Seharusnya setiap orang yang ingin jadi pengusaha, profesional, politisi, kepala daerah, harus punya agenda. Agenda ini berhubungan dengan visi dan obsesi—mengapa orang harus berjuang mencapai tujuan agendanya—. Dengan Visi dan obsesi itu, membuat orang punya passion menghadapi segala tantangan. Punya kekuatan pikiran untuk melakukan kreatifitas menghadapi kendala dan mengubahnya menjadi peluang. Saya perhatikan, Jokowi ketika jadi Gubernur DKI. Dia focus kepada tiga hal saja yaitu Infrastruktur dan perumahan rakyat dan revitalisasi pasar. Ketiga hal itu sudah diprakteknya di Solo dan berhasil. Jokowi eksekusi MRT, Revitalisasi Pasar dan bangun Rusun dimana mana, yang kemudian dilanjutkan oleh Ahok.
Dengan adanya agenda, maka kita bisa menentukan skala prioritas. Mengapa ? Karena kita tidak mungkin mengerjakan semua hal dalam satu kali ayunan. Proses hidup adalah proses berkesinambungan dari semua orang dengan fungsinya masing masing. Anda bukan superman yang bisa mengerjakan semua hal. Pilih skala prioritas yang bisa dirasakan langsung oleh orang lain. Dan memastikan kehadiran anda bermanfaat bagi orang lain. Siapapun itu.
Seperti hal Jakarta. Anies harus tentukan skala prioritas. Kalau susah menentukan maka tinggal buka Map pembangunan DKI yang sudah ada rencana strategisnya lengkap dengan Perda pendukungnnya. Pilih saja diantara rencana strategis yang sesuai dengan agenda Anies. Misal, di Jakarta itu ada lima mega proyek prioritas yang sudah direncanakan jauh sebelumnya. Apa saja proyek itu ?
Pertama adalah pembangunan TOD di setiap stasiun kereta Api di Jakarta dengan kompensasi menghilangkan semua pintu kereta. Ini proyek diluar APBD. Peserta tendernya banyak dan sekarang nunggu engga jelas. Mengapa? karena kebayang engga stasiun Kota jadi TOD. Ada berapa tower apartement untuk rakyat kecil dan kelas menengah bisa dibangun. Belum lagi Stasiun Manggarai. Itu luas sekali untuk dibangun TOD menampung usaha kecil dan menengah serta Rusun untuk kelas menengah bawah.
Kedua, Pembangunan proyek Light Rail Transit (LRT) Fase II direncanakan akan dibangun dengan skema Kerjasaa Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU). Sedangkan BUMN PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (PII) akan melakukan pendampingan proyek tersebut. Fase kedua masih tunggu studi kelayakan engga tahu kapan bisa dilaksanakan. PMD dibatalkan oleh DPRD. Anies diam saja. Padahal Fase pertama Ahok tidak lebih setahun sudah mulai proyek dikerjakan. Dan sekarang sudah bisa digunakan.
Ketiga, super block Sunter yang digabungkan dengan Lapangan Bola kaki dan rumah sakit international termasuk Masjid terbesar di Indonesia. Proyek ini juga akan menerapkan KPBU dengan swasta Asing dan Jakpro. Belum jelas kapan tendernya. Lebih konyol lagi digabung dengan PLSampah. Ya gimana bisa layak proyek tersebut. Hunian digabung dengan PLTsampah. Akibatnya block sunter gagal dibangun. Proyek pembangunan fasilitas pengolahan sampah dalam kota atau Intermediate Treatment Facility (ITF) Sunter yang peletakan batu pertamanya tahun 2018, sampai sekarang belum bergerak. Terkendala belum ada keputusan soal tipping fee.
Keempat, penyelesaian proyek Kanal Banjir Timur (KBT) yang merupakan proyek pemerintah pusat yang didampingi oleh Pemda DKI melalui dana pinjaman dari world bank. Sampai sekarang masih tersendat sendat karena Aneis kejebak janji Pemilu membangun tanpa menggusur. Lihatlah sekarang bagaimana proyek terbengkalai dan tumpukan sampah menutupi kanal yang sudah terbangun sebagian.
Kelima. Penataan segitiga Tanah Abang sebagai salah satu centra strategis kota. Proyek alih alih di follow up, malah tanah abang di acak acak jadi engga jelas. Padahal kalau proyek ini digelar akan banyak investor berminat dengan skema B2B. Jarak tanah Abang dengan Sudirman dan Tharim itu hanya 10 menit jalan kaki. Kebayangkan strategisnya. Tentu kalau proyek itu digarap, tidak sedikit tenaga kerja bisa terserap dan PAD didapat. Hasilnya Tanah Abang akan menjadi Pusat Business modern sekelas SCBD Sudirman. Apalagi proyek ini dikonbinasikan dengan CSR membangun trotoar dari Sudirman ke Monas seperti Orchard Singapore. Ini juga tidak disentuh. Malah membolehkan pedagang kaki lima di trotoar. Dan lain sebagainya.
Membangun DKI itu berpacu dengan waktu. Mengapa ? karena pertumbuhan kota yang dijejali oleh urban begitu pesat. Tingkat kemacetan semakin tinggi. Masalah sosial semakin rumit. Kalau lah gubernur bekerja keras 24 jam sehari belum tentu bisa mengejar ketertinggalan pembangunan. Apalagi kerjanya hanya wacana. Engga akan kekejar. Buktinya sampai sekarang progress proyek tidak jelas. Padahal Anies udah kerja dua tahun lebih. Sementara dia masih focus gimana menghabiskan APBD dan beretorika menyalahkan orang lain.
Kalau hanya membanggakan penutupan Alexis,dan akhirnya dibuka lagi dengan nama lain. Penyegelan reklamasi, yang akhirnya IMB diterbitkan lagi. Memberikan kebebasan kaki lima di trotoar dan jalan raya. Saya rasa engga perlu sekolah tinggi dan tidak perlu mengeluarkan ongkos mahal untuk PILKADA. Entahlah..Saya kehilangan kata kata untuk seorang Anies.
No comments:
Post a Comment