Monday, April 30, 2018

Bijak terhadap musuh...


Saya nonton video acara CFD dimana ibu dan anak dipersekusi oleh sekelompok orang yang sedang mengkampanyekan ganti presiden 2019. Saya sedih melihat video itu. Kalaulah itu benar adanya maka sesungguhnya pendukung anti Jokowi telah melakukan kesalahan fatal. Mereka menempatkan kubu Jokowi adalah musuh. Dan karenanya menghalalkan segala cara. Ini sangat disesalkan. Mengapa ? Apapun sikap tidak menghormati orang lain , itu semakin menunjukkan kelemahan mereka sendiri. Semakin tidak percaya diri. Ketika mereka menempatkan kubu Jokowi musuh maka saat itu mereka sedang menebar aura negatif; aura kebencian kepada banyak orang dan semakin merendahkan kubu mereka sendiri. Dan semakin menaikan derajat Jokowi dihadapan pemilihnya. Kemenangan Jokowi tahun 2014 membuktikan itu.

Semua tahu akibat politik Apartheid oleh penguasa kulit putih di Afrika Selatan , Mandela harus mendekam di penjara pulau Robben selama 27 tahun dan baru merasa udara kebebasan ditahun 1990. Namun ketika dia dibebaskan dan kekuasaan ada ditangannya, yang pertama kali dilakukannya adalah “memaafkan lawan politiknya. Kalau saya melakukan hal yang sama sebagaimana mereka pernah lakukan kepada saya, maka itu tidak ada bedanya antara saya dengan mereka. Demikian ungkapan Mandela yang terkenal dalam buku “Playing the Enemy: Nelson Mandela and the Game That Changed a Nation’, karya pengarang John Carlin. Apa jadinya bila Nelson Mandela tidak memaafkan lawan politiknya ketika dia berada dipuncak kekuasaanya sebagai president Afrika Selatan? Saya yakin kehidupan politik Afrika Selatan tidak akan seperti sekarang ini.

Semua tahu bahwa Abu Sofian adalah tokoh kafir yang berada digaris depan memusuhi Rasul. Ketika perang Uhud, paman Rasul gugur ditangan budak Abu Sofian. Konon ceritanya jantung dan hati Paman Rasul, Amzah sampai dimakan oleh Hindun , istri Abu sofian. Demikian kebencian Hindun kepada Paman Rasul itu. Ketika kekuatan Islam semakin bertambah , maka saatnya Rasul memerintahkan untuk menguasai Makkah dari tangan Abu Sofian. Ini perang dakwah. Melindungi umat islam di Makkah dan sekaligus membuka pintu bagi umat islam didaerah lain melaksanakan ibadah haji. Sebelum serangan dilakukan, Abu Sofian memilih untuk menyerah namun meminta jaminan keselamatan dan kehormatannya. Rasul langsung menjawab “ Baiklah. Kalian dengarkan dan sampaikan kepada Abu Sufyan, ‘Siapa yang masuk Masjidil Haram, aman! Dan siapa yang masuk rumah Abu Sufyan, aman’,” kata Rasulullah. Demikian agungnya pribadi Rasul yang langsung memberikan maaf dan pada waktu bersamaan memberikan rasa hormat kepada musuhhya.

Sikap Rasul yang memberikan maaf adalah satu bentuk  menempatkan rasa hormat kepada musuhnya.  Tentu semudah itu beliau melupakan masa lalu yang kelam bersama kekejaman Abu Sofian terhadap dirinya, sehingga beliau terpaksa tersingkir dari kota kelahirannya. Adalah puncak keagungan dari kebijakan Rasul, yang sehingga tak lain memberikan dampak rasa hormat kepada siapapun. Maka peradaban yang diselimuti oleh rasa benci yang memperturutkan hawa nafsu segera sirna, dan yang nampak tak lain adalah kedamaian untuk saling memaklumi diatas rasa hormat untuk ikhlas memaafkan. Demikian pula yang dilakukan oleh Nelson Mandela. Tak ada rasa benci , karena dia menguasai dirinya , menguasai nafsunya , I am the captain of my soul. Demikian sepenggal puisinya yang terkenal. Maka masa depan akan ditapak dengan sepenggal hope bahwa money cannot create success but freedom and peace can build your future a better. Itu hanya memungkinkan bila tidak ada rasa benci dan selalu siap untuk memaafkan.

Jadi apa kesimpulannya ?

Bagi kita yang dianggap musuh oleh kubu sebelah seharusnya jangan terjebak sama dengan mereka yang memusuhi kita. Kalau mereka membully jangan dibalas mem bully. Kalau mereka intimidasi , jangan dibalas intimidasi. fitnah jangan dibalas dengan fitnah. Ingat, musuh dalam kehidupan adalah guru yang indah. Memiliki musuh bukanlah hal yang buruk karena banyak sekali keuntungan yang bisa dipelajari dari seorang musuh, untuk mempelajarinya kita harus tetap menghormatinya. Bagaimana menghormatinya ? jangan lakukan hal yang sama mereka lakukan terhadap kita. Menghormati adalah mata uang terbaik di dunia. Menghormati adalah salah satu nilai-nilai kemanusiaan yang paling penting dan tidak akan pernah digantikan oleh uang atau sesuatu yang lain. Dengan menghormati, kita akan lebih berhasil menghadapi musuh daripada dengan menggunakan kebencian dan intimidasi. Semua agama mengajarkan itu dan Jokowi menteladankannya dihadapan kita.

Rasa hormat adalah pilihan orang yang sangat kuat dan percaya diri walau kepada musuh sekalipun. Jika kita mencoba menemukan cara terbaik mengalahkan musuh kita, maka menghormati adalah jawabannya. Karena rasa hormat kepada lawan membuat musuh kita lambat atau cepat akan mengubah sikap mereka terhadap kita. So jangan sampai orang yang membenci kita mengubah diri kita menjadi juga seorang pembenci. Focuslah dengan cara baik dan terhormat terhadap kubu sebelah. Soal persekusi itu biarkan aparat yang bekerja. UU menjamin kebebasan memilih dan pelanggaran atas hak itu maka akan berhadapan dengan pedang hukum. Begitu aturan mainnya.

No comments:

Kualitas elite rendah..

  Dari diskusi dengan teman teman. Saya tahu pejabat dan elite kita   berniat baik untuk bangsa ini. Namun karena keterbatasan wawasan dan l...