Saya ingin mengaduk ngaduk logika dan kemapanan emosional anda dalam melihat persoalan sederhana. Tetapi syaratnya jangan baper ya. Begini, ada wanita cantik rupawan yang disukai oleh pria kaya. Wanita itu bangga dan merasa tersanjung karena kecantikannya berbalas pantas dari pria kaya. Apalagi bukan hanya kaya tetapi juga gagah rupawan. Nah mari kita lihat logika sederhana. Ketika wanita bangga terpilih karena kecantikannya maka pada waktu bersamaan juga pria bangga karena kekayaannya mampu menaklukan wanita cantik rupawan. Disini bukanlah cinta yang memicu terjadinya kesepakatan tetapi sebuah transaksional. Ada barang ada harga. Cinta hanya soal retorika namun value didepan menentukan harga.
Disini kita tidak bicara harga barang tetapi value seperti terjadi di bursa saham. Bisa naik bisa juga jatuh. Tergantung sentimen. Begitu juga dengan hubungan pria wanita. Awalnya hubungan memang luar biasa Ibarat pasar sedang hot hot nya. Apapun kinerja disikapi dengan sentimen positip. Sang wanita mulai menentukan kondisi disaat pria sedang on trap dalam euforia cinta. Namun karena waktu, pilihan semakin beragam dan berkembang. Bagi pria , ketika wanita terus meminta uang maka otak kalkulasi bisnis pria bekerja baik. Lirik kiri kanan membandingkan portfolio yang ada ditangan dengan yang ada diluar. Keputusan dibuat, awalnya rebalancing dengan mulai menempatkan wanita bukan the first one tetapi the second. Wanita juga ketika requirement nya di pertanyakan maka diapun melakukan rebalancing.
Dari rebalancing antara kedua belah pihak maka selanjutnya terjadilah take position sell and walk out. Pria melepas portfolio nya atas wanita untuk mencari yang lebih excited. Wanita juga berusaha mendapatkan market yang mau take down dia. Kalau bisa dapatkan pria yang lebih tajir.Tetapi masalahnya uang terus bertambah dan value pria terus meningkat tetapi wanita semakin lama value phisiknya semakin menurun karena faktor usia. Lambat laun karena usia tidak bisa dibohongi akibatnya melantai dibursa terpaksa di delisting karena no value. Masuk ke pasar sekunder , nilai kalah dengan harga steak newzealand satu porsi. Kalau sudah begitu , hidup jadi insecure dan dampaknya baper engga jelas. Karena masih merasa ayam merak diantara ayam kampung.
Hubungan transaksional dapat menjebak siapapun. Mengapa ? karena transaksional menggunakan marketing komunikasi yang bisa menggunakan dalil agama ataupun sekularisme. Namun pada akhirnya harus ada yang dikorbankan dan ada yang membayar karena itu. Setelah deal terjadi maka puas dan tidak puas mulai dibicarakan.Bargain terjadi terus menerus, sampai akhirnya satu sama lain disconnect. Masalahnya selesai. Toh tidak ada yang dirugikan. Semua terjadi atas dasar suka sama suka. Tetapi yang jadi masalah kadang banyak orang ketika menentukan pilihan bertransaksi , dia baper. Merasa ingin menguasai orang lain padahal dalam transaksi tidak ada hegemoni kecuali suka sama suka walau sadar bahwa tidak pernah terjadi deal yang sempurna.
Hidup itu sangat renta dari apa yang kita pikirkan bila kita menganggap segala sesuatu ukurannya materi atas dasar transaksional. Mengapa ? selalu ujungnya penyesalan dan keluhan. Hidup itu sangat kuat dan indah bila kita bisa terus berusaha ikhlas. Mencintai orang lain dengan tulus selalu memberikan nilai tanpa batas ; tidak lekang karena panas dan tidak lapuk karena hujan. Selalu indah waktunya.