.

Relasi saya itu seorang wanita. Dia tersenyum melihat saya begitu serius mendengar lagu itu. “ Lagu apa itu ? bisa terjemahkan” Katanya. Saya coba terjemahkan dengan sederhana. Ya, tadinya kami begitu bahagia. Katanya bercerita tentang hidupnya. Saling berbagi peduli. Kadang bertengkar yang tidak penting. Bergandengan tangah di tempat temaram. Akhirnya kami harus bercerai. Tak ada yang merencanakan perceraian terjadi. Namun bila terjadi, terjadilah. Dia bisa move on. Tak nampak dia stress. Apa alasannya ? “ Mungkin dia berpikir saya bukan orang yang tepat untuk teman hidupnya. Itu hak dia dan saya harus hormati. “. Demikian katanya dengan tenang menyikapi perceraiannya.

Mungkin tepatnya seperti lantun lagu Too Good At Goodbyes dari Sam Smith. Seorang nampak menangis di stasiun kereta malam. Air mata jatuh ketika pesawat lepas landas. Itulah scene yang dari dulu digambarkan betapa pahitnya perpisahan itu. Hal yang kadang membuat kita harus bertanya mengapa harus "says goodbye." Ada pertanyaan dan jawaban kelu. Tidak ada kebersamaan yang abadi. Pada akhirnya harus terjadi perpisahan. Tidak ada yang perlu disedihkan dan tak perlu ada air mata. Siapapun pasti akan mengalami perpisahan. Pasti.! Setidaknya berpisah mati.

Cerita diatas sering saya temui di banyak pergaulan. Saya menilai mereka orang-orang hebat. Tak terdengar mereka mengeluh menyalahkan orang lain dan merasa dia paling benar. Tak terdengar mereka membenci karena itu. Mereka sudah sampai pada tahap bukan hanya menjalani hidup tapi mengenal hidup dengan rendah hati. Mengapa rendah hati? Karena mereka tidak mengutuki masalah namun menarik hikmah dari setiap masalah yang datang. Hidup mereka adalah mereka sendiri yang jalani dan itu tidak ada kaitannya dengan orang lain. Itu antara mereka dengan Tuhan.

Hidup tidak seperti menarik garis lurus dan memisahkan jalur. Hidup seperti melukis diatas kanvas. Tidak ada tarikan kuas yang salah. Selalu ketika Anda berpikir menarik jari ke kiri menggerakkan kuas, itulah yang terjadi. Itulah yang akan menjadi warna lukisan. Soal sketsa sehebat apapun Anda buat diawal lukisan, ketika mulai menggerakan kuas, yang terjadi ya terjadilah. Hanya ada dua pilihan hentikan melukis atau terus melanjutkan lukisan dengan improvisasi agar yang sudah terlanjur di tores oleh kuas tetap dapat indah dengan tarikan kuas berikutnya.

Kehidupan juga begitu. Kalau kesalahan terjadi sehingga menimbulkan perceraian , perpisahan, jangan berhenti. Terus lanjutkan hidup. Langkah berikutnya akan ada moment untuk lukisan hidup Anda menjadi indah, walau tak seperti sketsa awal. Karenanya jangan dibuat ruwet hidup ini dan kerjakan saja dengan cara berpikir sederhana. Bahkan beragama pun jangan berlebihan. Cintailah dengan cara sederhana. Sesuatu yang berlebihan akan melemahkan Anda. Tuhan itu maha bijaksana dan maha pengatur. Yang ruwet itu karena Anda percaya kepada Tuhan namun anda ingin mengatur Tuhan, agar semua seperti yang anda mau

Monday, December 02, 2019

Butiran bintang di langit



Pancasila adalah sesuatu yang universal. Di dalamnya ada cinta. Cinta tidak bersarat. Cinta untuk berbagi.  Bersatunya hati karena sebuah hakikat untuk saling melengkapi diantara banyak perbedaan. Diatas banyak perbedaan itu syariat diperlukan agar sempurna. Begitu katamu. Aku bisa terima sebagai sebuah filsafat bahwa ketidak sempurnaan lahir dari pikiran dan niat namun kenyataan memaksa orang harus berdamai , bahwa kesempurnaan itu tidak akan pernah tercapai. Semua orang seperti menatap ujung langit, semua orang ingin menggapainya. Tetapi tidak ada satupun orang bisa mencapainya. Tidak ada orang yang bisa melewati bayangannya sendiri, ya kan.

Pancasila lahir dari orang orang yang ikhlas dalam kalah. Beratus tahun dalam kelam dan berharap senoktah cahaya menggapai bintang. Di sana ada lima butir bintang berkilau. Butir pertama adalah Tuhan yang Maha tinggi diatas singgasana Nya. Butir kedua adalah kemanusiaan yang adil dan beradab. Butir ketiga adalah satu dipersatukan. Butir keempat adalah demokrasi atas dasar musyawarah mufakat dan butir kelima adalah keadilan sosial. Ke lima bintang itu terlalu tinggi untuk digapai. Katamu. Mengapa ? karena ke lima itu adalah produk cinta dari Tuhan. 

Mungkin sebagai sebuah doa , lima butir bintang itu tepatlah. Tetapi sebagai sebuah prinsip, berdamailah. Mengapa, sayang? Ke lima bintang itu harus berhadapan dengan realitas uang yang diukur dari premi CDS. Laut, hutan dan hasil bumi harus dikemas dalam  bentuk feasibility study untuk menghasil uang lewat bank dan bursa SBN dan obligasi korporasi. Jutaan rakyat, ASN, tentara dan polisi  perlu dibayar dari pajak orang kaya. Para politisi dan pejabat negara perlu tegas dan tega demi economy growth agar tidak terjadi chaos sosial. Walau karena itu bintang kelima terus berkedip kedip, dan mungkin akan pudar ditelan malam, yang semakin kelam.

Semua orang mencari cinta. Diantara gudang, rumah tua terdengar cerita anak kapal. Tiang serta temali layar terkembang. Kapal tidak berlaut. Kandas di dermaga sepi. Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang. Menyinggung muram, desir hari lari berenang, menuju  pangkal akanan. Tidak bergerak dan kini tanah dan air tidur, tak ada irama ombak. Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan menyisir semenanjung, masih pengap harap sekali tiba di ujung dan sekalian selamat di jalan. Namun hanya berharap tak berujung.  Dan di dermaga itu kutatap bintang kelima itu, aku bertapakur dalam kerendahan hati, selalu.

Mataku nanar menatap bintang kelima yang berkedip kedip. Sedu penghabisan bisa terdekap. Walau jalan itu tak jua tergapai diantara pulau tak terbilang. Aku tetap percaya, walau itu hanya sebatas doa yang entah kapan akan tertunaikan. Bahwa hidup bukanlah mencapai tetapi bagaimana kita bisa melewatinya untuk berdamai dengan kenyataan, sepanjang waktu. Itulah kehendak Tuhan dengan hadirnya Pancasila. Ia sebagai pengingat bahwa kita negeri religius yang harus terus menghidupkan Tuhan dalam diri kita, dalam situasi apapun, walau kadang realitas tidak ramah. 

Ahok , 212 in memoriam

Saya bersama istri datang pada aksi 212 tahun 2016. Istri saya sempat keberatan untuk hadir. “ Saya engga mau diam saja ketika presiden yang saya pilih secara langsung di kroyok rame rame. Mereka bebas datang karena alasan demokrasi, saya juga bebas datang karena alasan demokrasi. Walau mereka bilang ini soal Ahok, tetapi tidak perlu orang pintar untuk tahu bahwa targetnya adalah Jokowi. Ahok hanya antara saja. Andaikan hal buruk yang terjadi, kita harus ambil bagian berjuang membela Jokowi. Bukan hanya jadi penonton. Kalau kamu engga mau ikut, ya aku datang sendiri.” Kata saya. Istri saya langsung semangat ikut.

Kendaraan diparkir di Hotel Milennium. Dari jalan Kebon Sirih, kami jalan kaki ke Monas. Tetapi karena massa begitu banyaknya sangat sulit untuk mendekati daerah Monas. Kami memilih jalan ke arah Abdul Muis untuk menuju Juanda. Berharap dari arah Jalan Juanda kami bisa masuk ke Monas lewat samping Gedung Binagraha. Tetapi di samping jalan Binagraha sudah dipenuhi orang. Belum sampai di Monas, hujan datang. Saya putuskan untuk mundur kembali ke Jalan Juanda. Kami masuk ke cafe Happy yang kebetulan di dalam cafe itu orang sedang ramai nonton TV acara live aksi 212.

Di dalam cafe itu, sebagian besar adalah orang yang ikut aksi 212. Suasana ramai sekali. Terdengar mereka membicarakan banyak hal tentang Ahok. Tentu yang dibicarakan kebencian terhadap Ahok, dan Jokowi. Saya hampir tidak percaya. Mengapa sebegitunya mereka benci Ahok dan Jokowi. Padahal ini hanya masalah politik. Tetapi kebencian mereka sangat personal sekali. Mereka tidak mengenal secara pribadi siapa itu Ahok dan Jokowi. Tidak pernah menatap mata Jokowi ketika berbicara. Tetapi mereka telah menjadi hakim terhadap Ahok dan Jokowi.

Di samping table kami ada Polisi.
“Lagi tugas pak ? tegur saya.
“Ya.Kami bertugas menjaga keamanan di ring luar Pak.”
“Massa yang datang besar sekali. Apakah aman aman saja pak ? Kata saya.
“ Ah, itu sebagian besar massa dari NU. Mereka datang mengawal Jokowi. Pasti aman lah. “Kata Polisi itu tersenyum ringan. “ Bapak ikut aksi ?“ Tanya polisi itu.
“ Engga. Saya sama dengan massa NU. Kawal Jokowi”
“ Pada akhirnya orang yang dihina dan direndahkan secara personal akan diangkat Tuhan dan dimuliakan Tuhan. Sementara orang yang merendahkannya itu akan dihinakan oleh Tuhan. Kita liat aja nanti.” Kata saya kepada istri. Polisi itu nampak tersenyum ke arah saya.

Ahok sudah kalah di Pilkada DKI, diapun masuk penjara. Ketika dia menggugat istrinya cerai. Kembali Ahok di bully. Yang mem bully bukan hanya orang dari awal membencinya tetapi juga orang yang tadinya mendukungnya. Istri saya sempat nyeletuk. “ Mengapa orang menghakimi Ahok. Ini masalah pribadinya. Engga perlu lah di bicarakan. Itu aib orang lain. “

“ Ahok itu pablik pigur. Memang tempat pujian dan kebencian. Memang tabiat buruk, gampang jatuh cinta, gampang pula membenci. Sepertinya antara cinta dan benci itu jaraknya tipis sekali." Kata saya.

Waktu Ahok diangkat jadi Komisaris utama Pertamina, istri saya berkata “ Benar yang papa sampaikan tempo hari. Ahok yang dihina dan di fitnah, akhirnya diangkat derajatnya oleh Tuhan. Diberi tempat terhormat sebagai Komisaris utama. Dapat ganti istri yang lebih cantik dan lebih muda. Sementara yang menghina dan merendahkannya, terlempar keluar negeri karena kasus yang merendahkan dirinya sendiri.

“ Ya benar ma. Tapi ingat, kehebatan Ahok itu, bukan karena dia tahan dihina dan difitnah tetapi karena dia sabar, tidak membalas hinaan dan fitnah itu. Dia serahkan semua kepada Tuhan, dan melewati hari harinya dengan doa, tanpa prasangka buruk kepada siapapun. Itulah mengapa Tuhan angkat derajatnya. Tetapi kalau dia balas hujatan dengan hujatan. Fitnah dengan fitnah juga, maka jangankan kemuliaan, kemenangan pasti jauh dan mungkin lebih hina dari orang yang menghina dan memfitnahnya.” Kata saya.

Hari ini desember 2019, tiga tahun lalu Ahok dihujat dan dihina. Kini Tuhan menepati janjinya. Ahok tidak kehilangan apapun, bahkan justru mendapatkan lebih dari apa yang pernah dia mimpikan. Hikmahnya ? kalau anda dihina dan difitnah, abaikan saja. Perkuat sabar dan berdoa kepada Tuhan. Tuhan akan angkat derajat anda. Pada akhirnya semua akan indah pada waktunya.

Saturday, November 30, 2019

Sertifikasi Halal

Teman saya pengusaha Makanan kemasan bingung. Apa pasal. Sejak Undang-Undang (UU) No. 33/2014 tentang Jaminan Produk Halal (JPH). Maka semua makanan dan minuman wajib punya sertifikasi halal. Yang jadi masalah adalah sampai sekarang belum jelas tarif biaya pengurusan sertifikasi halal itu. Walau aturan sertifikasi halal itu sudah ada Peraturan menteri agama, namun ketentuan mengenai tarif harus datang dari Menteri Keuangan. Disamping itu, adalagi masalah, gimana dengan UMKM? Apakah diwajibkan juga bayar. Kalau bayar kan keterlaluan. Katanya bela rakyat kecil, ini kok malah meres.

Nah berikutnya, gimana prosedur dapatkan sertifikasi halal itu?. Kalau semua harus dengan cara manual : pendaftaran, verifikasi, pemeriksaan dan pengujian produk, sidang fatwa, dan terakhir penerbitan sertifikat halal. Dia yakin UU No. 33/2014 itu berpotensi besar menghambat produksi. Engga ada bedanya dengan sertifikat AMDAL. Bayangin aja ada jutaan unit usaha makan dan minuman. Emang ada berapa pegawai Menag ? Belum lagi, walau MUI tidak lagi terlibat secara resmi dalam sertifikasi halal namun MUI bagian dari Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH). Emang ada berapa banyak petugas MUI? Bukan tidak mungkin biar cepat selesai urusan, pelaku usaha sogok tuh petugas. Kan jadi modus korup tuh aturan.

Padahal pemerintah sedang giat giatnya memajukan sektor produksi. Kata teman. Saya hanya tersenyum mendengar keluhannnya. Menurut saya, sertifikasi halal itu seyogianya dikeluarkan dengan prinsip self judgement dari pelaku usaha yang terkena aturan serfikasi halal. Jadi pelaku usaha cukup mengisi formulir secara online kepada BPJPH. Sistem aplikasi secara online didukung database yang smart. Sehingga secara otomatis bisa memastikan bahwa produk itu masuk katagori halal atau haram. Dalam sertifikat halal itu ada disclaimer bahwa semua informasi yang disampaikan adalah benar. Apabila terbukti dikemudian hari tidak benar maka dikenakan sanksi pidana.

Apalagi halal atau haram itu sebetulnya dalan KUHAP, lebih kepada delik aduan. Kalau masyarakat sebagai konsumen bisa membuktikan secara tekhnis bahwa produk tersebut tidak halal menurut syariat islam ya konsumen bisa melaporkan ke polisi. Dan produsen punya hak membela diri dipengadilan. Kalau memang terbukti salah tidak sesuai dengan sertifikat halal , ya itu bisa kena pasal penipuan.

Artinya soal halal haram ini lebih kepada attitude. Produsen harus menghormati orang islam sebagai konsumen yang harus patuh kepada ajaran agamanya. Kalau memang haram, ya sampaikan itu haram. Jadi engga perlu pakai sertifikat halal segala. Belum tentu pula orang islam tidak akan membeli produk yang tidak ada sertifikat halalnya. Sebaliknya belum tentu pula orang islam akan berbondong bondong beli produk yang ada sertifikat halal. Jadi, kembalikan saja kepada publik dan negara awasi dengan baik. Jangan semua dibikin ribet. Apalagi membiarkan aksi sweeping produk halal. Bisa bisa orang takut produksi. Kan repot jadinya.

Kualitas elite rendah..

  Dari diskusi dengan teman teman. Saya tahu pejabat dan elite kita   berniat baik untuk bangsa ini. Namun karena keterbatasan wawasan dan l...