Saturday, November 30, 2019

Berdamai dengan kenyataan


Tahun 1989 saya di fitnah mitra saya, sehingga saya kena kasus hukum. Ketika masalah selesai dan saya menang di pengadilan , pabrik kertas saya diambil oleh mitra saya secara hostile. Pihak bank terlibat memaksa saya melepas pabrik tersebut dengan alasan saya sudah bangkrut. Saya tersingkir dalam keadaan bangkrut. Tetapi ibu saya menasehati saya. Jangan ada kebencianmu karena personal. Cukup sebatas perbuatannya saja. Mengapa ? Itu bukan antara kamu dengan mitramu tapi antara kamu dengan Tuhan. Apa hikmahnya? agar kamu bisa dewasa dengan pengalaman. Setelah itu kamu akan naik kelas.

Mengapa ? rasa marah, kecewa bisa karena berbagai sebab. Tapi intinya kita tidak bisa menerima kenyataan. Kita selalu melihat keluar dan menilainya seperti kita mau. Yang jadi masalah adalah karena itu, kita selalu berpikir negatif terhadap seseorang secara personal, dampaknya secara pribadi kita tidak akan pernah bisa bersikap positip terhadap diri kita sendiri. Perhatikan hukum alam, kalau anda ingin tanam jagung, tentu bibitnya tidak padi. Harus jagung juga. Artinya kalau pikiran anda selalu negatif secara personal terhadap seseorang, hasilnya engga mungkin positip terhadap anda. Pasti negatif.

Berikutnya, ibu saya menasehati, kalau kamu terus mengutuk kegagalan dan rasa kecewa, kamu tidak akan bisa melewati kegagalan dan menghapus rasa kecewa terhadap perbuatan seseorang. Karenanya kamu tidak bisa berharap kamu bisa jadi pemenang. Tanpa kamu sadari bila setiap hari kamu merasa puas membenci mitramu secara personal, itu sebetulnya kamu sedang berdoa hal yang buruk terhadap dirimu sendiri melalui kata kata dan pikiranmu. Kadang musuh tidak perlu mengalahkan mu, tetapi kamu sendirlah yang membuat kamu kalah. Itu karena prasangka buruk.

Jadi, nak berhentilah menilai buruk orang secara personal karena berbagai sebab. Apalagi sampai membuka aibnya. Kecewa itu manusiawi. Marah itu manusiawi. Mengeluh juga manusiawi. Tetapi cukuplah sebatas perbuatannya saja, agar kamu bisa belajar dari itu. Setelah itu, maafkan dan lupakan. Dengan itu kamu sedang membangun jalan emas menuju kemenangan. Kemenangan di hadapan Tuhan, tentunya.

Bertahun tahun saya berusaha bangkit lagi. Waktu itu usia saya baru 27 tahun. Tuhan ingin saya naik kelas dan karena itu saya harus melewati jalan sulit. Tahun 2016 atau 26 tahun kemudian , teman itu datang ke saya untuk menjual pabrik yang sudah hampir 12 tahun bangkrut. Tak lupa dia minta maaf atas sikapnya dulu. Tanah pabrik itu 14 hektar. Tadinya tidak ada nilai tetapi kini tanah itu bernilai karena peruntukannya tidak lagi untuk pabrik tetapi hunian dan perhotelan.” Saya jual seharga USD 1 “ katanya.
“ Mengapa semurah itu “
“ Itu harga yang pantas untuk menebus kesalahan saya dan harga maaf dari kamu.” Katanya. Saya terharu. Tuhan , butuh lebih 20 tahun untuk saya mengetahui rahasia di balik keikhlasan ketika di zolimi. Andaikan dulu saya umpat dia dengan kata kata kasar dan saya tebarkan cerita kecurangannya kepada orang lain, atau saya gugat ke pengadilan perdata, tentu dia akan menaruh dendam kepada saya dan tidak mungkin kembali kesaya.

Saya rangkul teman saya itu. Kami akan lalui kebersamaan ini bukan siapa yang harus membayar tapi memang semua orang bisa saja berbuat salah. Tidak ada manusia yang sempurna. Memaafkan itu indah, menentramkan dan selalu menang.

Saturday, November 16, 2019

konsepsi beragama.

Dari kecil saya sudah belajar mengaji dari guru ngaji. Di rumah saya belajar ilmu hikmah dari Ibu saya. Saya bersyukur karena ibu saya lulusan pondok pesantren moderat ( Diniyah Putri). Jadi dia paham bagaimana menjelaskan makna tersurat dan tersirat dari setiap Firman Allah yang ada dalam Al Quran. Cara ibu saya menyampaikannya selalu dengan cerita yang menggiring logika saya terpancing untuk berpikir. Buku bacaan saya yang terdapat di rak buku, sebagian besar buku Agama. Sampai sekarang kalau saya bertemu ibu saya, selalu saya gunakan kesempatan membahas buku yang telah saya baca.

Kitab Suci itu dipercaya merupakan firman Tuhan. Kalau kita pelajari dengan seksama. Kita akan kagum akan kehebatan Tuhan mendidik kita untuk berakhlak yang baik. Coba perhatikan. Kebaikan dan keburukan itu disampaikan dalam bentuk kisah kaum sebelum kita. Ada kisah para nabi dan rasul, ada pula kisah tentang para pendurhaka, seperti Qarun, Firaun, serta umat atau kaum lainnya. Dari keseluruhan surah Alquran, maka ada 35 surah yang memuat kisah sejarah, jumlah ayatnya lebih kurang 1600 ayat dari keseluruhan ayat Alquran yang berjumlah 6342 ayat. Atau 1/3 isi Al Quran adalah kisah masa lalu. Cara Al Quran mendidik memang mudah dan tidak rumit. Siapa yang engga paham cerita. ? Semua mudah paham dipahami. Tetapi mengapa berbeda persepsi  tentang agama?

***

Persepsi beragama
Revolusi kebudayaan di China itu sebenarnya revolusi perubahan mental orang China. Maklum budaya China itu semua dipengaruhi oleh agama. Sikap mental mereka dipengaruhi oleh patron mereka. Akibatnya hilang daya kritis dan hilang akal sehat. Mereka mudah dimanfaatkan untuk tujuan politik. Yang lebih miris adalah mereka yang memanfaatkan ini adalah kaum feodal. Kaum terpelajar yang ingin hidup senang diatas kebodohan orang awam. Ya penjajahan secara intelektual melalui transendental. Mao sebagai bapak China, punya mimpi lompatan china jauh kedepan. Dan itu hanya bisa terealisir apabila ada perubahan budaya. Revolusi kebudayaan adalah jawabannya.

Sebetulnya jauh sebelumnya, Wang Tai Yu ulama ulama besar dan juga intelektual islam di China abad 17, telah melakukan hal yang sama. Dia tidak melalui revolusi yang bau amis darah tetapi melalui cinta. Sebelum abad 17, para ulama besar China menulis buku berisi tentang “bagaimana memahami syariat Islam”. Komunitas Islam di CHina tumbuh seperti itu. Wang menangkap bahaya untuk eksitensi Islam bagi tujuan kemajuan peradaban. Karena itulah dia terpanggil menulis.

Tulisan Wang tersebut mengubah prakonsepsi - prakonsepsi tentang Islam. Kehebatan Wang dalam menyapaikan ajaran islam itu, dia tidak sama sekali menghilangkan ajaran konfusian, namun dia menyebut dengan Neo Konfusian. Cara dia menyampaikan ajaran itu tidak menggunakan bahasa arab tapi menggunakan padanan bahasa yang ada pada konfusiasisme, taoisme dan budhisme. Tradisi China yang memang tidak melanggar Tauhid ya tidak dihapus atau tidak dikatakan bidaah. Dan kalaupun dinilai melanggar Tauhid maka diluruskan dengan modifikasi yang tetap tidak menghilangkan tradisi China.

Wang memperkenalkan, bagaimana Islam bisa melahirkan semangat kemandirian di tengah masyarakat. Bagaimana mentranformasi dari masyarakat yang nrimo, apatis , pesimis, korup menjadi masyarakat yang progressive, passion, berikhsan. Namun pemikiran Wang ini tidak seutuhnya diterima. Karena kaum feodal yang sudah nyaman dengan budaya menjajah menolak. Kemudian revolusi kebudayaan datang. Orang china khususnya rakyat jelata tidak marah ketika Partai komunis membuat begitu banyak restriksi dalam tradisi beragama. Karena itu sejalan dengan pemikiran Wang Tai Yu. Beragama dengan hakikat bukan syariat.

Dalam konteks transedental sebetulnya hakikat manusia itu bukan raga tapi Ruh. Artinya agama itu dimaknai dari sisi kejiwaan, bukan materi sebagai ukuran. Gordon W. Allport sang akhli psikologi punya pendapat, bahwa agama dipandang sebagai 'comprehensive commitment' dan 'driving integrating motive', yang mengatur seluruh hidup seseorang secara kejiwaan. Artinya, Agama diterima sebagai faktor pemadu (unifying factor), menunjang kesehatan jiwa dan kedamaian masyarakat.

Tapi kalau memandang agama sebagai something to use but not to live. Orang berpaling kepada Tuhan, tetapi tidak berpaling dari dirinya sendiri. Agama digunakan untuk menunjang motif-motif lain: kebutuhan akan status, rasa aman atau harga diri. Orang yang beragama dengan cara ini, melaksanakan bentuk-bentuk luar dari agama. Ia puasa ,Sholat, naik haji dsb, tetapi tidak di dalamnya. Imam Al-Ghazali, menyatakan bahwa beragama seperti ini adalah beragama yang ghurur (tertipu). Tertipu, karena dikira sudah beragama, ternyata belum. Tidak akan melahirkan masyarakat yang penuh kasih sayang. Sebaliknya, kebencian, iri hati, dan fitnah, masih tetap akan berlangsung.

Dalam bukunya Wang menyebut Allah itu, Ch'ing- Chen Chiao atau yang suci dan sejati. Mereka tidak membaca AL Quran tapi buku yang ditulis ulama China mereka baca dan pahami. Mereka tidak perlu pertanyakan apakah tafsir itu benar atau salah. Selagi tidak bertentangan dengan nilai nilai kemanusiaan, itu dianggap sudah benar. Ya, Agama selain bagai elang yang terbang dengan idealisme spiritual yang tinggi untuk mencapai kesempurnaan pribadi, tetapi juga membumi bagai induk ayam yang terlibat secara etis pragmatis dalam keseharian. Paham neo konfusian itu sebagai lampu rakyat China bagaimana mereka membangun peradaban. Mereka hebat dan mudah dipersatukan karena cinta.

***

Kalau orang beragama karena rasa takut, tetapi saya beragama karena cinta. Katanya persepsi saya ini bertumpu kepada konsep tasauf. Misal, konsep tentang Sorga dan Neraka dalam dimensi ruang dan waktu, adalah konsep yang tidak pernah saya maknai seperti fantasi awam. Mengapa? konsep sorga dan neraka itu konsep paling terbelakang dalam beragama. Secara metodik, konsep sorga neraka ini lebih banyak mudharat daripada manfaatnya. Sangat mudah membuat orang terjangkit wabah ‘neurosis’; hidup dalam fatamorgana, ingin mati sahid agar dapat sorga dengan cara mudah. Lemah etos kerja, lemah berkompetisi. Dampak lebih buruk adalah kehilangan kemuliaan dia sebagai manusia, mahluk berakal, yang punya kebebasan berpikir dan hati.

Jadi bagaimana seharusnya konsep sorga neraka nitu? Konsep sorga neraka itu bukanlah “tempat”. Tetapi itu dipahami sebagai “kondisi”, dan itu bukan hanya di akhirat tetapi juga di dunia. Apa itu? Sorga itu di mana kondisi kita sangat dekat dengan Tuhan. Kondisi yang selalu prasangka baik dan berpikir dan berbuat hal yang positip. Karenanya, hidup kita jadi nyaman dan aman. Apapun nasip kita. Sedangkan neraka itu dimana kondisi kita sangat jauh dengan Tuhan. Selalu berprasangka buruk. Berpikir dan bersikap serta berbuat hal yang negatif. Ya, semua hal dibuat negatif. Memang faktanya secara kejiwaan, apapun entah kaya atau miskin, terpelajar atau bodoh, tetap tidak nyaman apabila jauh dari Tuhan.

Nah, bila di dunia sudah menemukan sorga, hidup bahagia lahir batin, penuh ikhlas maka dalam kehidupan dimensi akhirat akan sama saja. Soal “tempat” engga penting lagi. Begitupula bila di dunia merasakan neraka, maka di akhirat tidak akan jauh beda. Karena perpindahan dari dunia ke akhirat hanyalah perubahan dimensi ruang waktu. Sementara Tuhan, Sang Pencipta kan tidak berubah. Tuhan tetap dan abadi dalam ujudnya yang tak terdefinisikan. Cara terbaik dan mudah melatih menciptakan sorga, ya di rumah tangga. Menikahlah. Kalau bahagia, maka separuh sorga sudah ditangan kita. Selebihnya bagaimana kita bisa berguna bagi orang banyak.

Tapi apakah pengetahuan agama yang saya pelajari sejak ABG membuat saya puas dan merasa hebat? Tidak. Saya masih terus belajar. Tapi apakah saya meragukan semua firman Tuhan itu? Tidak. Al Gazhali adalah manusia religius yang autentik. Dia percaya pada wahyu, dia menghormati Nabi dan Kitab, dia setia kepada syariah, tetapi tidak merasakan kehadiran Allah secara jelas. Gazhali tiba tiba mengalami krisis ruhani, dan pergi kepengasingan. Dari sinilah terjadi transformasi kejiwaan, dari mendekati Allah karena dorongan rasa takut berubah menjadi Cinta.

Gazhali menyatakan bahwa para ulama itu benar, tetapi para Sufi lebih benar lagi :Hukum adalah Hukum dan Anda harus mengikutinya, tetapi Anda tidak bisa mencapai Allah dengan mempelajari Al Quran dan ritual semata. Anda perlu membuka hati, dan hanya para sufi yang tahu cara membuka hati untuk menebalkan nilai nilai kemanusiaan, dalam cinta dan kasih sayang. Karena itulah Gazhali menulis buku yang berjudul ‘Kimia Kebahagiaan “( Kimiyaat AL –Saadat) dan “ Kebangkitan Ilmu Agama ( Ihya Ulumiddin). Dalam dua buku ini , dia menempa perpaduan antara teologi ortodoks dengan terekat, metode sufi untuk menyatu dengan Allah. Gazhali menciptakan sebuah tempat bagi mistissme dalam kerangka islam ortodoks dan dengan demikian membuat tasauf menjadi terhomat. Begitulah agama yang saya pahami sampai kini.

Tuesday, November 12, 2019

Majelis Ulama Indonesia


Pada 26 Juli 1975 atau tanggal 7 Rajab 1395 H, di Jakarta., berdirilah MUI. Pedirian ini diawali dengan lahirnya “PIAGAM BERDIRINYA MUI”. Piagam ini merupakan kesepakatan para ulama, yang terdiri dari dua puluh enam orang ulama yang mewakili 26 Provinsi di Indonesia, 10 orang ulama yang merupakan unsur dari ormas-ormas Islam tingkat pusat, yaitu, NU, Muhammadiyah, Syarikat Islam, Perti. Al Washliyah, Math’lau Anwar, GUPPI, PTDI, DMI dan Al Ittihadiyyah, 4 orang ulama dari Dinas Rohani Islam, Angkatan Darat, Angkatan Udara, Angkatan Laut dan POLRI serta 13 orang tokoh/cendekiawan yang merupakan tokoh perorangan.

Niat Soeharto, membentuk MUI tak lain agar kekuatan islam berdasarkan patron itu bisa dikondisikan secara politik seprti maunya Soeharto. Karena Soeharto paham sekali bahwa umat islam itu sangat tergantung dengan patron atau tokoh ulama. Kalau semua ulama ditempatkan dalam barisan yang sama, dan mengarah ke tujuan yang sama sesuai kehendak penguasa, maka stabilitas politik lebih mudah dikendalikan. Wacana yang sensitif tentang agama islam, mudah diredam. Sehingga tidak berdampak pada terganggunya stabilitas politik.

Setelah reformasi, Gus Dur sebagai presiden, mengeluarkan pos pembiayaan MUI dari APBN. Alasan Gus Dur sederhana saja. Agar Ulama bisa mandiri menyelesaikan rumah tangganya dan karena itu tidak perlu tergantung pemerintah dan MUI tidak perlu pula harus loyal kepada politik pemerintah. focus ke umat saja. Tetapi MUI tetap punya sumber pendapatan dari uang sertifikasi halal, dan donasi dari perbankan syariah lewat Dewan Syariah Nasional. Era SBY, kembali MUI dapat dana dari APBN berupa bansos, besarnya Rp. 3 miliar setahun sampai sekarang. Dengan demikian secara tidak langsung menteri agama punya akses mengendalikan MUI.

Secara organisasi MUI itu punya alat organisasi yang sama dengan Yayasan pada umumnya. Perbedaanya adalah, dalam MUI keputusan itu diambil secara kolektif. Jadi kedudukan pimpinan MUI itu hanya bersifat administrasi. Di era Jokowi, peran sertifikasi halal diambil alih oleh pemerintah. MUI meggugat ke MK atas adanya UU yang mencabut otoritas MUI mengeluarkan label sertifikasi Halal. Jadi saat sekarang sumber pendapatan MUI hanya dari APBN dan donasi  perbankan syariah. Tentu ini sangat memukul MUI. Tapi apa sih sebetulnya fungsi MUI itu? Kalau liat dari misi organisasi, fungsi MUI adalah sebagai tempat atau wadah musyawarah bagi para ulama, zuama dan cendekiawan muslim dalam mengayomi umat dan mengembangkan kehidupan yang Islami.

Dengan fungsi MUI tersebut maka akan sangat mudah MUI terseret dalam arus politik praktis, setidaknya dapat dengan mudah dimanfaatkan oleh para politisi untuk mendapatkan dukungan suara dari rakyat. Itu pernah dibuktikan waktu Pilkada DKI. Dengan adanya “ pernyataan Pendapat dan sikap keagamaan MUI” Ahok yang tingkat elektabilitas tinggi, kalah dalam Pilkada. Mengapa ? menurut MUI, Pendapat dan sikap keagamaan itu lebih tinggi hukumnya daripada Fatwa. Karena itulah orang awam agama takut melanggarnya. Padahal apapun dalihnya, pendapat dan sikap keagamaan itu adalah produk politik. ya MUI berpolitik.

Dalam islam, Fatwa ulama bukanlah hukum yang harus ditaati, seperti rukun islam. Fatwa itu hanya tuntunan umat untuk menentukan sikap. Mengapa ? karena manusia dihukum sendiri sendiri di hadapan Tuhan. Tida bisa ngeles karena salah mengikuti ulama. Manusia diberi akal dan hati untuk menimbang salah benar. Nabi bersabda “ Mintalah fatwa kepada hatimu. Kebaikan adalah apa saja yang menenangkan hati dan jiwamu. Sedangkan dosa adalah apa yang menyebabkan hati bimbang dan cemas meski banyak orang mengatakan bahwa hal tersebut merupakan kebaikan.” Jadi saran saya, apapun sikap MUI engga usah ditanggapi berlebihan. Bawa santai saja. Kalau cocok , ya ikuti, engga cocok, ya lewatkan saja. Toh ulama juga manusia, yang pasti tidak sempurna.

***
Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timur mengimbau umat Islam dan para pemangku kebijakan atau pejabat untuk menghindari pengucapan salam dari agama lain saat membuka acara resmi. Imbauan tersebut termaktub dalam surat edaran bernomor 110/MUI/JTM/2019 yang ditandatangani oleh Ketua MUI Jatim KH. Abdusshomad Buchori dan Sekretaris Umum Ainul Yaqin. Dalam surat itu, MUI Jatim menyatakan bahwa mengucapkan salam semua agama merupakan sesuatu yang bidah, mengandung nilai syuhbat, dan patut dihindari oleh umat Islam.

Ada kisah Zaman Rasulullah dimuat dalam shohih Bukhori dan shohih Muslim. Rombongan kecil pasukan islam beristirahat pada suatu tempat. Pemimpin kaum ditempat itu terkena sengatan hewan. Mereka meminta pasukan islam meruqyah ( doa) agar sembuh. Pemimpin kaum itu tidak beragama islam. Karenanya mereka minta imbalan atas doa itu. Pemimpin kaum itu setuju memberi imbalan kambing. Benarlah, setelah di ruqiyah, penyakit karena sengatan itu sembuh. Namun mereka tidak langsung makan kambing itu sebelum mereka bertanya kepada Rasulullah. Apa jawaban Rasulullah? “ambillah kambingnya dan berilah aku bagian darinya.”

Memang semua ulama sepakat tidak mendoakan musuh. Tetapi itu hanya musuh yang memerangi kita. Kalau musuh tidak memerangi kita, itupun tidak dilarang mendoakannya. Bahkan kita harus mendoakan agar dia berbaik hati kepada kita sesuai dengan jalan Tuhan. Ketika perang, Nabi dalam keadaan luka parah diminta agar mendoakan hal yang buruk kepada musuh, beliau malah berdoa “ “Ya Allah, ampunilah kaumku, karena sesungguhnya mereka itu tidak tahu”. (HR. Bukhori 3477).

Mengucapkan salam adalah doa. Bahwa kita beragama bukan untuk Tuhan. Sholat dan ibadahn kita hanya untuk kita, bukan untuk Allah, dan Allah tidak perlu dibela. Dia Maha berkuasa dan Maha Pengurus. Bahkan 10 kali kita mati dan dihidupkan kembali oleh Tuhan, dimana selama itupula kita beribadah, tidak akan bisa membalas kemuliaan dan agungan Allah. Ibadah kita hanya untuk kita. Agama tidak diturunkan Allah untuk Dia tapi untuk manusia. Artinya, kita mencintai Allah dengan cara kita mencintai makhluk ciptaanNYA. Mendoakan mereka yang berbeda dengan cara mengucapkan salam, adalah bagian dari akhlak mulia.

Kita memang berbeda namun satu dalam kemanusiaan. Begitulah maksud agama diturunkan Allah, agar semua manusia saling berbuat baik dan saling mendoakan. Soal hidayah, itu hak prerogatif Allah. Tugas kita hanyalah berbuat baik, walau hanya sebatas mengucapkan salam. Nah kalau mengucapkan salam kepada yang berbeda dilarang, lantas kebaikan apa yang kita tebarkan. Kalau yang sederhana saja kita sulit. Padahal kita sepakat bahwa islam itu rahmat bagi semesta. Semoga paham. Wallahu a'lam (والله أعلمُ)


Sunday, November 10, 2019

Radikalisme ?


Ada nitizen yang bertanya kepada saya “ Apa definisi radikal itu, dan siapa yang dimaksud radikal itu? Pertanyaan ini, bagi saya terkesan seakan sipenanya merasa tersinggung dengan istilah redikal, yang mencurigai umat islam. Apapun jawaban saya, tidak akan cukup mencerahkan dia bila dia sendiri merasa sudah paranoid terhadap orang yang berbeda. Yang memang kalau saya baca postingan dari penulis tergolong influencer di sosial media, terkesan mengejek pihak yang dimaksud radikal itu, walau di dalam tulisan itu tidak ada secara vulgar mengejek. Hanya memberikan gambaran bagaimana radikalisme merusak persatuan dan kesatuan negara seperti Libia, Siria, Yaman. Dan ini berharap jadi pelajaran bagi semua.

Sebelum kita membahas soal Radikalisme, sebaiknya saya jelaskan dulu definisi radikalisme. Radikalisme adalah terminologi untuk hal yang berhubungan dengan politik. Jadi kalau tidak ada hubunganya dengan politik , maka itu tidak bisa disebut dengan radikal. Apa tujuan politik nya ? adalah untuk melakukan perubahan dalam sistem politik. Gimana caranya ? bisa lewat demokrasi atau anti demokrasi. Yang jelas radikal itu menginginkan perubahan politik yang cepat dan ekstrim. Artinya radikal itu lebih kepada pola berpikir ( mindset ), bukan pada agama. Agama hanya dimanipulasi saja untuk tujuan politik.

Mengapa sampai istilah radikal itu ditujukan kepada golongan Islam? Itu tidak datang atas dasar paranoid. Faktor sejarah politik mendukung. Sejak Indonesia merdeka pemberontakan golongan islam kepada pemerintah pusat beberapa kali terjadi dan berhasil ditumpas. Sampai hari ini aksi teroris dilakukan oleh golongan yang mengaku beragama islam dan tujuannya politik. Kemudian narasi kotbah dari sebagian ustadz memang bernuansa politik. Walau apa yang mereka sampaikan itu bisa saja cocok dengan dalil yang diyakininya namun belum tentu sesuai dengan dalil orang lain yang juga beragama islam. Apalagi dengan orang yang tidak beragama islam.

Sebetulnya perbedaan dalam islam itu tidak bersifat prinsip. Hanya berkaitan dengan masalah khilafiah tentang muamalah. Misal soal pakaian, perbankan, ekonomi, pemerintahan, bersosial dan lainnya. Sikap dan pilihan itu tidak bisa disebut radikal. Dalam sistem demokrasi setiap orang berhak menentukan pilihannya. Kalau anda tidak percaya dengan bank konvensional, silahkan ke bank syariah. Itu hak anda. Kalau anda tidak suka kepada kapitalisme, jangan buat PT. Buatlah Baitul Maal, atau Koperasi syariah. Kalau anda hanya ingin pakai cadar dan celana cingkrang, silahkan tapi lakukan itu dikomunitas anda sendiri. Jangan masuk ketempat umum yang mensyaratkan tidak pakai celana cingkrang dan cadar. Kalau anda tidak suka pancasila, anda bisa pindah kenegara yang menurut anda sesuai dengan syariat islam. Bebas saja.

Sepanjang perbedaan itu disikapi sebagai cara memperkaya khasanah islam, dan memperkuat keimanan, itu biasa saja, sah saja. Sikap itu tidak bisa dianggap radikal.Tetapi kalau sudah berkaitan dengan hukum dan UU maka semua pihak harus punya sikap sama. Mengapa ?karena UU dan hukum itu dibuat atas dasar konsesus bersama. Suka atau tidak, kita semua yang punya KTP indonesia harus patuh. Mematuhi konsesus adalah bagian dari aklak mulia yang diajarkan islam. Nah kalau ada golongan islam tidak setuju dengan UUD 45 dan Pancasila dan berusaha membangun narasi untuk mengubah sistem sesuai syariat islam, maka dia sudah melakukan paham radikal. Apapun alasannya, dia sudah berpolitik.

***
Tadinya di era Soeharto , pakaian Jilbab jarang sekali terlihat. Celana cingkrang tidak populer, apalagi di instansi pemerintah. Itu berangsur angsur marak setelah Soehato Jatuh. Itu ditandai dengan bentuk pakaian, kewajiban sholat wajib di Masjid, paranoid terhadap agama lain, termasuk menolak orang islam yang tidak terpengaruh dengan politik identitas. Awalnya Jilbab diperkenalkan jenis pakaian pembeda wanita muslimah yang taat dan tidak taat. Namun belakangan jilbab bukan hanya sekedar penutup kepala wanita, tetapi sudah sampai menentukan jenis jilbab apa yang sesuai syari dan mana yang tidak sesuai syari. Yang tidak dianggap sesuai dengan design syari walau pakai Jilbab, dianggap salah.

Waktu berlalu, Soeharto sudah lama terkubur, pakaian cingkrang tidak hanya segelintir orang tetapi sudah masuk ke instansi pemerintah. Jilbab lebar menjamur, dan kini massive diperkenalkan cadar. Para pria diharuskan memakain janggut, sebagai pembeda orang cinta rasul dan bukan. Untuk lebih meyakinkan, jidatpun disarankan agar nampak hitam sebagai tanda ahli ibadah. Dari mereka yang terpapar paham identitas semacam itu, sholat berjamaah lima waktu di Masjid, digunakan sebagai ajang menanamkan pemahaman baru soal politik identitas; negara daulah isalmiah, khilafah, dan Pancasila bersyariah.

Provokasi menanamkan kebencian terhadap orang berbeda terjadi terus menerus. Apapun hal yang remeh bisa jadi besar kalau menyinggung identitas Islam sebagai simbol. Bahkan bendera merah putih tidak lagi sakral, Ia sudah digantikan bendera tauhid. Penusuk Pak Wiranto itu lulusan Universitas Sumatera Utara, termasuk universitas bergengsi, tapi dia jadi bigot. Banyak orang jadi bigot yang siap mati menjadi martil demi membela politik identitas, padahal mereka termasuk orang terdidik. 90% pendukung HTI adalah para mahasiswa di kampus terbaik dan lulusan universitas terbaik yang dibiaya oleh APBN. Bahkan MUI juga sudah terjebak Politik identitas. Sukses menjatuhkan Ahok dan menaikan ABAS etnis Yaman sebagi Gubernur DKI.

Kini politik identitas semakin punya pengaruh significant. Ya semakin lama semakin renta persatuan negeri ini. Mereka dengan terang terangan berani mempertanyakan eksistensi Pancasila. Mereka juga dengan gamblang menentang politik pluralisme. PKS memang partai yang berkembang karena identitas islam. Itu hanya 8% suaranya. Tetapi banyak partai sekular juga mendukung politik identitas, bukan karena mereka orang taat tetapi karena mereka ingin menangguk keuntungan dari kaum radikal untuk menang dalam Pilkada ataupun pemilu. Bahkan AS menjadikan mereka sebagai proxy untuk melemahkan pemerintah yang tidak loyal terhadap geopolitik AS. Banyak oknum TNI yang secara diam diam, mendukung mereka, agar anggaran Pertahanan naik terus.

HTI memperkirakan tahun 2020, Indonesia tumbang dan khilafah akan bangkit mencapai kemenangan. Mereka yakin. Ditengah situasi ekonomi yang semakin sulit, mereka semakin mempunyai amunisi mengembangkan narasi bahwa semua karena pemerintah thogut, tidak berjalan sesuai dengan syariah islam. Orang yang hidup tertekan karena ekonomi yang tidak secure, kehidupan sex yang buruk, sakit hati karena kecemburuan sosial akibat rasio GINI terus melebar, akan mudah sekali tersulut menjadi kayu bakar. Ini ancama serius. Dan Menko Polkam engga menyadari hal ini dan sibuk meladeni wacana di media massa. Semakin mereka ditaggapi semakin militan pendukung mereka. Kontraproduktif untuk politik persatuan dan stabilitas keamanan.

Apa yang terjadi di Xinjiang terhadap muslim Uighur juga sama dengan terjadi di Indonesia. Berpuluh tahun elite dari etnis uighur membangun politik identitas , yang semakin lama semua berbeda dengan etnis lainnya. Identitas Islam semakin mendapat tempat di etnis Uighur. Mereka sangat ekslusif. Mereka juga tidak ingin membaur dengan entnis lain yang beragama islam. Saat itulah politik identitas berubah menjadi politik kekerasan lewat teror dan amuk massa. Berpuluh tahun aksi itu dihadapi dengan kekerasan juga oleh China, tetapi tidak berhasil memadamkan api.

Karena itulah China menerapkan program deradikalisasi. Ini program yang sangat mahal. Karena melakukan perubahan mental mereka yang terpapar politik identitas dan mengisolasi mereka dari pengaruh politik identitas lewat program pendidikan dalam satu camp besar, itu mahal sekali. Tetapi bagi China ongkos mahal itu tidak ada artinya dibandingkan dengan ongkos membiayai Polisi dan tentara memerangi mereka. Hasilnya dalam tiga tahun, Xinjiang sudah aman. Kehidupan ekonomi dan sosial mulai bergairah dan mereka punya hope tanpa bermimpi lagi ingin mendirikan negara islam di Xinjiang. Lantas mana program deradikalisasi yang dulu pernah didengungkan Indonesia di era periode pertama Jokowi berkuasa.? Apakah takut? takut di demo seperti mereka mendemo China?

Tuntutlah ilmu sampai ke negeri China.

Ada nitizen berkata kepada saya bahwa hadith nabi soal “ tuntutlah ilmu walau sampai ke negeri China” اُطْلُبُوْا العِلْمَ وَلَوْ في الصِّينِ. Mayoritas ulama menilai hadits ini sebagai hadits dho’if (lemah). Ibnu Hibban menilai hadits ini adalah hadits yang bathil. Sedangkan Ibnul Jauziy menilai bahwa hadits ini adalah hadits maudhu’ (palsu). Ini hanya pendapat ulama. Kita tidak tahu pasti mana yang benar dan mana yang salah. Masing masing cara berpikirnya textbook dari kitab kitab sebelumnya tanpa berusaha menggunakan nalar secara bebas. Tapi saya ingin menggunakan nalar saya untuk mengetahui kebenaran Hadith itu.

Seaadainya benar Nabi pernah bersabda soal “ tuntutlah ilmu walau sampai ke negeri China”. Tentu ada dasarnya, apalagi ini bukan berasal dari Firman Allah. Mengapa ? Nabi Muhammad lahir di Mekah pada 570 dan wafat di Madinah tahun 632. Ketika Era Nabi, China berada di bawah Dinasti Tang yang kelak digantikan oleh Dinasti Song. Saat itu China mengalami “Zaman Keemasan” (Golden Age) karena maju pesat di berbagai bidang: pendidikan, seni, sastra, budaya, politik-pemerintahan, ekonomi, teknologi, dan lain sebagainya. Chang’an (kini Xi’an) sebagai ibu kota, menjelma menjadi kota kosmopolitan dan pusat peradaban yang masyhur kala itu. Banyak para sastrawan, sarjana, dan ilmuwan hebat lahir pada masa ini.

Bagaimana dengan sistem pemerintahan China ketika itu ? Dinasti Tang menerapkan sistem pemerintahan terbuka di mana hanya orang yang punya kapabilitas, kompetensi dan intelektualitas ( bukan KKN) yang berhak duduk di pemerintahan. Proses seleksi sangat ketat dan terbuka. Pada Dinasti Tang pula sistem clearing perdagangan imbal beli dengan jaminan emas di perkenalkan keseluruh dunia yang menjadi mitra dagangnya seperti Arab, Persia, Maroko dan Afrika Utara dan Barat lainnya melalui Jalur Sutera (Silk Road). Untuk mendukung itu Dinasti Tang menyediakan ribuan kapal dan pejelajah darat yang hebat. Juga menyediakan World trade Center bernama Fan Fang, untuk menampung para pedagang dan pelayar dari Timur Tengah dan Afrika ini.

Ketika itu Jeddah yang berada di wilayah Arab adalah pusat perdagangan dan pelayaran di Semenanjung Arabia. Kota pelabuhan ini ramai dikunjungi oleh pedagang dari berbagai belahan dunia. Melalui mereka lah Nabi mendapat cerita kehebatan peradaban China. Mungkin alasan logis mengapa Nabi sampai mengeluarkan sabda bahwa tuntutlah ilmu sampai ke negeri China. Kelak, setelah Rasul wafat , Khalifah Usman bin Affan, menunjuk Sa’ad bin Abi Waqash pahlawan penakluk Persia untuk memimpin delegasi kaum Muslim ke China guna menjalin persahabatan dengan Dinasi Tang. Bahkan beliau konon wafat dan dimakamkan di China.

Orang China menyebut Nabi Muhammad adalah orang bijak. Namun panggilan untuk Nabi adalah Ma. Banyak orang China dengan nama Ma. Seperti Jack Ma pendiri Alibaba , sang miliarder yang menghentak wallstreet, yang juga di kenal sebagai inspirator wisedom. Banyak orang China bukan muslim tapi mereka tahu bahwa Nabi itu orang bijak. Makanya banyak orang tua kasih nama anaknya Ma. Dan bahkan Ma, salah satu marga yang ada di China. Tapi bagi orang yang sudah terlanjur benci dengan China, masalah hadith ini palsu ini dibesar besarkan dengan alasan China komunis. Padahal komunis itu baru muncul tahun 1947, dizaman Nabi tidak ada komunis. Cara berpikir salah, tafsir juga pasti salah, apalagi dibarengi nafsu kebencian.

Islam dan kearifan lokal



Saya bergaul dengan lintas agama, etnis, budaya dan warna kulit. Puluhan tahun saya bergaul dengan mereka baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Di Kiev saya sholat di teras Gereja yang sebetulnya tadi itu adalah Masjid ketika zaman kekuasaan dinasti Ustmani. Di Beirut saya sholat di rumah teman yang beragama kristen. Apakah saya pindah agama karena itu atau iman saya memudar ? Tidak. Mengapa ? Karena iman saya menyatu dengan adat saya sebagai orang Minang. Bahkan Bahasa inggeris saya tetap dengan slang Minang. Bukan itu saja, bicara Indonesia pun saya tetap dengan slang Minang.

Dalam berdoa saya lebih suka menggunakan bahasa minang. Didikan agama yang saya terima dari orang tua melalui sentuhan adat minang. Saya bangga karena saya adalah putra ibu saya. Sampai kapan pun tak akan pernah saya ubah. Karena saya mencintai ibu saya. Jadi kalau ada yang mempermasalahkan simbol salip atas design masjid itu artinya dia engga paham adat sebagai pengikat agama. Soal design itu mah cemeng…

350 Tahun Indonesia dijajah oleh Belanda. Dan selama itu kaum misionaris yang dibiayai kerajaan dan vatikan terlibat aktif menyebarkan agama di Indonesia. Tapi apakah selama 350 tahun mayoritas orang Indonesia pindah agamanya ke kristen atau katolik ? atau seperti sebagian orang Libanon yang Islam pindah ke Kristen ortodok karena di bawah kendali Barat. Tidak kan. Keberadaan islam sebagai agama di Indonesia tetap di hati rakyat. Mengapa ?

Karena islam diperkenalkan oleh para ulama tempo dulu melalui perkawinan kebudayaan. Sehingga sangat sulit bagi mereka untuk pindah agama. Apalagi cara cara kolonialis Belanda yang terkesan zolim, yang semakin membuat mereka memperkuat keimanan dan membentenginya dengan budaya keseharian. Contoh budaya berkumpul bersama tetangga dan handai tolan terus hidup melalui tradisi mengingat kematian , nujuh hari, empat puluh hari, seratus hari, seribu hari. Maulid Nabi dan lain sebagainya.

Kearifan dan kecerdasan para ulama tempo dulu dalam memperkenalkan islam di Indonesia sangat luar biasa. Budaya keseharian yang sudah menyatu dengan hindu dan animisme di modifikasi mereka agar sesuai dengan nilai nilai islam tanpa menghilangkan budaya itu sendiri. Itu sebabnya walau ketika itu yang berkuasa adalah raja Majapahit yang hindu namun Majapahit tidak melihat Islam sebagai ancaman. Karena itu islam cepat menyebar ke seluruh pelosok negeri ini. Sehingga jadilah islam yang bernuansa Indonesia. Aqidah itu tertanam dalam diri mereka dan malu bila dilanggar. Cobalah perhatikan, bagaimanapun jahatnya seseorang, marah kalau dibilang setan atau kafir atau murtad. Artinya dalam diri mereka ada Allah.

Makanya jangan kaget bila para pendiri negara kita menyebut Indonesia dengan sebutan yang sangat mesra dan sakral. Apa itu ? IBU PERTIWI. Karena bagi budaya Indonesia mencintai Ibu adalah sama dengan mencintai Tuhan. Dan Tuhan berkata bahwa sorga itu ada di bawah telapak kaki ibu. Suatu perpaduan yang luar biasa. Kehebatan Soekarno dan Hatta bersama para pendiri negara ini membuat Indonesia merdeka karena kepiawaian mereka menggunakan emosi budaya yang diawali dengan sumpah pemuda, bukan sumpah syariah islam. Bahkan berdirinya beberapa kesultanan Islam yang mengadopsi khilafah sangat mudah dihancurkan melalui politik adudomba dan akhirnya takluk kepada Belanda.

Tapi seorang Soekarno bersama sahabatnya yang tampa tahta mampu merebut kemerdekaan dari kolonial Belanda. Mengapa ? Mereka mengenal budaya Indonesia dengan baik dan merebut hati rakyat melalui budaya itu. Maka bersatulah rakyat dari berbagai golongan, agama dan suku, dalam barisan yang tertip termasuk umat Islam menuju perang rakyat semesta mengusir penjajah. Jadi kalau ada orang anti budaya Indonesia dan berusaha memisahkan budaya dan agama, itu artinya dia sedang berusaha menghancurkan Indonesia, menghancurkan komunitas islam. Moga anggota DPR yang mengolok ngolok menteri Agama, bisa memahami  ini.

Pria baik, istri yang baik.

Malam terasa dingin. Kasman berharap malam cepat berlalu. Karena tidur sendirian ditinggal istri kerumah orang tuanya sakit, memang tidak nyaman. Jam 1 paginya berlalu. Dia terbayang seminggu lalu ketika mengantar istrinya ke bandara “ Terimakasih mas. Sudah izinkan aku menjenguk ayahku yang sakit keras. “
“ Maafkan aku juga karena engga bisa antar kamu sampai ke kampung. Kerjaan aku di kantor sedang padat sekali. Sampaikan maaf aku ke ayah. Doa aku selalu untuk ayah. Maafkan aku juga ya mah”
“ Ayahku maklum kok. Aku udah bilang mas sibuk sekali. Ayah pesan aku engga boleh pergi bila mas tidak izinkan”
“ Ya udah pergilah. Kalau uang kurang untuk berobat ayah, bilang. Aku akan kirim ke ATM kamu. Aku bisa pinjam dari kantor.
“ Ya mas. “ Kata istrinya. Kasman mencium putri mungilnya yang terlelap dalam pelukan istrinya.

Dia melangkah ke kamar mandi. Ketika dia jongkok dia bingung. Bagaimana dia bisa masuk tanpa membuka pintu? Dalam kebingungan itu dia melirik ke cermin dan segera menyudahi buang hajatnya. Di dalam cermin ada wajah mertuanya tersenyum. Dia balik badan. Tidak ada seorang pun di belakangnya. Bulu kuduknya mulai berdiri. Kembali dia menatap cermin. Kini ibunya ada dalam cermin. Bukankah ibu sudah lama meninggal. Kenapa ada dalam cermin. Segera dia balik badan. Tidak ada ibunya di belakang nya. Dari bingung berubah jadi takut.

Dia segera mendorong pintu tapi tidak bisa. Sepertinya dia menabrak hologram. Dengan mudah dia melewati pintu kamar mandi tanpa harus buka pintu. Dia melangkah kembali ke tempat tidur. Nampak istrinya sendang tidur pulas. Diapun kembali tidur. Dengan sejuta tanya. Besok pagi dia akan cerita kepada istrinya.

Berkali kali dia panggil istrinya tidak menjawab. Dia sentuh tidak bisa. Seperti menyentuh hologram. Berkali kali dia teriak. Tetap saja istrinya tidak menoleh. “ apakah aku sudah meninggal ? Pikirnya. Tetapi mana malaikat? Mengapa tidak ada malaikat yang menjemput? Dimana aku sekarang ? Apa yang terjadi dengan ku? Begitu banyak pertanyaan yang membuat dia stress.

Dia melihat istrinya berdoa seusai sholat dan dia mendengar doa istrinya. Tak ada isi doa kecuali mendoakan dirinya agar sehat dan dalam lindungan Allah. Seketika dia merasakan bahunya ditepuk. Dia menoleh ke belakang. Ada pria berwajah teduh.

“ Kasman, kamu sedang berada diantara alam dunia dan kematian. Tuhan tunjukan kemuliaan kamu atas perbuatan mu kepada istri, ibu dan mertua. Tadi kamu liat ibu dan mertua mu tersenyum di cermin. Mereka bahagia di alam baqa. Karena punya anak dan mantu yang Sholeh. Kamu lihat bagaimana istrimu tak henti mendoakan mu karena kamu suami yang Sholeh.

Kasman... kamu pria yang sabar. Tak mengeluh walau gaji tak cukup dapat rumah DP 0%. Walau gajimu harus dipotong biaya BPJS yang naik. Walau biaya dan harga terus naik yang membuatmu tidak bisa lagi menabung untuk beli rumah. Kamu sabar dalam kerja keras penuh cinta. Dalam sempit hidupmu akan tetap lapang. Allah bersama orang sabar. Apakah ada nikmat lain selain punya istri yang Sholeh, setia dan tak henti mendoakanmu. “ kata pria itu.

Kasman terkejut dan langsung terjaga oleh suara dan getar HP nya. Dia segera terima telp “ Pa... ayah udah meninggal. “ Tersengar suara istrinya di seberang.
“ Kapan????
“ dua jam lalu. Aku telp papa mau kabarin tetapi dari tadi tidak diangkat. Baru sekarang bisa tersambung“
“ Ya ya. Kamu sabar ya. Aku pagi ini segera terbang ke rumah ayah. Nanti kita pulang bareng ya”


Pesan moral “ tidak ada kebahagiaan di dunia ini selain punya istri Sholeh dan setia. Dan setiap wanita akan menjadi sebaik baiknya istri ditangan suami yang baik. Keduanya saling melengkapi. Saling mendoakan dalam kebaikan, dan saling mengingatkan dalam kesabaran.

Kualitas elite rendah..

  Dari diskusi dengan teman teman. Saya tahu pejabat dan elite kita   berniat baik untuk bangsa ini. Namun karena keterbatasan wawasan dan l...