Monday, April 30, 2018

Pemain dan pengikut


Untuk menjadi presiden memang diperlukan puluhan jutaan orang atau mayoritas pemilih namun untuk mengelola pemerintahan diperlukan 1000 orang elite politik mendukung. Artinya rakyat memang diperlukan memilih tetapi setelah itu rakyat engga ada urusan lagi. Selanjutnya yang dihadapi adalah 1000 orang. Gagal menghadapi yang 1000 orang ini pemerintahan akan lemah dan bisa bisa jatuh kekuasaan. Inilah demokrasi. Makanya proses menuju pemilu tanpa dukungan elite politik yang ada di partai dan ormas hampir tidak mungkin seseorang terpilih sebagai pemimpin dan kalaupun terpilih pemerintahannya lemah.

Siapapun yang masuk arena politik dalam sistem demokrasi harus menyadari ini. Mereka harus menjadi “ pemain” politik yang cerdas. Tidak hanya jujur dan amanah tetapi juga harus cerdas menghadapi pemain lain. Kalau tidak maka dia akan jadi pencundang. Dalam politik tidak ada musim semi yang abadi dan tidak ada musim dingin yang abadi. Semua pasti berganti dan itu hanya masalah waktu. Makanya tidak ada teman dan musuh yang abadi yang ada hanyalah kepentingan. Apakah itu salah ? Tidak. Karena sesungguhnya diantara mereka punya aturan permainan yang merupakan konsesus diatara mereka. Karenanya siapa yang cerdas mengikuti aturan itu maka dia akan selamat dan menjadi pemenang.

Saya memilih Jokowi karena karakter nya memang politisi negarawan. Dia tidak menciptakan musuh dengan para elite politik tetapi membangun sinergi. Yang dekat dibuatnya semakin merapat dan yang jauh diusahakannya mendekat. Perbedaan bukan sebagai kendala berkomunikasi tetapi menjadi motivasi untuk berkolaborasi mendapatkan saling pengertian satu sama lain. Makanya walau banyak kebijakan keras Jokowi yang membuat 1000 orang itu kadang kesal namun dia tetap bisa melaksanakan fungsi kekuasaannya dengan baik. Tanpa dukungan elite politik untuk pengesahan APBN dan berbagai RUU, Perpres hampir tidak mungkin kebijakan Jokowi bisa dilaksanakan secara legitimasi.

Politik memang transaksional tetapi ditangan pemimpin berkarakter negarawan seperti Jokowi maka transaksi menghasilkan Deal yang lebih banyak menguntungkan rakyat walau tentu tidak 100% memuaskan rakyat tetapi itulah politik. Meminimal resiko dan kemudaratan adalah lebih baik ditengah kehidupan yang memang tidak sempurna. Nah kita sebagai rakyat bukanlah pemain politik. Kita hanya pengikut Jokowi. Tugas kita harus menyadari eksistensi Jokowi yang suka tidak suka adalah produk politik yang dihasilkan oleh mesin partai. Dinamika politik itu urusan Jokowi menghadapinya. Kita harus percaya apapun itu sikap politik Jokowi. Setelah pemilu kita harus move on dengan hidup kita masing masing agar bermanfaat bagi bangsa dan negara.

No comments:

Akhlak atau spiritual

  Apa pendapat bapak soal kenaikan pajak PPN 12 % “ tanya Lina. Peningkatan tarif PPN tujuannya tentu untuk meningkatkan penerimaan negara d...