Thursday, August 22, 2019

Memahami perbedaan

Saya sering diledek oleh teman di China ketika sedang berpuasa. “ Bro, saya barusan dapat telp dari Tuhan, katanya kamu boleh makan sekarang? Ketika saya usai sholat, mereka berkata, “Tadi saya dapat telp dari Tuhan, bahwa dia sedang piknik. Engga ada waktu perhatikan kamu yang menyembahnya.”. Ada juga yang bertanya, kamu itu seperti kaum pagan. Menyembah Batu Hitam ( Ka’bah ). Yang disembah itu Tuhan. Tuhan itu ada di hati kita.
Ketika saya menolak makan Babi, teman saya yang non islam, bilang. “ Babi itu enak dan itu Tuhan yang ciptakan. Mengapa kamu tolak. Engga bisa terimakasih sama Tuhan, ya”. Dengan sesama islam kadang saya juga diledek. Kata orang suni saya itu syiah. Kata orang syiah saya suni. Hanya karena mereka meliat cara saya beragama. Semua kata kata itu tidak pernah membuat saya tersinggung. Saya hadapi dengan senyum saja. Mengapa ? karena dia bicara soal praktek keagamaan. Yang jelas begitu persepsinya. Wajar aja. Dia engga paham soal agama saya.
Namun yang mendamaikan saya adalah secara teologi hakikat agama itu sama, yaitu soal keyakinan kepada Tuhan. Adanya kesannya perbedaan karena kurangnya pengetahuan. Orang beragama dalam tataran awam, memang masih berfokus dengan ritual ( praktek/syariat). Baginya praktek itu segala galanya. Berbeda , berarti salah dan dia berhak menyalahkan, bahkan memperoloknya. Itu bukan hanya terjadi pada agama yang berbeda. Dalam satu agama saja punya keyakinan berbeda dalam hal ritual. Makanya dalam islam ada berbagai golongan berdasarkan mahzab. Begitu juga dengan kristen dan lainnya.
Tapi bagi orang yang sudah sedikit maju pemikirannya dan memahami prinsip teologi, dia tidak lagi melihat ritual sebagai pembeda dengan agama atau mahzab lain. Tidak menganggap serius soal praktek. Dia melihat dari sisi teologi. Dengan memahami teologi maka sikap toleran terbentuk dengan sendirinya sebagai akhlak atau budi dari sebuah agama. itu mendamaikan. Itulah tujuan agama itu ada.
Itu sebabnya, mengapa sebagian ormas keagamaan Kristen justru menganggap angin lalu kata kata UAS itu? Karena UAS tidak bicara dalam konsep teologi. Dia bicara tentang ritual keagamaan dia sendiri. Di mana mana Kecap KS nomor 1. Kalau soal ritual dipertentangkan dan baper , jelas tidak bijak. Anggap saja itu sebagai metodelogi dia mendidik umatnya. Inilah prinsip memahami teologi. Kendaraan boleh beda, tetapi tujuan sama. Engga usah saling baper. Capek kan kalau soal ritual dipermasalahkan terus.
Mengapa perbedaan itu dalam islam dikatakan rahmat. Karena bukan perbedaanya yang menjadi rahmat tapi sikap orang yang bisa menerima perbedaan itulah yang menjadi sumber rahmat. Itulah pentingnya pemahaman teologi. Nah kalau islam itu adalah rahmat bagi semesta. Maka islam harus digaris depan dalam hal toleransi. Kalau masih anggap islam itu rahmatan lilalamin, maka berhentilah mengajarkan hal yang intolerance, Kita hebat bukan karena kata kita tetapi karena orang lain mengatakan kita baik. Dan itulah akhlak budi pekerti yang mendamaikan.
Namun bagaimanapun Pemerintah menyadari bahwa masalah perbedaan dalam hal beragama ini adalah masalah sensitip. Apalagi kalau perbedaan itu ditunggangi oleh kepentingan politik. Itu akan berdampak destruktif dalam membangun peradaban. Makanya, negara harus hadir di sini. Caranya? ya dengan mengeluarkan aturan dan UU penodaan agama dan SARA, Ormas. UU ini dibuat dengan membatasi mana ranah publik dan mana ranah privat. Selagi itu bersifat privat maka itu dibenarkan namun bila perbedaan itu diangkat ke publik , maka yang tadinya dibenarkan menjadi kriminal. Ada sangsi hukumnya. Itu sebabnya HTI itu dilarang dibanyak negara. Karena dia mengangkat hal yang sensitip soal keyakinan beragama di depan publik.

Friday, August 09, 2019

Pancasila dan Ormas Islam


Saya termasuk pemerhati soal gerakan khilafah tetapi bukan berarti saya setuju dengan semua konsep khilafah. Mengapa? Khilafah itu dalam Islam masuk ranah ijtihadiyah ulama. Yang namanya ijtihadiyah bisa saja berbeda antar ulama. Terbukti sampai sekarang lebih banyak yang berbeda daripada setuju. Khilafah itu bukan tujuan tetapi metodelogi mencapai tujuan. Yang namanya metode ya bisa saja Ijtihad-ijtihad itu berbeda di setiap negeri ; bisa kerajaan, Republik ya sesuai kearifan lokal. Kalau Indonesia memilih Republik dengan philosopy Pancasila maka itu adalah itjihad ulama ketika menerima Republik Indonesia sebagai bentuk negara.

Salahkah ulama yang ikut mendirikan negara ini? Tidak juga. Karena pengamalan Pancasila sudah sesuai dengan ajaran Al Qur’an ( Surat At-Taubah ayat 4). Jadi kalau ada upaya ingin mengganti Pancasila maka itu artinya dia sedang berupaya keluar dari konsesus berdirnya negeri ini. Seburuk buruknya akhlak adalah keluar dari konsesus dan komitmen. Padahal pilihan sederhana. Kalau engga setuju Pancasila, silahkan pindah ke negera yang mau menerapkan konsep khilafah. Mau dialogh? Engga ada lagi ruang untuk dialogh. Orang sekarang sibuk mikirin soal yang lebjh penting dari pada dialog soal khilafah yang hanya buang waktu.

Nah bagaimana dengan khalifah ? dalam Al-Qur'an disebut "khalifah fil ardh" Lihatlah QS al-Baqarah: 30, al-An'am: 165). Khalifah berarti wakil/pengganti, pemimpin, pemakmur, yang bersedia mengemban amanah sebagai wakil Allah di muka bumi. Artinya setiap umat manusia adalah khalifah di bumi ini. Ini diimani oleh semua pemeluk Islam. Namun bukan berarti untuk melaksanakan fungsi khalifah itu harus dengan konsep khilafah seperti khalifah empat paska rasul wafat atau seperti dinasti Ustmani. Bukan. Khalifah itu sistemnya ada pada diri manusia yang beriman dan berkahlak. Ada di hati manusia yang hanya menyuarakan kebaikan kebenaran dan keadilan. Nah bagaimana bentuk khilafah, itu tidak dipersoalkan. Ya itu hanya metodelogi bukan tujuan.

Bagaimana sebetulnya fungsi khilafah itu diterapkan saat sekarang? Kalau dasarnya adalah kebaikan kebenaran dan keadilan maka itu adalah negara yang anti korupsi dan makmur. Negara apa saja itu ? Denmark, Selandia Baru, Finlandia, Swedia dan Switzerland. Negara ini dikenal dengan Corruption Perception Index (CPI ) paling tinggi score nya. Nah justru konsep khilafah itu ada di negara non Islam. Di negara yang mengusung syariat islam seperti Arab Saudi, Irak, Iran, Pakistan, justru Score CPI sangat rendah. Mengapa bisa begitu ? Karena sebagian besar umat Islam lebih focus kepada khilafah bukan kepada esensi khalifah dimana akhlak yang utama. Bila akhlak khalifah ada pada setiap manusia maka apapun bentuk negara akan baik jadinya

Politik itu tidak seperti yang nampak di permukaan. Selagi aktifitas nya terus terjadi tanpa ada halangan dari pemerintah, itu artinya gerakannya dipahami secara politik dan dibenarkan. Mengapa ? itu lah design politik yang di create oleh elite politik dalam sebuah konsesus. Perhatikan , contoh keberadaan HTI dan FPI itu dasarnya adalah UU Ormas Nomor 17/2003, kemudian direvisi dalam UU Nomor 17 Tahun 2013 tentang Ormas. Selama gerakan FPI dan HTI tidak bertentangan dengan UU maka itu sah saja. Kalaupun ada oknum FPI yang masuk bui itu karena pelanggaran hukum murni, seperti tindakan anarkis dalam kegiatannya. Tetapi tidak mengurangi eksistensinya sebagai Ormas yang diakui oleh UU.

Kemudian, konsesus politik terjadi lagi. Jokowi mengeluarkan Perppu Nomor 2 Tahun 2017 tentang Ormas, yang akhirnya disyahkan DPR menjadi Undang-Undang UU Nomor 16 Tahun 2017. Sejak itu Ormas yang masih mau melaksanakan kegiatannya harus patuh pada UU itu. Sepanjang mereka patuh dengan UU, HTI maupun FPI bisa terus melaksanakan kegiatannya. Mengapa akhirnya HTI dibubarkan? itu bukan karena pemerintah melarang atas dasar suka tidak suka. Tetapi melaksanakan amanah UU yang dibuat oleh rakyat lewat DPR. Sarat yang ditetapkan oleh UU Itu adalah idiologi ormas harus Pancasila. Final.

Sebagaimana HTI, mereka menolak Pancasila sebagai idiololgi. Itu juga hak mereka. Tentu secara UU, pemerintah tidak melarang HTI untuk melakukan perlawanan melalui pengadilan. Proses pengadilan di tempuh dan sidang terbuka. Hasilnya HTI kalah. HTI memilih membubarkan diri sesuai UU. Nah FPI juga sama. Kalau mereka patuh dengan UU Nomor 16 Tahun 2017, tidak perlulah ada mediator untuk melunakan Jokowi agar bersedia memperpanjang Izin FPI. Mengapa ? Jokowi sebagai presiden bekerja secara UU. Tidak mungkin Jokowi melanggar UU. Selagi FPI patuh kepada UU, tanpa mediator Prabowo pun, izin perpanjangan itu pasti didapat.


Saya yakin, kalaupun Prabowo mau menjadi mediator antara Jokowi dan FPI, tetap dalam kuridor UU. Tugas Prabowo adalah memberikan keyakinan kepada FPI bahwa pemerintah Jokowi tidak islam phobia. Mendukung Jokowi adalah mendukung Islam Rahmatan lilalamin. Antara Jokowi dengan umat islam , tidak ada masalah. Negara ini juga tidak punya masalah dengan Umat islam. Artinya ini bukan antara Jokowi dengan FPI , tetapi antara FPI dengan dirinya sendiri. Apakah FPI mau patuh kepada UU atau ingin mengikuti jejak HTI. Ruang diskusi terbuka, bagaimanapun secara Politik pemerintah ingin FPI patuh dengan UU, dan menjadi aliansi pemerintah. Itu lebih baik daripada berada diluar yang bisa merugikan FPI sendiri.

Kebebasan berpikir

Beberapa hari lalu BRIGADE MUSLIM INDONESIA melakukan tindakan sewenang-wenang dengan mendatangi Toko Buku Gramedia di Makassar langsung melakukan sweeping dan menyita buku-buku yang dituding mengajarkan Marxisme dan Leninisme. Tahun 2012 Front Pembela Islam (FPI) Kota Depok melakukan sweeping terhadap buku "5 Kota Paling. Berpengaruh di Dunia" karangan Douglas James Wilson. Hal ini mengingatkan sejarah ketika China semasa revolusi kebudayaan. Dimana semua buku berbau kapitalis ann agama di sita dan pemiliknya di seret ke kamp kerja paksa untuk di budayakan.
Tapi apakah China sekarang melarang buku Kapitalisme? tidak. Sejak reformasi ekonomi China, era Deng, kapitalisme diajarkan secara luas di sekolah ekonomi China. Tahun 1980an Mbah neoliberal, Milton Friedman pernah mengajar di kampus yang paling bergengsi dan tempat mencetak pemimpin di China. Bukan hanya buku kapitalisme bebas dipelajari tapi juga buku agama apapun bebas diperjual belikan dan dibaca. China tidak pernah menyensor buku agama sepanjang penulisnya adalah individu, bukan organisasi.
Saya pernah menghadiri seminar di Shanghai tentang power of spiritual. Disitu orang bebas berdiskusi soal politik identitas agama. Semua opini dan pemikiran soal politisasi agama dibicarakan secara terpelajar. Pembicarapun bukan hanya datang dari dalam negeri china tetapi juga dari beberapa pakar dari luar china. Saya sempat kawatir seminar itu akan dihentikan ditengah jalan ketika ada pembicara mengkritik sistem komunis China. Namun sampai usai seminar semua baik baik saja. Orang tanpa prasangka negatif berusaha memahami jalan pikiran orang lain.
Salah satu kehebatan Deng ketika mereformasi China, bukan hanya soal ekonomi tapi jauh yang lebih penting adalah kebebasan berpikir. Orang secara individu tidak ditangkap karena perbedaan pandangan dan pemikiran. Orang tidak ditangkap karena mempelajari paham atau idiologi selain Komunis. Mengapa ? Teman saya di CHina mengatakan” dalam hidup ini pada akhirnya, pikiran tinggalah pikiran namun perbuatan adalah segala galanya. Ketika anda berbuat maka anda berhadapan dengan UU dan Hukum negara, juga moral. Kalau melanggar maka anda akan dipidana. Orang terpelajar tahu bahwa Itu bukan berarti pemerintah tidak suka akan paham dan pemikiran anda, tetapi karena anda melakukan perbuatan yang melanggar Hukum. Walau pemikiran anda hebat namun hidup anda kere , itu bukan karena pemerintah tidak adil tetapi karena anda malas dan lemah berproduksi. Itu konsekwensi sebagai warga negara.”

Jadi, bijaklah. Kalau pikiran anda itu akan melanggar hukum bila dilaksanakan, sebaiknya diam saja dan tidak perlu dilaksanakan. Itu ciri orang terpelajar yang paham batasan dia sebagai warga negara. Namun sepanjang itu hanya sebatas pemikiran dan pengetahuan, anda mau bicara apapun itu hak anda. Tapi jangan memaksakan kehendak agar orang akan sama dengan anda. Jangan mengeluh karena itu apalagi mengadili orang yang berbeda dengan anda . Perbedaan pemikiran dan paham itu adalah fitrah, dan karena itu potensi manusia dapat tumbuh dan berkembang untuk lahirnya peradaban yang lebih maju dan bermartabat.

Sunday, July 28, 2019

Humble

Sambil menanti waktu boarding saya minum kopi sambil merokok di ruang priority Pass Premier Lounge CX Bandara Soeta, didepan saya ada Polisi berseragam gagah. Di pundaknya ada bintang. Duduk di kiri kanannya ada ajudannya. Tak berapa lama ada bule mendekati sang Jenderal minta agar menggeser duduknya karena butuh colokan listrik untuk recharge smartphonen nya. Sang jenderal dengan ramah berdiri. Bukan hanya berdiri tapi membantu bule itu mencolokan kabel ke listrik. Saya takjub, diruang berkelas, masih ada kesederhanaan dan kerendahan hati. Walau ada bintang di pundak, ajudan dikiri kanan, tak menghalangi orang untuk mengnolkan dirinya dan berbagi. Saya takjub.

Ketika keluar ruangan untuk boarding, saya menganggukan kepala dan tersenyum kepada Jenderal itu. Apalah saya dibandingkna jenderal itu, yang mungkin pernah menyabung nyawa untuk tugasnya, atau bisa saja harus meninggalkan keluarganya untuk tugas yang tak pernah dia tanya mengapa. Bintang di pundaknya adalah repliksi pengorbanan sepanjang usia. Tapi dia malah berdiri menundukan tubuhnya kepada saya sebagai bantuk balasan rasa hormat saya. Saya melihat Jokowi membungkuk tubuhnya dihadapan Guru, dihadapan anggota Dewan yang terhormat usai berpidato. Saya bukan hanya takjub tapi lebih dari itu saya menaruh hormat, Bukan karena pangkat dan jabatan mereka tapi karena kerendahan hati.

Yochai Benkler, guru besar dari Yale itu, menulis The Wealth of Networks, menjelaskan tersirat bahwa kapitalisme menjadi kehilangan sisi kemanusiaan ketika sombong dan tinggi hati menciptakan kelas, bukan tempat berkelas atau kemewahan yang membedakan tapi sikap arogan itu penyebabnya orang berbeda. Tidak selalu pasar menguasai segalanya untuk laba. Facebook di buat tidak bertujuan laba, kecuali membangun jaringan sosial antara mahasiswa dan berbagi rasa satu sama lain. Richard Stallman menyediakan peranti lunak gratis bagi siapa saja. Beriburibu pengembang software pun bekerja sebagai sukarelawan bersamasama dan berhasil menciptakan GNU/Linux. Sebanyak 4,5 juta sukarelawan lain menciptakan sebuah superkomputer paling kuat di muka bumi, SETI@Home.

Dulu orang merasa bangga bila di rak bukunya ada buku ensiklopedia karena itu menunjukan dia punya kelas. Tapi kini Wikipedia, didirikan pada 2001, ensiklopedia lewat Internet ini kini sudah terbit dalam 266 bahasa, isinya ditulis oleh 75 ribu penyumbang aktif. Siapa saja sebenarnya dapat mengisi dan mengedit isinya—dan dengan demikian diasumsikan ada saling koreksi dalam proses berbagi informasi itu. Dalam komunitas yang terbentuk oleh Wikipedia ini—tiap bulan ia dikunjungi 65 juta orang. Sebuah dunia baru tengah mendesak dunia ensiklopedia berbayar. Kapitalisme adalah kekuatan pasar tapi pasar yang bersehaja yang tetap menganggap manusia itu equal, sombong itu burukl. Ada kerendahan hati yang membuat apapun sistem menjadi indah. Karena berbagi, itulah nilai kemanusiaan yang membuat hidup lapang.

Ketika akhirnya Mark Zuckerberg kaya raya karena jaringan sosialnya dihargai orang melalui bursa, Mark tetap menjadi kapitalis dengan sikap rendah hatinya tanpa ada simbol kemewahan sebagai miliarder. Jokowi terpilih sebagai presiden dari proses politik kapitalis dan mengontrol sumber daya raksasa republik ini namun tidak membuat dia merasa rendah bila harus rendah hati. Maka para pemikir agamais tak boleh mengatakan dengan geraham gemeretak bahwa kapitalisme adalah sistem yang menelan ”ruang kehidupan” tapi akhlak buruk lah yang merusak semua.

Ketika orang membenci Kapitalisme karena alasan dia tak ingin dibayar murah bekerja ala kadarnya, tidak mau kalah dalam kemiskinan karena modal yang berkuasa, namun pada waktu bersamaan dia jadi budak patron agama, bukan karena modal tapi untuk fantasinya. Bukan karena business class atau economy class tapi kesombongan beragama dan status sosial yang laku dijual untuk hidup senang dan membuat orang banyak patuh, disitulah sebenarnya kerakusan kapitalisme sedang dibangun diatas bani BOTOL

Feodalisme

Tahun lalu saya ketemu dengan teman lama dari Beijing. Dia usai mengikuti konvensi IMF di Bali. Di usia kepala empat dia nampak lebih muda dari usianya. Dia datang ke Jakarta khusus untuk bertemu saya.“ Kamu kan janji akan undang saya dinner. Kemana kita pergi ? Katanya ketika bertemu di loby hotel. Saya ajak dia ke kawasan Pecenongan makan seafood di restoran kaki lima. Dia menikmati suasana tempat kami nongkrong. Orang orang tidak tahu wanita yang sedang bersama saya itu adalah otoritas China.

“ Hampir semua Sino Indo ya. “ Katanya.
“ Ya ini kawasan China town di Jakarta. “
“ Oh Ya. “
Seorang pengamen datang membawakan lagu. Saya minta pengamen itu membawakan lagu “ You Liang Dai “ dari Teresa Tang. Kebetulan pengamen bisa membawakan dengan baik. Usai menyanyi itu, saya beri tip. Dia tersenyum. " Teresa Tang itu kelahiran Medan ya. "
" Oh ya. " Saya terkejut.
" Ya. Ada cerita. Dulu Deng mengharamkan mendengar lagu Teresa. Karana dia warga Taiwan. Tetapi ketika Deng meninggal, di kamarnya banyak sekali kaset Teresa. Ternyata pribadi Deng sangat romantis. Beda dengan kehidupan politiknya. Besok saya akan ke Medan“
“ Mau saya temanin ?
“ Engga usah. Kan kamu bilang besok kamu mau ke Hong Kong.
“ Ya. Besok saya ke Hong Kong. Hati hati di jalan ya.” Kata saya.
“ Saya membayangkan betapa hebatnya Indonesia. Dari data ekonomi yang saya baca, luar biasa sekali pencapaiannya dalam tiga tahun terakhir. China butuh 10 tahun untuk meletakan pondasi reformasi ekonomi. Ketika Deng memulai reformasi , kami diuntungkan pasar dunia sedang bergairah. Tetapi Presiden anda memulai reformasi ditengah krisis global dan defisit anggaran. Dan sukses melewati goncangan demi goncangan. Tentu yang terberat adalah tahun tahun awal dia berkuasa. Bagaimana itu bisa terjadi ?
“ Sebagian besar rakyat Indonesia memang tidak berharap banyak kepada Presiden terpilih. Kami hanya ingin jangan lagi ada pemimpin yang masih ada kaitannya dengan masa lalu. Lahir dari kaum feodal. Kami ingin mengubur masa lalu agar kami bisa melihat ke masa depan. Itu sebabnya presiden kami pilih. Setelah itu kami siap menerima perubahan walau harus menyakitkan. Kami sadar itu.”
“ Luar biasa. Tanpa revolusi kebudayaan, rakyat anda bisa memaklumi perubahan. Bagaimana bisa ?
“ Karena kami negara religius. Kami percaya kepada Tuhan dan sadar bahwa Tuhan tidak akan menolong kami bila kami tidak bisa menolong diri kami sendiri. Pemimpin hanya memberikan arah kemana kami harus melangkah. Dia bekerja keras melaksanakan amanah dengan rendah hati dan kami percaya itu. Selebihnya kamilah yang harus berbuat apa saja agar negeri ini bergerak kedepan untuk anak cucu kami.”
Dia nampak terpesona dengan ucapan saya. “ GNP indonesia telah tembus USD 1 tiliun. Indonesia masuk kelompok negara USD 1 triliun GNP. Tidak bisa dibayangkan indonesia akan seperkasa ini kalau melihat kejatuhan ekonomi tahun 1998. Tapi benar katamu. Semua karena pemimpin yang amanah dan rakyat yang sadar untuk berubah dan berdamai dengan masa lalu. Damai itu lebih baik walau memang menyakitkan. Ya, kan “ Katanya tersenyum.
Saya mengangguk.
“ Eh. tahun depan akan ada election ya. Kira kira gimana peluang MR. Jokowi ?
“ Kemungkinan akan terpilih lagi. Tetapi para oposan selalu mengangkat issue klassik soal kemiskinan dan harga naik. “ Kata saya dengan wajah sendu.
“ Bro, dengar ya. Penyakit kebudayaan negara yang pernah terjajah selalu tidak ingin ada orang baik membela kepentingan orang rakyat kecil. Penjajah melahirkan mental feodal. Bagi mereka negara dan bangsa itu hanya sebatas bungkus namun hakikatnya adalah bagaimana mengekalkan budaya feodal. Budaya menjajah. Padahal kemiskinan itu akan selalu ada. Harga akan selalu naik. Siapapun presidennya. Tidak ada sistem negara yang sempurna. Tuhan pun tidak menciptakan manusia semua kaya dan longgar. Ya, kan.
Siapapun calon pemimpin seharusnya tidak lagi menggunakan retorika kemiskinan untuk mendekati simiskin. Tetapi bagaimana mendelivery solusi untuk dekat kepada rakyat. Didalam sistem demokrasi yang saya perhatikan, kadang banyak pemimpin populis justru datang dari kaum feodal yang tidak pernah berbuat nyata ditengah rakyat. Mereka berada di istana gading feodalisme. Hadir di tengah seminar kemiskinan tetapi mereka tidak pernah dekat dengan orang miskin. Bahkan makan sesuai menu orang miskin pun hanya dilakukan ketika kampanye. Ini penyakit kebudayaan. Takut berjabat tanggan dengan rakyat.
Untunglah mayoritas rakyat Indonesia menyadari ini. Mereka cerdas memilih orang yang tepat untuk memimpin mereka. Jokowi orang yang tepat tentunya. Saya yakin dengan pencapaian yang dilakukan Jokowi selama periode kepempinannya tidak sulit baginya untuk mendapatkan dukungan mayoritas rakyat Indonesia. Kalian akan baik baik saja. Indonesia akan menjadi negara hebat. Menjadi insprasi dunia islam bagaimana pemimpin muslim itu seharusnya. Menjadi inspirasi bagi negara demokrasi bagaimana melaksanakan demokrasi dengan benar atas dasar nilai nilai kebebasan, kesetaraan dan perdamaian” Katanya.
“ Saya harap juga begitu. Eh gimana dengan China ?
“ Kami sedang berhadapan dengan kepongahan AS. Tetapi itu tidak terlalu mengkawatirkan. Karena sektor manufaktur hanya 17 % terhadap GNP kami. Yang terkena kan sektor manufaktur akibat perang datang. Sektor pertanian masih mayoritas penyumbang GNP. Data terakhir tingkat kepuasaan rumah tangga China semakin meningkat karena ekspansi pemerintah dalam stimulus ekonomi untuk pembangunan pedesaan dilakukan secara meluas. Dan lagi perang dagang tidak akan berlansung lama. Ini hanya pencitraan Trumps saja sampai rakyat AS lupa harga naik dan janji populisnya. Bagaimanapun AS adalah penyokong perdagangan bebas. Itu tidak akan berubah. “
“ Kamu selalu optimis?
“ Justru kamu yang optimis. Seperti indonesia tidak gampang. Musuhnya bukan orang asing tetapi dari dalam negeri sendiri. Mental Feodal. Mereka yang haus akan kekuasaan. Sementara china , kami hanya menghadapi musuh dari luar. Itu lebih jelas. Lebih jelas menghadapinya. Semoga kalian baik baik saja. “ katanya dengan tersenyum.
Kami akhiri pertemuan itu sambil berjanji akan bertemu kembali. Sebelum keluar dari restoran itu anak kecil menawarkan tissue. Dia membeli satu dengan memberikan pecahan Rp. 100.000 kepada anak kecil sambil membelai kepala anak itu dengan cinta layaknya seorang ibu. 

“ semoga kelak anak ini jadi presiden Indonesia. Presiden yang lahir dari wong cilik yang tahu arti kerja keras dan berbagi tentunya.” katanya melirik kearah saya.

Agenda

Seharusnya setiap orang yang ingin jadi pengusaha, profesional, politisi, kepala daerah, harus punya agenda. Agenda ini berhubungan dengan visi dan obsesi—mengapa orang harus berjuang mencapai tujuan agendanya—. Dengan Visi dan obsesi itu, membuat orang punya passion menghadapi segala tantangan. Punya kekuatan pikiran untuk melakukan kreatifitas menghadapi kendala dan mengubahnya menjadi peluang. Saya perhatikan, Jokowi ketika jadi Gubernur DKI. Dia focus kepada tiga hal saja yaitu Infrastruktur dan perumahan rakyat dan revitalisasi pasar. Ketiga hal itu sudah diprakteknya di Solo dan berhasil. Jokowi eksekusi MRT, Revitalisasi Pasar dan bangun Rusun dimana mana, yang kemudian dilanjutkan oleh Ahok.
Dengan adanya agenda, maka kita bisa menentukan skala prioritas. Mengapa ? Karena kita tidak mungkin mengerjakan semua hal dalam satu kali ayunan. Proses hidup adalah proses berkesinambungan dari semua orang dengan fungsinya masing masing. Anda bukan superman yang bisa mengerjakan semua hal. Pilih skala prioritas yang bisa dirasakan langsung oleh orang lain. Dan memastikan kehadiran anda bermanfaat bagi orang lain. Siapapun itu.
Seperti hal Jakarta. Anies harus tentukan skala prioritas. Kalau susah menentukan maka tinggal buka Map pembangunan DKI yang sudah ada rencana strategisnya lengkap dengan Perda pendukungnnya. Pilih saja diantara rencana strategis yang sesuai dengan agenda Anies. Misal, di Jakarta itu ada lima mega proyek prioritas yang sudah direncanakan jauh sebelumnya. Apa saja proyek itu ?
Pertama adalah pembangunan TOD di setiap stasiun kereta Api di Jakarta dengan kompensasi menghilangkan semua pintu kereta. Ini proyek diluar APBD. Peserta tendernya banyak dan sekarang nunggu engga jelas. Mengapa? karena kebayang engga stasiun Kota jadi TOD. Ada berapa tower apartement untuk rakyat kecil dan kelas menengah bisa dibangun. Belum lagi Stasiun Manggarai. Itu luas sekali untuk dibangun TOD menampung usaha kecil dan menengah serta Rusun untuk kelas menengah bawah.
Kedua, Pembangunan proyek Light Rail Transit (LRT) Fase II direncanakan akan dibangun dengan skema Kerjasaa Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU). Sedangkan BUMN PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (PII) akan melakukan pendampingan proyek tersebut. Fase kedua masih tunggu studi kelayakan engga tahu kapan bisa dilaksanakan. PMD dibatalkan oleh DPRD. Anies diam saja. Padahal Fase pertama Ahok tidak lebih setahun sudah mulai proyek dikerjakan. Dan sekarang sudah bisa digunakan.
Ketiga, super block Sunter yang digabungkan dengan Lapangan Bola kaki dan rumah sakit international termasuk Masjid terbesar di Indonesia. Proyek ini juga akan menerapkan KPBU dengan swasta Asing dan Jakpro. Belum jelas kapan tendernya. Lebih konyol lagi digabung dengan PLSampah. Ya gimana bisa layak proyek tersebut. Hunian digabung dengan PLTsampah. Akibatnya block sunter gagal dibangun. Proyek pembangunan fasilitas pengolahan sampah dalam kota atau Intermediate Treatment Facility (ITF) Sunter yang peletakan batu pertamanya tahun 2018, sampai sekarang belum bergerak. Terkendala belum ada keputusan soal tipping fee.
Keempat, penyelesaian proyek Kanal Banjir Timur (KBT) yang merupakan proyek pemerintah pusat yang didampingi oleh Pemda DKI melalui dana pinjaman dari world bank. Sampai sekarang masih tersendat sendat karena Aneis kejebak janji Pemilu membangun tanpa menggusur. Lihatlah sekarang bagaimana proyek terbengkalai dan tumpukan sampah menutupi kanal yang sudah terbangun sebagian.
Kelima. Penataan segitiga Tanah Abang sebagai salah satu centra strategis kota. Proyek alih alih di follow up, malah tanah abang di acak acak jadi engga jelas. Padahal kalau proyek ini digelar akan banyak investor berminat dengan skema B2B. Jarak tanah Abang dengan Sudirman dan Tharim itu hanya 10 menit jalan kaki. Kebayangkan strategisnya. Tentu kalau proyek itu digarap, tidak sedikit tenaga kerja bisa terserap dan PAD didapat. Hasilnya Tanah Abang akan menjadi Pusat Business modern sekelas SCBD Sudirman. Apalagi proyek ini dikonbinasikan dengan CSR membangun trotoar dari Sudirman ke Monas seperti Orchard Singapore. Ini juga tidak disentuh. Malah membolehkan pedagang kaki lima di trotoar. Dan lain sebagainya.
Membangun DKI itu berpacu dengan waktu. Mengapa ? karena pertumbuhan kota yang dijejali oleh urban begitu pesat. Tingkat kemacetan semakin tinggi. Masalah sosial semakin rumit. Kalau lah gubernur bekerja keras 24 jam sehari belum tentu bisa mengejar ketertinggalan pembangunan. Apalagi kerjanya hanya wacana. Engga akan kekejar. Buktinya sampai sekarang progress proyek tidak jelas. Padahal Anies udah kerja dua tahun lebih. Sementara dia masih focus gimana menghabiskan APBD dan beretorika menyalahkan orang lain.

Kalau hanya membanggakan penutupan Alexis,dan akhirnya dibuka lagi dengan nama lain. Penyegelan reklamasi, yang akhirnya IMB diterbitkan lagi. Memberikan kebebasan kaki lima di trotoar dan jalan raya. Saya rasa engga perlu sekolah tinggi dan tidak perlu mengeluarkan ongkos mahal untuk PILKADA. Entahlah..Saya kehilangan kata kata untuk seorang Anies.

Thursday, July 11, 2019

Cinta ?

 


“ Ceritakan kepadaku tentang Madam Mao. “ kataku kepada Wenny ketika dalam perjalan dari Beijing Ke Hong kong.

“Ada apa kamu begitu ingin tahu?

“ Aku banyak membaca buku tentang Madam Mao. Tetapi dari perspektif yang mengarah kebencian kepada dia. Mungkin kamu bisa ceritakan apa yang kamu tahu. Dari perspektif kamu sebagai wanita. “ Kataku.

Wenny terdiam sebentar. “ Baiklah aku ceritakan.


Dia lahir di Shandong. Ibunya seorang selir Bangawan. Waktu kecil dia tidak pernah duduk minum teh bersama dengan ayahnya. Dia hanya tahu, ayahnya datang untuk meniduri ibunya. Setelah itu pergi. Pergi tidak jauh. Hanya beberapa langkah saja. Ayahnya berada di rumah induk bersama istri pertama dan anak anaknya. Dia bersama ibunya dan para selir lainnya tinggal di sebuah bangunan bersama dengan Babi Babi. Berada di pekarangan belakang rumah besar itu.


Dari kecil sampai ABG, dia dipangil dengan nama Yunhe. Artinya ayam merak diantara ayam kampung. Dari kecil sudah keliatan jiwa memperontaknya. Ia dengan tegas menolak budaya China dimana wanita ujung kakinya harus diikat agar mengecil sehingga tidak bisa pergi jauh. Setelah remaja dia menikah. Menjadi selir tuan Fei, bangsawan dari Shandong. Namun pernikahan itu hanya singkat. Setelah selaput daranya hilang, diapun dibuang. Saat itu dia tidak sedih. Itu sudah garis tangan, wanita dari anak selir sama harganya dengan seekor Babi. Apa yang dialami ibunya, juga kini dia rasakan.


Kemudian, dia berkenalan dengan Yu Qi wei, pria cerdas dan ganteng. Yang kemudian menikahinya. Menjadi suami keduanya. Namun pria itu ternyata terlalu banyak mimpi tapi miskin effort. Memang dia mantan istri selir. Tidak pernah mendapatkan cinta. Namun dia juga tidak ingin hanya dapatkan cinta dari Yu Qi wei dan kelaparan. Ia tidak tertarik dengan pria yang lemah semacam itu. Terlalu pandai mengeluh dan menyalahkan pemerintah. Sementara menghidupi diri sendiri saja tidak mampu. Dia memilih bercerai.


Masa muda bagi wanita sangat singkat. Itu dia sadari. Dari dua kali pernikahan yang gagal itu, dia memutuskan pergi merantau ke Shanghai. Di Shanghai dia berganti nama. Seakan ingin mengubur masalalunya yang buruk di Shandong. Dia ganti namanya jadi Lan Ping. Di sana dia berkenalan dengan pria, Tang Nah, yang membantunya menapak karir sebagai artis teater. Hubungan emosional mereka semakin lengket. Akhirnya mereka menikah. Ini pernikahan ketiga kalinya bagi Lan Ping. Namun dia tidak pernah sukses sebagai artis.


Suaminya selalu bicara tentang moral dan keadilan sosial namun di tempat tidur dia terlalu angkuh. Hanya mementingkan dirinya sendiri. Terlalu terburu buru. Kering dan membosankan. Akhirnya dia bercerai dengan suaminya. Bukan karena suaminya tidak mencintainya. Dia hanya tidak ingin menanggung hidup suaminya dari hasil kerja kerasnya dan mengalami kehidupan sex yang buruk.


Setelah bercerai dengan suaminya. Lan Ping mengalami phase hidup dalam titik terendah. Dia kehilangan harapan. Para pria dengan berbagai alasan hanya ingin memanfaatkannya. Budaya feodal memang menjadikan wanita sekedar hiburan dan pelepas orgasme. Dalam keadaan hidup seperti itu, membangkitkan perasaan melawan atas semua ketidak adilan. Musuhnya adalah kaum feodal. Mereka kutu dalam selimut. Mereka harus dihabisi. Demikian tekadnya ketika bergabung dalam gerakan bawah tanah Komunis di Yenan. 


Kecerdasanya berhasil menggaet orang kepercayaan Mao. Kan Sheng kasmaran kepada dia, mengajaknya bertemu Mao Tse tung. Saat bertemu Mao, dia yakin Mao menyukainya. Diapun menjauh dari Kan Sheng. Memang saat kali pertama bertemu dengan Lan Ping, Mao langsung jatuh cinta. Belakangan Mao meninggalkan istrinya untuk menikah dengan Lan Ping. Dia mengubah namanya menjadi Jiang Ching. 


Jiang Ching, menyadari bahwa sebagai Pemimpin Mao punya banyak pacar gelap. Bagaimanapun Mao masih hidup dalam budaya tradisional China. Yang percaya bahwa pria harus sering berhubungan sex dengan perawan agar bisa awet muda. Para kaisar tempo dulu juga melakukan hal yang sama. Ada salah satu selir Mao yang juga artis , sampai bunuh diri karena depresi merasa terabaikan oleh Mao.


Jiang Ching sadar bahwa Mao tidak tertarik dengan kecantikannya. Karena masih banyak yang lebih cantik dan muda. Mao tertarik dengan kecerdasan dan kekuatan hatinya. Dengan bakat artis yang dia miliki, dia mampu memainkan peran pendamping Mao yang selalu membuat Mao penuh percaya diri dan bersemangat menghadapi semua tantangan. Saat itulah Jiang Ching tahu bahwa Mao bukanlah pria yang kuat. Dia terlalu melankolis atau sangat dominan menggunakan perasaanya dalam menghadapi persoalan. Makanya Mao mudah sekali terpengaruh dengan orang terdekatnya.


Sebagai Artis, Jiang ching berhasil melaksanakan perannya dengan sangat hebat. Membuat dia sangat dipercaya oleh Mao. Bahkan Mao berani dengan tegas mengizinkan Jiang Ching ikut dalam rapat Partai. Padahal itu adalah tabu dalam tradisi Partai Komunis. Saat itulah Jiang Ching sadar bahwa dia sudah menguasai Mao. Lambat namun pasti dia semakin besar pengaruhnya. Akhirnya memiliki kekuatan besar untuk mengatur Tiongkok walau dia belum bisa tampil di hadapan publik.


Ada hal yang tak pernah hilang dari diri Jiang Ching. Bahwa dia tidak pernah berhenti membenci kaum bangsawan. Mungkin karena masalalunya yang buruk. Seperti ketidak sukaannya terhadap Wang Guang mei, istri dari Liu Shao Qi wakil Mao. Setiap melihat Wang Guang mei tampil di publik, itu seperti mengejeknya. Bukan hanya kepada Wang Guang mei , dia juga tidak suka kepada Deng Yen Chao, istri dari Zhou En Lai, Perdana Menteri China. Hanya saja, Deng Yen Chao berusaha merebut hati Jiang Ching. Sehingga Jiang Ching bisa menerima walau tetap tidak suka. Semetara Jiang Ching sendiri tidak boleh tampil di publik. Karena belum resmi sebagai istri sah Mao.


Ketidak sukaan Jiang Ching dengan elite Partai Komunis, yang juga sahabat dan bawahan Mao, melahirkan intrik dan faksi. Mao tahu itu. Mao tidak ingin meredam munculnya faksi. Mao hanya diam. Mao menganggap bahwa pertikaian yang terjadi pada bawahannya itu digunakan untuk memperkuat dirinya, sehingga Mao secara diam diam juga mendukung bawahannya yang saling menyerang.


Jiang Ching bersekutu dengan chun Qiao, seorng penulis dan editor Shanghai Wenhui , bahkan bersamanya, Jiang Ching membentuk kelompok empat, dimana dua diantaranya merupakan murid Chun Qiao. Belakangan kelompok empat ini sangat berkuasa dan ditakuti oleh lawan politik. Deng Zao Ping adalah korban dari kelompok empat ini. Deng diasingkan ke Yunan.


Pada suatu acara makan malam antara pasagan suami istri Lin Biao, Zhou En Lai , Mao Ze Dong dan Jiang ching. Mao seperti sedang memuji muji keluarga Lin Biao. Saat itu Lin Biao. merasa sangat bangga dengan pujian Mao. Tidak ada suatu firasat buruk akan terjadi. Namun setelah selesai makan malam, mereka dibantai dalam perjalanan pulang ke rumah. Katanya perintah Mao, tetapi sebetulnya ini perintah dari Jing Ching. Alasannya diduga akan melakukan kudeta. Media massa menceritakan kematian itu sebagai sebuah peristiwa kecelakaan pesawat. Mao hanya diam saja. Seakan tidak peduli.


Jiang Ching tersenyum kemenangan dengan sikap Mao itu. Dia berada di sisi Mao dan berbuat untuk itu. Itu sinyal dia dapat restu untuk membunuh lebih banyak lagi. Diapun ciptakan kekacauan diseluruh China. Bagi Jiang Ching, sasaran dari revolusi kebudayaan adalah sebuah surga. Bagi Jiang Ching , sangat paham bahwa “revolusi adalah di mana satu kelas menggulingkan kelas lainnya dengan menggunakan kekerasan. “ Targetnya adalah menghabisi kelas feodal.


Jiang Ching bukan hanya membantai kaum feodal tuan tanah dan pemburu rente tetapi juga segala simbol feodalisme seperti buku berasal dari asing dia bakar, tempat ibadah dia tutup, kitab suci, dia bakar. Para patron atau tokoh masyarakat, kaum terpelajar, dia giring ke kamp kerja paksa. Bekerja di pusat pertanian dan industri. Selema revolusi kebudayaan, China diliputi kegelapan. Itu berakhir tahun 1975 setelah Mao wafat dan kelak kemudian digantikan oleh Deng Xio Ping. Jiang Ching dengan kelompok empatnya ditahan. Tapi tidak pernah diadili. Dia tidak pernah mau mengaku bersalah. Dia terlalu kuat untuk dikalahkan.


“ Ibu bukan seorang Pahlawan ! Putrinya berteriak ketika menemuinya di rumah tahanan. Dia merasakan siksaan pendih. Lebih sakit dari jutaan peluru menghantam dadanya ” Ibu adalah wanita yang malang, sakit dan gila. Ibu menggali begitu banyak liang kubur namun tetap tidak cukup untuk mereka yang jadi korbanmu.” lanjut putrinya.


“Mengapa Nak kamu berpikir seperti itu ?


“Ayah mengatakan kepadaku.”


“Kamu tidak tahu bahwa Ayahmu terlalu lemah bersikap kepada musuhnya dan ayahmu mendapatkan kekuatan dari diriku. Aku membunuh untuk mimpi Ayahmu, untuk china tentunya. Kamu tidak melihat fakta nak. Kini 90% rakyat melek baca. Mereka tidak bisa lagi dibodohi oleh siapapun. China bisa swasembada pangan, Kalau rakyat kenyang. Mereka akan mampu memerdekakan dirinya sendiri untuk memperjuangkan keadilan ekonomi dan sosial. Paham kamu nak.” Katanya dengan linangan airmata.


“ Tetap saja ibu tega membunuh 25 juta orang. Ibu mosterr. Gila!”


“ Masalah bangsa kita nak, adalah penjajahan feodalisme. Kaum bangsawan. Selagi mereka tidak dimusnahkan, China tidak akan pernah bisa menghilangkan perbudakan atas nama kekuasaan. Rakyat akan terus miskin dan dibodohkan. Masa depan china akan kelam. Hanya berpindah dari jajahan asing ke bangsa sendiri.”


“ Aku benci Ibu “ Kata putrinya berteriak.


“ Kau tidak dapat mengingkari ibumu. Aku yang melahirkanmu dengan susah payah. “ Katanya dengan penuh harap agar putrinya mengerti. Tetapi putrinya tidak bisa menerima alasannya. Pergi dari hadapanya dengan membawa kebencian.


Jiang Ching pun sadar bahwa seluruh harapannya telah lenyap. Batas akhir dari sisa kekuatannya bertahan hidup telah sirna. Putrinya tidak menghargainya. Hal yang sangat menyedihkan adalah “ Putriku telah membuatku lemah. Dia telah membunuhku tanpa memberi kesempatan bagiku untuk mengatakan bahwa Ayahnya tak pernah sesungguhnya mencintai ibunya. Ayahnya hanya mencintai China dan kekuasaan. Aku hanyalah wanita malang , seorang artist teater yang berusaha untuk menjadi ayam merak diatara ayam kampong. Tapi tidak pernah berhasil. “ katanya lirih dalam kesepian dibalik jeruji besi.


Keesokan paginya tanggal 14 Mei 1991, Jiang Ching membeku karena gantung diri. Bunuh diri bukan karena alasan kehilangan kebebasannya, tetapi kehilangan cinta dari putrinya. Suaminya berhasil meracuni putrinya untuk membencinya. Dia korban politik. Karena itu, China mendapatkan jalan bersih tanpa duri. Deng mulai membangun peradaban China baru. Baru dalam segala hal. Restore system telah dilakukan Mao. China kini menjadi kekuatan ekonomi dunia.” Akhir cerita Wanny.


“ Malang sekali nasip Jiang Ching.” kataku.

“ Itulah harga dari sebuah perubahan. Tanpa itu China akan tetap seperti korea utara dan negara lain yang menjadikan agama dan idiologi sebagai Tuhan untuk menjajah dan memperbodoh rakyat.”.

Kualitas elite rendah..

  Dari diskusi dengan teman teman. Saya tahu pejabat dan elite kita   berniat baik untuk bangsa ini. Namun karena keterbatasan wawasan dan l...