Monday, July 16, 2018

Pengeluh ...



Orang yang suka mengeluh seraya menyalahkan orang lain sebetulnya karana tidak ada kestabilan emosional dengan pikirannya. Dia merasa dengan mengeluh masalahnya sudah selesai dengan adanya empati dari orang lain. Padahal kalau orang nampak empati bukan karena orang percaya dengan keluhannya tetapi karena orang bisa menyembunyikan keraguannya. Mengapa ? Bertanya kepada orang mengeluh tidak akan dapat kebenaran yang rasional. Karena dia sedang dalam suasana hati secara emosional sangat renta. Akal dan hatinya tertutup kebenaran. Dia hanya butuh orang mendengar dan puas karena itu. Sampai kapanpun dia tidak akan berubah karena empati orang. Tidak pernah.

Di Hongkong kalau kumpul dengan teman teman di Cafe maka yang dibicarakan hanya sekitar fenomena tekhnologi dan alam. Kadang membicarakan bola. Ada juga membicarakan mengenai pengalaman bawa yach. Piknik kesustu tempat yang eksotik. Dan itu tentu berkaitan dengan pengalaman luar biasa. Saya perhatikan orang yang ada disebelah atau belakang meja saya, pembicaraan engga jauh dari sana. Di Singapore juga sama. Ketemu dengan eksekutif dan expat, pembicaraan engga jauh dari sekitar itu. Kalau mereka membicarakan politik hanya hal yang sifatnya fenomenal seperti soal ulah Trump. Tapi bukan masalah kebijakan politik tapi lebih kepada apa yang yang dikatakan Trump. Dan hebatnya mereka cerdas menghidupkan suasana jadi santai. Tidak ada yang serius yang mau diperdebatkan. Soal kebijakan presiden china, mereka ogah bahasnya. Bagi mereka politik china tidak ada yang enak dibicarakan. Karena semua pidato pejabat negara selalu baca text dengan nada datar seperti pembawa acara malam TV.

Saya mencoba memahami mengapa kepedulian politik dan sosial mereka rendah sekali? Ternyata penyebabnya sederhana. Apa itu ? Suasana hidup yang berkompetisi. Dan ritme kerja yang membutuhkan disiplin tinggi. Keadaan ini membuat mereka engga punya waktu membahas lain selain masalah mereka sendiri. Bahkan mengeluh pun mereka kehilangan alasan. Kalau ada orang bercerai, bangkrut, engga bisa bayar apartemen atau ada orang yang dapat promosi jabatan, tidak pernah disikapi berlebihan. Hanya sekedar ucapan selamat dan ikut prihatin. Setelah itu antar teman masalah itu tidak pernah dibahas. Mereka malas membahas masalah pribadi orang lain. Tapi di Indonesia , juga sama. Ada mitra saya yang juga direktur saya, jangankan bicara politik atau ekonomi , gambar presiden di salah satu ruang kantor masih gambar sby yang dipajang padahal presiden sudah berganti Jokowi. Saya tanya mengapa tidak diganti ? Jawabnya sederhana, biarin aja. Engga ngaruh lah. Kalau diajak diskusi soal politik atau issue yang lagi hangat, nampak dia tidak tertarik membahasnya. Kalau diteruskan bicara pasti ngantuk.

Walau dia sering piknik ke manca negara. Membaca banyak berita dari media digital berbayar, dan aktif dalam pergaulan sosial kalangan intelektual , namun tak merubah sikapnya untuk tidak peduli dengan lingkungannya. Apalagi membahas soal suka atau tidak suka terhadap tokoh politik atau partai politik. Kalaupun sampai dia ingin tahu , itu karena mengganggu kenyamanannya. Dan kalau bertanya , lebih focus ingin tahu jawaban rasional bukan suka tidak suka. Jarang sekali mereka terdengar mengeluh. Orang yang kurang peduli terhadap keadaan diluar dirinya penyebabnya karena : pertama, di otaknya sudah penuh dengan masalahnya sendiri sehingga dia tidak punya ruang untuk memikirkan yang lain. Ini umumnya para profesional yang secara materi sudah mapan dan secara batin aman. Kedua , dia sudah secure dengan hidupnya. Bukan karena materi berlebih tapi secara batin dia udah sangat kaya. Jadi engga ada yang dia kawatirkan. Ketiga, dia engga pede membahas sesuatu yang tidak betul betul dia pahami. Makanya dia memilih diam dan engga mau tahu lebih jauh. Ketika krisis global, kelompok middle class di Indonesia berubah menjadi mat nyinyir di sosmed khususnya terhadap Jokowi. Itu lebih karena perasan insecure dan takut perubahan terus terjadi. Tapi banyak juga yang tetap berpikir positip karena secara batin dia sudah kaya dan secara materi dia aman.

Hidup ini perlu keseimbangan emosional dan pikiran. Pikiran berkembang karena banyak belajar dari hal yang sudah terjadi lewat pengalaman orang lain atau bisa juga lewat buku atau bangku sekolah. Tetapi emosi berkembang kearah positip tidak bisa dipelajari lewat buku atau pengalaman orang lain tetapi lewat pengalaman hidup sendiri. Masalahnya tidak banyak orang memahami peristiwa yang dialaminya adalah kaya akan hikmah untuk latihannya mengembangkan kepribadiannya lewat pengendalian emosional. Umumnya persepsi orang sudah terbentuk lebih dulu atas peristiwa yang dialaminya.Bahwa dia benar dan dia tidak pantas mendapatkan ketidak adilan atas masalah yang menimpanya. Akibatnya dia tidak mendapatkan hikmah atas kenyataan yang menimpanya. Tentu dia tidak akan berubah lebih baik karana waktu. Dia justru dimakan oleh masalah.

Makanya banyak orang bertambah usia nampak tidak pernah dewasa. Tinggi ilmu tidak membuat dia bijak. Kebayang kan seorang profesor, jenderal, usia menua tetapi dengan tanpa malu mengungkapkan letupan emosinya dalam bentuk keluhan di media massa seperti anak alay. Yang tanpa data valid mencela kebijakan pemerintah. Juga tanpa ada solusinya. Jadi itu bukan lagi kritik mencerdaskan tetapi sudah keluhan anak alay. Yang anehnya dipercaya oleh orang yang punya mental sama dengan dia. Doyan ngeluh karena merasa hidup tidak adil terhadap dirinya. Kumpulan pengeluh adalah kumpulan orang yang tidak bisa berdamai dengan kenyataan. Sampai mati dia tidak akan pernah dewasa. Dan kalau rezekinya sempit bukan karena Tuhan tidak adil tetapi karana dirinya sendiri mempersempit hidupnya.

Hidup ini apapun yang terjadi itulah kebenaran. Yang belum terjadi hanyalah asumsi. Apapun yang terjadi bukanlah antara kita dengan orang lain atau dengan pemerintah atau dengan keluarga tetapi itu antara kita dengan Tuhan. Untuk apa? Agar kita mendapatkan hikmah dari kenyataan yang ada dan belajar dari itu untuk berkembang lebih baik karena waktu, untuk menuju sebaik baiknya kesudahan. Mengeluh bukan cara menemukan solusi. Pengeluh selalu jadi pecundang!

Jokowi tidak tahu apa apa ?

Jadi pengusaha itu kalau anda bego bukannya dapat uang malah dikejar utang dan rumah disita. Bahkan terpaksa setiap hari jualan modus biar dapat uang untuk bisa eksis. Biasanya baru disadari setelah kehilangan teman yang berpotensi mendukungnya. Akhirnya kalau pria ujungnya jadi begal. Kalau wanita ujungnya jadi PSK. Seorang pengusaha harus punya mental mandiri. Bukan hanya mandiri cara berpikir tetapi juga mandiri dalam hal belajar dan berkembang. Dia pasti otodidak yang hebat. Dia pasti terlatih secara emosional untuk bisa focus kepada hal yang bermanfaat dan positip aja. Dia cerdas merebut hati orang agar menerimanya. Kalau engga mana mungkin dia bisa berpacu dengan waktu dan bersaing karena itu. Bagi pengusaha waktu adalah uang. Apapun harus ada manfaatnya bagi raga maupu Jiwanya.

Jokowi bukan ulama, bukan jenderal dan bukan orang hidup dari titel dan Pengekor. Dia seorang pengusaha kreatif yang berkembang bukan karena bisnis rente atau konsesi APBN. Bukan. Tetapi dia menciptakan produk sendiri dan kemudian menciptakan merek sendiri untuk merebut pasar. Ini tidak mudah. Coba dech anda yang S3 atau peneliti hebat mampu engga melakukan itu, apalagi bisa masuk ke pasar international. Jokowi punya outlet di Eropa dan Dubai, juga china. Merambah sampai ke pusat dunia itu engga gampang. Engga seperti membalik telapak tangan. Apalagi modal tidak dari warisan keluarga konglomerat. Berat sekali. Saya katakan itu karena itu pengalaman yang saya rasakan sendiri sabagai pengusaha yang berbisnis diluar negeri dan berkembang dari bisnis kreatif.

Kalau takdir mengantarkannya sebagai pemimpin nasional maka itu bukanlah hal yang datang mendadak. Proses belajar sebagai pengusaha kreatif itu telah membentuk mentalnya menjadi pemimpin. Memang kelas presiden negara dan perusahaan beda. Tetapi prinsipnya sama. Bagaimana merebut hati mitra strategis dan kreditur, memilih karyawan atau staf yang tepat. Bagaimana mengelola sumber daya yang terbatas agar mencapai tujuan maksimal. Dari kesederhaan sikap dan perbuatannya , tidak sulit baginya untuk mengajarkan hal yang konstruktif kepada bawahannya agar emosi tetap terjadi secara positip, mengundang orang untuk mengambil langkah keyakinan melalui sepatah kata tentang apa yang mungkin , menciptakan sebuah inspirasi kolektif. Semua itu tercermin dari caranya berpikir ( way of thinking ) , merasakan ( feeling ) dan kemampuannya memfungsikan semua potensi positip ( functioning ) , sebuah cara hidup ( the way of life ) dan cara menjadi ( way of being ) yang transformative. Semua itu penerapannya sama saja. Negara atau Perusahaan tidak ada bedanya.

Jokowi menempatkan Jonan di menteri perhubungan dan ESDM itu sangat tepat. Karena Jonan punya latar belakang banker di bank asing yang sangat jago mengelola resiko. Kementrian perhubungan paling lambat pelaksanaan programnya dan karenanya butuh mentri yang bisa Speed up kerjaaan tanpa melanggar prinsip pengelolaan resiko yang baik. Juga menteri ESDM yang memang butuh ahli banker agar ESDM kita bukan hanya untuk mendatangkan pajak tapi juga bisa sebagai financial resource. Ibu SMI dikenal sebagai peneliti dan juga mantan menteri keuangan era sby. Terakhir sebagai Managing director world bank. SMI punya pengalaman luas dalam program perencanaan pembangunan semasa dia sebagai peneliti di UI dan juga sebagai senior advisor USAID. SMI dikenal patuh kepada aturan namun tegas bersikap bila disuruh melanggar aturan. SMI juga orang yang sangat hebat mengelola Resiko keuangan. Terbukti ketika dia jadi direktur world bank, dia mendapat predikat direktur terbaik sepanjang sejarah world bank. Sekelas SMI inilah yang dijadikan menteri keuangan oleh Jokowi. Ibu Rini, anda tahu dia pernah sebagai banker Citibank dan dirut Astra intenational, yang membawahi berbagai anak perusahaan.Menjadi direktur PMA secara profesional itu tidak mudah. Kalau skill dan attitude rendah engga mungkin asing mau bayar mahal.

Itulah sebagian kecil Team yang membantu melaksanakan visi Jokowi sebagai presiden. Itu dipilih atas inisiatif pribadinya tanpa ada campur tangan poltik atau partai. Kerena mereka yang dia pilih bukan kader partai atau PNS. Memang mereka orang hebat tetapi tanpa kehebatan Jokowi memotivasi mereka engga mungkin mereka bisa berprestasi hebat. Bukti SMI semasa SBY terjebak putaran kasus Century Gate. Orang yang punya latar belakang pengusaha kreatif seperti Jokowi itu punya kemampuan untuk itu. Mengapa ? Pengusaha kreatif percaya modal itu bukan hanya uang dan SDA tetapi juga SDM. Makanya dia smart memanfaatkan sumberdaya tersebut. Walau uang APBN terbatas namun SDM yang ditempatkannya mampu menutupi kelemahan APBN sehingga dapat menghasilkan kinerja optimal.

Jadi membandingkan Jokowi denganyang S3 yang tak pernah punya kinerja intelektual fenomenal. PS yang selalu emosional, Pengusaha rente, dan lainnya jelas sama saja membandingkan anggur dengan Rengginang. Jokowi memang tidak tahu apa apa bagaimana culas tetapi dia sangat paham how to work and make it. Yang lain They know everything but They know nothing how to make it.

Sunday, July 15, 2018

DKI Kota Kapitalis..



Ketika Anies-Sandi kampanye populis dan orang percaya. Saya membayangkan betapa cerdasnya Anies mengangkat issue populis untuk pemilih Jakarta. Mengapa? penduduk Jakarta itu sebagian besar pendatang. Umumnya mereka datang ke Jakarta untuk mengubah nasip agar lebih baik dari tempat asalnya. Tentu tidak semua yang datang itu sukses. Ada juga yang gagal. Bahkan dari 10 orang pendatang , hanya 1 orang yang sukses. Jakarta walau memberikan banyak peluang untuk orang sukses dengan mudah namun itu hanya untuk orang yang punya nyali, pekerja keras dan modal. Mereka yang termarginalkan inilah yang menjadi target pemilihnya dengan issue populis ditambah agama. Maka walau awalnya elektabiltasnya rendah, dia bisa mengalahkan Ahok yang elektablitas tinggi.

Apa saja kampanye populis yang tidak rasional itu? Rumah DP 0%. Walau tidak rasional tetapi inilah janji politik yang langsung meningkatkan elektablitas Anies. Maklum sebagian besar rakyat DKI tidak punya rumah sendiri. Mereka gagal namun tetap narsis atas nama agama. Semua orang di Jakarta akan aman hidupnya bila punya rumah. itulah yang dilempar oleh Anies. Jadi lampu aladin. Namun orang banyak lupa bahwa Jakarta itu bukan kota sosialis. Nilai tanah Jakarta setiap tahun naik di perkirakan 20-33 %. Makanya Era Ahok NJOP naik sebesar 140% karena selama 4 tahun sebelumnya NJOP tidak pernah naik. Itu artinya per tahun naik lebih dari 30%. Kini Anies -sandi menaikan NJOP sebesar 19%.

Setiap tahun NJOP pasti naik di Jakarta. Mengapa ? karena nilai infrastruktur DKI dan polulasi yang terus bertambah sebagai penyebab utamanya. Artinya ini Jakarta bung. Semua ada harganya. Pasar yang menentukan. Contoh Rusunawa KS Tubun era Ahok yang usai di akhir masa jabatannya direncanakan sewa sebesar Rp. 300.000 sebulan, Tapi kini bagi Sandi itu udah engga layak lagi untuk rakyat miskin. Layaknya untuk rakyat berpengahasilan menengah keatas dengan tarif Rp 1,7 juta per bulan. Mengapa ? karena alasan bisnis. Daerah strategis dekat dengan pusat kota dan angkutan umum. Orang miskin engga pantas dapat tempat sekelas ini. Paham ya.

Sumber PAD DKI itu dari rakyat yang mampu bayar pajak. Selebihnya, rakyat yang engga mampu bayar pajak, engga pernah dianggap ada. Tidak ada urusannya dengan agama atau idiologi. Ente ada uang ente berhak dapat tanah dan wajib bayar pajak yang terus meningkat setiap tahun. Lantas gimana dengan DP 0% ? DP 0% hanya cara mendapatkan rumah dengan cara berhutang. Tetapi apa artinya bila harga rumah terus naik karena NJOP? Itu artinya cicilan semakin besar. Kalau pendapatan ente engga nambah setiap tahun nya, jangan harap dapat rumah. Ente engga sanggup , orang lain sanggup kok. Jangan ngeluh. Ini engga ada kaitannya dengan agama atau apalah. Ini soal duit. Siapa suruh datang Jakarta? sendiri suka sendiri, aduh jangan mau dibegoin janji Populis.


Jakarta adalah kota kapitalis. Tidak akan berubah walau Gubernur berganti. Tidak mungkin populis. Ahok jujur ketika kampanye mengingatkan soal populis itu omong kosong. Tetapi dihadapan orang bego dan gagal, memang kejujuran itu menyakitkan.

Islam Nusantara?

Di salah satu kecamatan di propinsi Hunan, saya sempat sholat magrib di masjid yang ada tidak jauh dari restoran kami makan. Di tempat itu pria dan wanita sholat diruang yang sama. Namun dipisahkan oleh tirai. Saya dapat melihat wanita sholat tampa mukena. Mereka sholat dengan Jilbab dan baju lengan panjang ( ada juga kaus lengan panjang ). Bawahannya ada yang pakai Celana panjang dan ada juga pakai rok sampai ke mata kaki. Ya, mereka menggunakan pakaian yang mereka kenakan sehari hari. Saya tanya kepada taman di china mengapa wanita china tidak gunakan mukena? Jawabnya wanita china umumnya adalah pekerja di ladang atau di pabrik. Dan waktu mereka sangat sempit untuk sholat. Makanya mereka sholat dengan pakaian yang lekat di badan aja. Itu engga salah. Yang salah kalau engg sholat

Di Indonesia pada umumnya wanita sholat menggunakan mukena karena waktu mereka sebagian besar ada dirumah. Di balik mukena tidak ada lagi pakaian. Tetapi wanita yang kerja di kantor , pakai Mukena tanpa melepas pakaiannya. Jadi Mukena itu hanya jadi uniform bukan untuk tujuannya agar bersih dan suci. Kalau dibaca sejarah wanita menggunakan jilbab itu merupakan tradisi wanita Yahudi. Kalau anda ke libanon anda akan lihat bagaimana wanita Yahudi menggunakan jilbab. Dan ini ditiru oleh orang Arab. Dan kemudian kini ditiru oleh orang Indonesia. Padahal tadinya wanita Indonesia hanya kenakan kerudung sekedar lekat dikepala. Itu engga salah. Yang salah menggunakan pakaian sexi ditempat umum atau tempat ibadah.

Pakaian dan juga tradisi sosial setiap bangsa berbeda. Itu yang dimaksud dengan kebudayaan. Sebelum agama diperkenalkan, kebudayaan sudah ada. Cara makan, berbicara, berpakaian, bersenggama, bertani, berternak, bertetangga, gotong royong. Semua itu ada dalam kebudayaan. Lantas dimana agama ? Agama tidak mengubah kebudayaan tetapi memperkuat kebudayaan agar orang lebih tenteram dan saling mencintai. Kalau karena kebudayaan itu orang saling berinteraksi dan saling mempengaruhi, itu hal yang lumrah. Yang penting perubahan itu bukan karena paksaan politik tetapi atas dasar kenyamanan dan kearifan lokal. Contoh sarung yang dipakai oleh orang Jawa itu tradisi dari Yaman. Para santri merasa nyaman mengenakan sarung daripada gamis. Itu engga salah.

Para wali dulu ketika memperkenalkan Islam ke Nusantara tidak bertujuan mengubah kebudayaan yang ada. Contoh cara bertani kita belajar dari china. Itu tidak diubah. Hanya para wali menperkuat tradisi itu sesuai dengan tuntunan Islam. Seperti cerita wayang dan tembang Jawa, syairnya mengikuti ajaran Islam tentang akhlak. Nujuh hari, 40 hari dan sebagainya sebagai cara menghormati orang mati diubah menjadi tradisi yasinan agar orang ingat mati. Bukankah ingat mati adalah kecedasan spritual tertinggi. Mengapa? Para wali focus kepada perbaikan akhlak daripada bersibuk soal fikih, halal atau haram.

Memang sumber segala sumber Islam itu adalah Al Quran dan hadith namun implementasinya dalam kehidupan sosial dan budaya tidak bisa ada monopoli kebenaran fikih. Yang namanya fiqih itu adalah tafsir dan setiap tafsir tidak ada yang pasti benar. Ia akan terasa benar ketika anda memaafkan orang yang membenci anda dan mencintainya. Menemui orang yang tidak mau bersilahturahmi dengan anda. Mendoakan yang baik untuk orang yang memfitnah dan menghujat anda. Memberi kepada orang yang tidak mau memberi kepada anda. Berdamai dengan orang yang keras hati. Amanah ketika diberi titipan. Hidup sederhana. Itulah yang diajarkan oleh semua pondok pesantren NU kepada santrinya agar mereka cerdas hidup untuk rahmat bagi semua.


Islam nusantara adalah Islam cinta damai dengan mereka yang berbeda dan gemar gotong royong , karena budaya kita mendidik itu, beda dengan Islam di timur tengah yang budayanya doyan tauran.

Monday, June 18, 2018

Rendah hati


Kadang sebagian kita beranggapan bahwa pihak yang berseberangan adalah musuh Jokowi dan berharap Jokowi menghadapinya dengan kebencian dan permusuhan. Itu tidak tepat. Masalah HRS itu murni masalah hukum. Kebenaran yudicial adalah kebenaran hukum yang belum tentu sama dengan kebenaran filosopi dan dogmatis. Belum tentu sama dengan kebenaran sosiologi atau kebenaran kultural. Kalau sampai HRS tersangkut hukum, itu hanya masalah hukum. Dan kalaupun akhirnya dia dinyatakan bebas dengan keluarnya SP3 dari Polisi , itupun bebas karena hukum. Soal lainya itu antara HRS dan Tuhan. Itu antara HRS dengan masyakarat. Negara tidak punya ruang mengadili soal persepsi masyarakat dan keadilan Tuhan.

Seorang teman pernah bertemu Jokowi ketika masih Gubernur DKI. Dalam pertemuan itu , teman saya sempat bertanya kepada Jokowi. “ bagaimana sikapnya terhadap musuhnya ? Dengan santai Jokowi mengatakan bahwa dia tidak pernah punya musuh. Yang ada hanya perbedaan pendapat. “ Saya menyimpulkan bahwa orang yang tidak menganggap orang lain musuh maka pasti dia tidak punya sifat benci. Tidak ada dendam. Pasti baginya terbuka dialogh untuk mencoba saling mengerti. Tanpa sikap rendah hati, tidak mungkin orang bisa bersikap seperti itu.Mengapa ? yang menghalangi orang berdamai karena merasa dia lebih baik dari orang lain dan orang lain lebih rendah darinya. Padahal hidup ini bukan mengekalkan perbedaan tetapi mengeliminasi perbedaan. Bukan mengekalkan permusuhan tetapi menciptakan perdamaian.

Jokowi tidak menganggap lawan politiknya adalah musuh yang harus dihadapi dengan taktik muslihat. Tidak. Dia menghadapinya dengan cinta. Dia bisa memisahkan mana ranah pribadinya , mana ranahnya sebagai presiden. Sebagai pribadi, Jokowi pasti pemaaf. Sebagai Presiden maka hukum dan UU adalah dasarnya bersikap. Makanya kalau Jokowi tidak mau intervensi hukum itu bukanlah karena sikap politik tetapi lebih kepada sikap pribadinya. Secara pribadi dia tidak punya dendam yang sehingga menggunakan kekuasaanya untuk “menghabisi” orang lain. Kalaupun orang itu akhirnya jadi pesakitan maka itu karena ulahnya orang itu sendiri. Semua harus menanggung akibat perbuatannya sendiri sendiri. Didunia maupun diakhirat.

Nelson Mandela sukses menumbangkan Rezim Apartheid dan akhirnya melakukan perubahan system kekuasaan yang lebih demokratis karena kerendahan hatinya dan menolak kekerasan dengan memaafkan orang yang menzoliminya terlebih dahulu. Mahatma Ghandi di India mampu merebut kemerdekaan India dengan menawarkan kesederhanaan dan Anti kekerasan. Tak ubahnya dengan tokoh dunia lainnya seperti ibu Teresa, Martin Luther King dan lain lain. Tapi dari 100 tokoh dunia yang paling berpengaruh sepanjang masa , Nabi Muhammad ditempatkan nomor 1 karena sifat pribadinya yang sangat Agung. Para pendiri negara kita adalah orang hebat  yang mengutamakan perdamaian atas dasar kebinekaan.Tidak mungkin persatuan Indonesia dapat terjelma bila satu sama lain yang berbeda saling membenci dan memusuhi.

Jokowi unggul di Jakarta untuk jadi gubernur dan kemudian jadi RI-1 karena sifat kesederhanaan nya yang membumi, bukan hanya terhadap dirinya tapi juga terhadap keluarganya sendiri. Padahal Prabowo yang telah beriklan sepanjang tahun tentang dirinya yang gagah dengan duduk diatas pelana kudanya, yang di back up oleh barisan ulama flamboyan dapat di kalahkan walau kemenangan tipis. Itulah kedahsyatan orang yang rendah hati. Sikap rendah hati adalah sikap yang telah selesai dengan dirinya sendiri. Perjuangan mereka tidak lagi dilandaskan kepada kepentingan dunia tapi kepentingan dari langit. Ajaran agama bagaikan elang yang terbang setinggi langit namun membumi bagaikan induk ayam yang tak lain kecuali memberi cinta tanpa batas dan kelas.Mereka dicatat sejarah karena pribadi yang agung. Pribadi Cinta…

Kadang kita ingin mengubah dunia menjadi lebih baik. Tetapi kita lupa mengubah diri kita sendiri menjadi pribadi yang baik. Kalau masih ada sifat benci dan bermusuhan, maka jangan harapkan ada perdamaian. Yakinlah. Leo Tolstoy pernah berkata ‘Everyone thinks of changing the world, but no one thinks of changing himself. Dari sosok Jokowi dari tahun ketahun kita melihat fakta dimana perubahan terjadi bukan karena acaman bedil seperti era Soeharto tetapi karena lebih mengutamakan pendekatan persuasif atas dasar cinta. Kalaupun akhirnya masuk ranah hukum maka itu adalah pilihan terakhir namun tetap saja berdimensi moral tanpa ada kesan kebencian karena alasan apapun.

Sunday, June 17, 2018

KH Yahya Cholil Staquf

Dalam sejarah, Nabi Musa dan saudaranya Harun di perintahkan Allah untuk mendatangi Firaun. Allah menyarankan agar Musa berkata dengan lemah lembut kepada Firaun. Walau semua kita tahu bahwa Firaun meng claim dirinya sebagai Tuhan. Sejahat jahatnya Iblis tidak pernah menduakan Tuhan. Tetapi manusia seperti Firaun menyatakan dirinya Tuhan. Namun sebegitu kelakuan Firaun terhadap Allah, namun Allah tidak menyuruh rasulnya bersikap kasar kepada Firaun. Mengapa ? agama Allah itu adalah agama Cinta. Tidak bisa menyampaikan pesan cinta itu dengan permusuhan dan kebencian. Itu Sunnatullah. Apakah karana itu Firaun akan berubah, itu urusan Allah. Tugas manusia hanyalah menyampaikan pesan cinta itu dengan lemah lembut.

Negara Israel didirikan karena paham Zeonisme. Itu adalah politik, yang tidak ada kaitannya dengan pribadi orang Yahudi sebagai warga negara Israel. Konplik Israel-Arab adalah produk politik. Setiap negara boleh saja bersikap menentang Israel atas pendudukan Palestina atau bisa saja mendukung. Namun hubungan pribadi manusia didalamnya tidak bisa harus mengikuti arus politik. Pribadi manusia adalah produk Tuhan. Pada setiap manusia ada cinta. Karena cinta lah manusia bisa berbicara menyelesaikan masalah politik menjadi sebuah konsesus yang mendamaikan. Setidaknya dengan cinta manusia bisa tidak kehilangan harapan untuk lahirnya perdamaian. Semua orang yang membumikan agama dalam sikap dan perbuatannya maka cinta itu akan dikedepankan dalam menyelesaikan perbedaan.

Ulama sekaliber Yahya Cholil Staquf yang datang dalam Forum AJC sangat menginspirasi. Dia tak takut dengan jabatannya sebagai Sekjen NU yang jelas menentang Israel, tak takut dengan jabatannya sebagai dewan pertimbangan presiden dimana secara politik Indonesia tidak punya hubungan diplomatik dengan Israel. Dia datang ke forum AJC atas dasar cinta. Dia ingin menyampaikan pesan cinta ( rahmah) itu kepada publik international pada umumnya dan elite politik Zeonisme pada khususnya. Bahwa masalah Arab Israel adalah masalah yang bisa diselesaikan asalkan umat beragama bisa duduk setara untuk lahirnya perdamaian. Dengan cinta maka perdamaian dan keadilan itu bukan mustahil bisa dicapai.

Dunia terkesima dengan bahasa KH Yahya. Di forum itu ada putra Indonesia berbicara dihadapan orang orang hebat dengan bahasa cinta begitu sejuk dan rasionalnya. Semua hadirin dalam forum itu memberikan aplaus. Mungkin apa yang disampaikan oleh KH Yahya tidak ototomatis mengubah kebijakan politik Israel tetapi setidaknya KH Yahya telah menyiram benih cinta kedalam sanubari para elite politik international. Tugasnya sebagai ulama hanya sebatas itu. Selanjutnya itu urusan Allah. Kalau karena itu dia dihujat oleh elite politik Indonesia yang merasa paling Hebat membela Palestina, dia terima dengan ikhlas. Karena dakwah bagi ulama adalah menyampaikan pesan cinta dari Allah. Kepada siapapun, dimanapun. Cukuplah Allah sebaik baiknya penilai

***

“Kunjungan Wantimpres Yahya Staquf ke Israel, selain mencederai reputasi politik luar Indonesia di mata internasional, juga melukai rakyat Palestina. Selain itu, bisa melanggar konstitusi dan UU No 37/1999 tentang Hubungan Luar Negeri. Dalam konstitusi kita tertulis tegas penentangan segala bentuk penjajahan” Demikian pernyataan tertulis Fadli yang dikutip oleh Detik.News, Rabu (13/6/2018). Kemudian FZ mulai mengaitkan tetang sikap represif Israel terhadap Rakyat Palestina. Kita semua mudah menebak bahwa targetnya FZ adalah Jokowi. Karena posisi Yahya adalah anggota Dewan Pertimbangan Presiden. Namun satu hal yang dilupakan oleh FZ bahwa Kh Yahya diundang oleh Forum Global AJC dan datang atas nama pribadinya, Tanpa membawa embel embel posisinya sebagai anggota Wantimpres dan tokoh ormas NU.

FZ tidak pernah bisa memahami pribadi Ulama NU. FZ hanya melihat ulama NU pakai sarung dan puritan. Dia lupa bahwa yang duduk di Ormas NU itu adalah putra terbaik NU dan punya reputasi tinggi dikalangan santri. Pendidikan mereka juga bukan rendahan. Kemampuan mereka berorasi di forum dunia juga bisa di banggakan. Hanya saja karena mereka rendah hati, keliatannya puritan dalam berpolitik. Tidak seperti itu. Lihatlah walau PKB lahir dari NU namun tidak otomatis kebijakan Politik PKB sejalan dengan NU. Para kiyai itu bukan orang bodoh yang gampang ngekor apa kata Politisi. NU bisa memisahkan mana politik dan mana Agama. Tidak usah beronani politik akan berhasil efektif merusak seorang ulama NU karena issue murahan.

FZ seakan sejalan dengan Politik Gerindra bahwa siapapun dan apapun dapat dibunuh karakternya atas dasar emosi agama. Termasuk KH Yahya Staquf yang sangat disegani oleh warga NU. FZ berharap dengan issue kunjungan KH Yahya itu dapat menjatuhkan reputasi Jokowi yang pro palestina dan sekaligus merusak reputasi ulama NU yang juga pendukung Jokowi. Sehingga berharap akar rumput NU akan berkiblat kepada Gerindra bersama koalisinya untuk tujuan meraih kekuasaan. Ini jelas politik kotor. Mengapa ? Bung FZ masih kah ingat bagaimana swing voter dari warga NU yang tadinya mendukung Ahok segera berubah haluan ke Anies hanya karena Ahok mempermalukan Ma’ruf Amin di persidangan. Anda telah melukai perasaan kaum nahdliyin dimana mereka sangat menghormatinya Kiyainya.

Jangan kaget bila Mohammad Nuruzzaman, kader Partai Gerindra,tersinggung karena tweetan FZ “ Cuma ngomong begitu doang ke Israel. Ini memalukan bangsa Indonesia. Tak ada sensitivitas pd perjuangan Palestina. Cuma 2019GantiPresiden. Semua tahu bahwa Nuruzzaman adalah Ketua Densus 99 GP Ansor. Kader NU. Ia tokoh memiliki banyak pengikut setia dan lagi Sebagai santri NU, Nuruzzaman adalah murid KH Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya. Selanjutnya Nuruzaaman akan bertarung digaris depan melawan Gerindra. Saran saya kepada Gerindra, sebaiknya elite politik Gerindra belajar tentang agama dengan benar dan pahami maksud dan tujuan kader NU bila masuk ke politik. Yang jelas tujuan mereka beda dengan politisi pada umumnya. Kalau sekarang NU memilih mendukung Jokowi, itu bukan karena Politik tetapi karena Islam yang mengajarkan Cinta.


Menjawab tentang Jokowi...

Bung bertanya “ apa kabar revolusi mental? Saya sebagai rakyat kecil yang tidak cari makan di negeri ini ingin menjawab dengan fakta. Jokowi tidak terlatih berbicara populis dengan retorika tetapi dengan perbuatan. Tidak menulis buku seperti ahli tafsir yang melahirkan revolusi sosial kaum wahabi atau tidak menulis buku merah seperti Mao tentang manifesto kebudayaan sebagai anti tesis komunisme Marx. Tidak. Jokowi seorang insinyur yang terlatih bekerja dan juga pengusaha yang terbiasa berpikir praktis. Jadi sebelum saya jawab lebih jauh pertanyaan anda sebaiknya ini dimaklumi dulu, ya sayang.

Bung AHY yang cerdas dan pintar. Masih ingatkah Perta? Itu loh trading arm Pertamina yang mengendalikan impor minyak yang disetir oleh mafia migas. Karena skema impor BBM itulah membuat Indonesia tidak pernah mandiri sebagai produsen BBM. Karena skema itu mendatangkan uang rente tak terbilang. Karena skema itulah negara rugi ratusan triliun selama 10 tahun sby berkuasa. Ingatkan? Nah itu sudah di removed dari tata niaga migas. Kini semua jadi transfarance dan negara hemat jutaan dollar setiap hari. Tiga kilang minyak raksasa sedang dibangun agar kita mandiri. Itulah buah dari revolusi mental ala Jokowi.

Bukan itu saja Bung, mafia pangan, mafia pupuk , mafia pajak , mafia ikan di libas nya tanpa ragu. Itu engga mudah Bung. Kalaulah mudah tentu sby sudah lakukan selama 10 tahun dia berkuasa. Tetapi jokowi tidak penduli akan semua hambatan. Yang kusut dia urai. Yang keruh dia jernihkan. Yang sulit dibuat mudah. Semua demi negeri yang dia cintai. Demi rakyat yang butuh hope dia dobrak status quo, dia gebrak orang yang tidur mimpi populis, dia hentakan orang yang berada di comfort zone. Tentu karena itu Jokowi menciptakan banyak musuh. Bacalah sosmed setiap hari menghujatnya. Dengarlah talk show TV oon yang terus menggiring opini membencinya. Itulah proses revolusi mental yang sedang berlangsung.

Bung AHY, begitu banyak rencana dibuat oleh sby. Apa hasilnya ? Hanya tumpukan kertas studi. Kalaupun diimplementasikan, kebanyakan mangkrak. Kini di era Jokowi itu diselesaikan tanpa gaduh. Diselesaikan ditengah warisan APBN yang defisit. Tanpa ada sedikit pun Jokowi mengeluh dan menyalahkan rezim sby. Justru atas dasar hormat kepada sby, Jokowi laksanakan semua rencana itu dengan sempurna. Walau karena itu Jokowi harus berhutang namun bukan hutang untuk belanja pegawai tetapi untuk investasi yang punya nilai tambah tinggi dimasa depan. Hasilnya kini Indonesia masuk investment grade dimata investor, masuk komunitas negara USD 1 triliun.

Bung AHY, orang Minang punya falsafah, alam terbentang jadi guru. Tuhan mendesign kehidupan ini dengan banyak peristiwa. Baik dan buruk adalah pembelajaran bagi orang berakal. Jokowi tidak menggurui kita dengan buku untuk paham revolusi mental. Tetapi Jokowi meminta kita belajar dari apa yang diperbuat. Orang Banyak berkata tentang apa yang seharusnya baik dikerjakan, tetapi Jokowi menunjukkan kepada kita bagaimana sebaiknya dikerjakan. Sebagaimana dia mendidik putranya mandiri jauh dari bayang bayang kekuasaannya. Itulah jokowi. Itulah revolusi mental. Untuk dipahami oleh rakyat yang mau berpikir. Pahamkan sayang ?

***
Kritik AHY terhadap kinerja Jokowi tak ubahnya dengan kelompok oposisi yang tak didukung data yang akurat. Hanya bedanya, AHYmenyampaikan dengan bahasa santu seperti SBY. Lima isu yang disasar AHY, yakni menurunnya daya beli masyarakat, naiknya tarif dasar listrik, kurangnya pembukaan lapangan pekerjaan, derasnya aliran tenaga kerja asing dan revolusi mental yang dinilai tidak berjalan.

Banyak orang tidak paham makna GNP USD 1 triliun untuk Indonesia. Dengan kondisi GNP sebesar itu tidak datang begitu saja. Itu melewati proses yang tidak sebentar. Bung AHY, dalam sepuluh tahun terakhir pendapatan per kapita secara riil mengalami kenaikan dua kali lipat. Sementara itu inflasi dua tahun terakhir juga mencatat rekor sangat rendah dan stabil, yaitu di bawah 4 persen. Bung AHY, data memang menunjukkan bahwa pendapatan riil masayarakat tidak terjadi penurunan. Kalau dirasa konsumsi menurun maka itu terjadi karena fenomena kelas menengah yang tumbuh akibat meningkatnya pendapatan.

Bertambahnya kelas menengah dapat menyebabkan bergesernya jenis konsumsi masyarakat dari kebutuhan primer (makanan dan sandang) menjadi kebutuhan sekunder bahkan tersier (mewah). Jumlah nominal yang dikonsumsipun akan berubah seiring dengan kesadaran masyarakat untuk menabung atau melakukan investasi. Hal ini sejalan dengan data dari Bank Indonesia bahwa dana pihak ketiga tahun ini meningkat 10 persen di kuartal kedua bila dibandingkan tahun lalu.

Jadi bung AHY, secara prinsip ekonomi, tidak terjadi hal yang dapat menyebabkan menurunnya daya beli masyarakat. Dari kompilasi terhadap data Susenas menunjukkan bahwa pertumbuhan konsumsi kelompok menengah dari Maret 2016 ke Maret 2017 masih di atas 6 persen, memang lebih rendah dibandingkan setahun sebelumnya yang pernah di kisaran 8 persen. Namun kelompok masyarakat 30 persen berpenghasilan terendah, konsumsinya tumbuh lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya, yang menunjukkan keberhasilan dari kebijakan transfer pemerintah. Engga percaya ?

Mari lihat fakta berikut …

Secara umum, daya beli masyarakat dapat diasosiasikan dengan penerimaan PPN Dalam Negeri yang merupakan pajak atas konsumsi barang/jasa. Pada tahun 2017 penerimaan PPN Dalam Negeri tumbuh 15,32 persen atau lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan tahun 2016 yang mencapai -2,15 persen. Beberapa sektor utama pada jenis pajak PPN Dalam Negeri tumbuh positif seperti sektor Industri Pengolahan (tumbuh 19,47 persen), Perdagangan Besar & Eceran (tumbuh 17,99 persen), dan Transportasi & Pergudangan (18,30 persen).
Belum juga yakin? Mari kita lihat data sebagai berikut ..

Dari sisi kinerja penerimaan pajak sektoral, 2 (dua) sektor utama yang dapat diasosiasikan dengan daya beli masyarakat: Industri Pengolahandan Perdagangan Besar & Eceran, pada tahun 2017 menunjukan tren yang positif: Dari sisi produksi, penerimaan pajak (seluruh jenis pajak) dari sektor Industri Pengolahan secara umum tumbuh 17,53 persen dengan pertumbuhan positif pada beberapa sub-sektor utama seperti Industri Pengolahan Tembakau (tumbuh 36,30 persen), Makanan (tumbuh10,45 persen), Minuman (27,54 persen), Kendaraan Bermotor (51,31 persen), Pakaian Jadi (19,96 persen), Komputer & Elektronik (14,49 persen).

Bagaimana dengan yang lain…

Coba liat ini dari sisi distribusi/penjualan, penerimaan pajak (seluruh jenis pajak)sektor Perdagangan Besar & Eceran secara umum tumbuh 26,08 persen dengan pertumbuhan positif pada beberapa sub-sektor utama seperti Perdagangan Besar & Eceran Non Kendaraan Bermotor (25,67 persen) dan Perdagangan Besar Perlengkapan Rumah Tangga (23,43 persen). Pertumbuhan positif PPN Dalam Negeri, penerimaan pajak sektor Perdagangan, dan penerimaan pajak sektor Industri Pengolahan memberikan indikasi masih kuatnya daya beli masyarakat, dari sisi produsen dan distributor.

Untuk data tahun 2018, realisasi penerimaan perpajakan periode Januari – Februari 2018 adalah sebesar Rp 160,75 triliun (9,93 persen dari APBN 2018) atau tumbuh 13,60 persen secara year-on-year. Pertumbuhan ini ditopang oleh pertumbuhan PPh Non Migas yang mencapai 12,26 persen, PPN yang tumbuh 18,00 persen, Cukai tumbuh 15,16 persen, serta Bea Keluar yang tumbuh 74,60 persen. Kinerja positif penerimaan pajak juga tercermin dari penerimaan sektor usaha utama seperti Industri Pengolahan dan Perdagangan yang tumbuh signifikan, masing-masing tumbuh 13,25 persen dan 33,56 persen.

Masih kurang yakin…Ini data berikut..

Dengan semakin berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi, banyak hal yang sebelumnya tidak mungkin dalam sektor perdagangan dan jasa berubah menjadi suatu fakta yang tidak disangka sebelumnya. Porsi belanja orang miskin untuk telp selular sebesar 25% dari pendapatannya. Hebat kan. Mereka tidak keberatan listrik naik. Loh, belanja selular lebih besar dari anggaran listrik rumah mereka. Jumlah orang miskin turun loh Bung. Daya serap angkatan kerja terselubung terserap lewat penyediaan lapangan kerja pembangun infrastruktur. Kan engga mungkin bangun jalan, irigasi, pelabuhan, bandara pakai robot. Ya kan sayang..

Berdasarkan data jumlah pemudik yang menggunakan motor turun sampai 55%. Fakta ini menunjukkan bahwa orang lebih memilih menggunakan angkutan umum karena hampir sebagian besar jalan menghubungkan kota sudah bagus dan bahkan di Jawa sebagian sudah menggunakan jalan tol. Jadi waktu tempuh semakin cepat. Dulu orang naik motor karena menggunakan kendaraan umum bisa terjebak macet luar biasa akibat jalan yang buruk. Dengan orang memilih mudik menggunakan angkutan umum maka fakta tak terbantahkan bahwa sebagian besar orang Indonesia adalah konsumen jasa yang mampu membayar untuk mendapatkan layanan terbaik bagi dirinya.

Selama Ramadan dan Hari Raya Idul Fitri, menurut Bank Indonesia (BI) pertumbuhan jumlah uang beredar naik 14% atau Rp 167 triliun dibandingkan tahun sebelumnya Rp 147 trilun. Selama 10 tahun terakhir , tahun ini uang yang diedarkan BI mencapai puncak tertinggi yaitu sebesar Rp 691 triliun. Ini suatu fakta bahwa tingkat pendapatan dan kemakmuran dalam bentuk purchasing power memang bukan retorika.

Jadi kalau ada orang bilang Jokowi membangun demi pencitraan dan retorika maka sebetulnya mereka berkaca kepada diri mereka sendiri yang menganggap kekuasaan itu adalah berkah untuk hidup senang diatas retorika atas nama agama dan idiologi. Makanya memang program hanya retorika. Namun Jokowi tidak bicara kecuali menyampai fakta lewat kerja keras agar orang bisa merasakan dan menikmatinya. Jadi pelajari fenomena ekonomi dan lihat secara cerdas agar tidak terperangkap pemikiran ekonomi terbelakang. Bagaimanapun sikap kritis Bung AHY patut di hormati…

Kualitas elite rendah..

  Dari diskusi dengan teman teman. Saya tahu pejabat dan elite kita   berniat baik untuk bangsa ini. Namun karena keterbatasan wawasan dan l...