Sunday, May 27, 2018

Bertahan hidup

Di musim panas, saya berhenti sejenak ketika ada seorang wanita mengayuh kereta berisi barang rongsokan ditengah hiruk pikuk pasar. Udara panas menyengat keras. Wanita itu tetap sabar. Wajahnya nampak keras seakan tak menyisakan ragu dan takut untuk bertahan hidup ditengah lautan manusia lebih dari 1 miliar di China. Teman saya menegur saya “ apakah kamu baik baik saja. “ saya mengangguk. Tetapi teman saya memperhatikan suatu tanya tentang apa yang baru saya lihat. Dia menarik saya masuk ke dalam cafe untuk lepas dari terik matahari. Setelah memesan kopi se gelas untuk dirinya, dia kembali duduk bersama saya.

Bagi orang china, kata teman saya. Bertahan hidup adalah fitrah alam. Ini hukum ketetapan Tuhan. Hidup terasa hambar dan tidak ada arti bila tanpa tantangan. Bertahan hidup sangat tertanam dalam diri setiap makhluk hidup. Alam sendiri berjuang setiap hari demi kelangsungan hidupnya. Bertahan hidup menunjukan akar yang baik bagi kelangsungan perkembagan jiwa positip. Setiap upaya bertahan hidup bagaikan biji kecil dari pohon tumbuh terus lebih besar dan lebih tinggi ke arah cahaya. Wanita itu berjuang dan terus melangkah tanpa henti. Kadang menunjukan pemandangan luar biasa. Itu semua buah dari ribuan langkah untuk bertahan hidup.

Kehidupan memaksa orang harus memilih. Apapun pilihan disertai hukum Tuhan, yang kadang kita abaikan, dan itulah kelemahan manusia. Namun cinta, cinta adalah mesin. Mesin ini yang mendorong orang kembali kepada hukum Tuhan. Karena Tuhan mencintai manusia lewat proses hidupnya. Setiap makhluk menyadari ini. Tuhan menawarkan, hidup sesuai dengan aturanNya. Untuk mencapai keseimbangan sempurna. Manusia menerjemahkan cinta Tuhan dalam berbagai cara sementara waktu terus berlalu. Tapi cinta selalu ada di sana. Mungkin berbeda dari satu abad ke abad yang lain. Tapi dia terus mendorong orang untuk bertindak. Mencintai orang lain. Mencintai keluarga. Mencintai negara.

Senja telah datang. Sebentar lagi buka puasa. Saya tidak lagi merasa lapar. Karena apalah arti lapar bila dibandingkan dengan kerasnya bertahan hidup dari wanita itu. Juga samahalnya dengan banyak orang duafa yang bertahan hidup di negeri saya. Mereka kumpulan manusia yang sebetulnya kuat. Karena mereka tidak mengeluh dan tidak berharap dari segala kemudahan. Mereka bertahan hidup berkat cinta Tuhan yang membuat mereka mengabaikan untuk membenci dalam keluhan yang tiada henti. Walau mereka tidak paham apa itu agama sesungguhnya namun Tuhan hadir dalam proses hidupnya. Membuat mereka selalu punya harapan. Tanpa berputus asa akan rahmat Tuhan.

Sebetulnya kemiskinan lahir dari ketidak seimbangan. Karena manusia mengabaikan hukum Tuhan untuk mencapai keseimbangan. Takut miskin dan menghindar dari kelelahan. HIlanglah struggle untuk mencapai keseimbangan itu. Dunia sekular hanya menghitung rasio Gini atas distribusi kekayaan tetapi lupa menghitung distribusi cinta. Makanya yang nampak adalah peradaban paradox, dimana ilmu tidak melahirkan kebijakan dan harta tidak menimbulkan kebahagiaan tetapi justru menangis ditempat sepi dan menumpang tawa ditempat ramai. Selalu punya waktu melihat keluar namun buta melihat kedalam. Selalu punya alasan membenci dan menolak untuk memaafkan apalagi memaklumi.

“ Hidup adalah perjuangan atas sebuah pilihan. Wanita itu tidak memilih untuk meminta dan modus. Tentu pilihannya ada resiko. Mungkin dia bisa saja menolak resiko agar terhindar dari luka dan jatuh. Namun yakinlah dia tidak akan menjadi apa apa dan bukan siapa siapa. Tetapi dengan dia melewati resiko, terluka dan jatuh, dia tahu arti mencintai dan paham bagaimana bersyukur kepada Tuhan. Itulah hakikat dari kehidupan, berjalan dijalan Tuhan dan selalu berprasangka baik kepada Tuhan tanpa prasangka buruk terhadap orang lain” demikian kata teman saya mengakhiri pertemuan hari itu.

Thursday, May 03, 2018

Cara sederhana bahagia


Satu satunya yang tidak saya suka adalah berdebat. Mengapa ? acap kali saya dan lawan bicara saya akan seperti dua pesawat televisi yang disetel berhadap-hadapan. Dia tak mencoba mengerti saya dan saya tak mencoba mengerti dia. Bahasa punya problem. Kata yang kita ucapkan atau kita tulis tidak jatuh persis di sebelah sana dalam makna yang seperti ketika ia keluar dari kepala saya. Lantas apa tujuan sebuah perdebatan? Untuk menunjukkan bahwa saya tak kalah pintar ketimbang lawan itu? ”Kalah pintar” tidak selamanya mudah diputuskan, kalaupun ada juri yang menilai. Atau untuk meyakinkan orang di sebelah sana itu, bahwa pendirian saya benar, dan bisa dia terima? Saya tak yakin.

Saya malas berdebat. Kecuali saya hanya ingin menulis secara literal dengan menjawab berbagai issue dalam keseharian, yang siap dibantah orang dan bahkan dicuekin orang. Kalaupun saya membantah, saya tak bermaksud untuk mengalahkan orang, apalagi mempermalukannya. Saya hanya ingin menggugah orang untuk berpikir, menilik hidup, terutama hidupnya dan menjadi lebih bijaksana sedikit. Mengapa ? Kita tak bisa untuk selalu optimistis, bahwa sebuah diskusi yang ”rasional” akan menghasilkan sebuah konsensus. Bahkan debat di sosmed dan kritis tidak dengan sendirinya akan membuka pintu ke sebuah ruang di mana orang bisa bertemu dan bersepakat. Justru sebaliknya: yang akan terjadi adalah makin beragamnya pendapat dan pendirian.

Orang yang berbeda punya pandangan dunia yang berbeda pula, dan pada saat mereka sadar bahwa intuisi mereka tentang realitas berbeda, mereka akan makin ketat dalam pilihan posisi mereka. Ada yang selamanya tak terungkap, juga bagi diri sendiri, dalam kalimat. Di manakah peran percakapan? Buat apa dialog dilakukan? Mungkin jawabnya lebih sederhana bahwa percakapan di sosial media punya momen persentuhan yang tak selamanya bisa dibahasakan—momen ketika tubuh jadi bagian dari keramahan. Kadang lucu bila kebencian dan kecintaan kepada penulis hadir silih berganti hanya karena persepsi atas tulisan yang berbeda. Mungkin saya pahami tulisan saya dengan baik namun saya tidak jamin orang lain yang membacanya akan menerima baik.

Karenanya saya berusaha dalam setiap postingan menghindari munculnya perdebatan yang bisa memancing emosi. Atau kalau issue yang sensitif dan sulit dipahami saya sampaikan lewat kisah fiksi untuk saya bebas dan mudah dipahami orang lain tanpa ada kesan menggurui. Tentu berbeda dengan sebagian penulis facebook yang sengaja memancing emosi agar lebih banyak like dan komen sehingga viral. Sama halnya dengan acara ILC, yang lebih cenderung mengangkat issue yang mudah menimbulkan perdebatan dan memang itu tujuannya agar bisa menghibur orang banyak. Tidak mengherankan bila televisi dan sosial media mengambil peran besar dalam debat politik. Creator acara hanya menginginkan sesuatu untuk ditonton khalayak seperti orang Roma dulu menyelenggarakan pertandingan gladiator.

Suka atau tidak suka, Politik telah jadi sebuah tempat bertarung yang dibangun oleh media massa, di mana wajah, sosok, artikulasi, dan janji diperlakukan sebagai komoditas yang ditawarkan ke konsumen yang sebanyak-banyaknya. Makin banyak calon pembeli yang dibujuk, makin ditemukan titik pertemuan yang paling dangkal. Dan ketika televisi—dengan kebiasaannya untuk gemebyar, dengan ongkos mahal—jadi makin komersial, pendangkalan itu makin tak terelakkan apalagi ada sosial media yang murah meria sebagai ajang kampanye.

Saya malas berdebat karena menguras emosi apalagi atas dasar kebencian dan ketidak sukaan satu sama lain untuk dipertontonkan dihadapan orang banyak. Apapun itu, namanya ya bertengkar dan itu buruk. lebih baik saya hindari. Mengapa ? Didunia ini tidak ada yang lebih penting kecuali bagaimana hidup bisa bahagia. Menjauhi bertengkar atau debat kosong adalah pilihan smart untuk meraih bahagia dengan cara mudah dan tentu murah. Ini soal pilihan.

Monday, April 30, 2018

Pemain dan pengikut


Untuk menjadi presiden memang diperlukan puluhan jutaan orang atau mayoritas pemilih namun untuk mengelola pemerintahan diperlukan 1000 orang elite politik mendukung. Artinya rakyat memang diperlukan memilih tetapi setelah itu rakyat engga ada urusan lagi. Selanjutnya yang dihadapi adalah 1000 orang. Gagal menghadapi yang 1000 orang ini pemerintahan akan lemah dan bisa bisa jatuh kekuasaan. Inilah demokrasi. Makanya proses menuju pemilu tanpa dukungan elite politik yang ada di partai dan ormas hampir tidak mungkin seseorang terpilih sebagai pemimpin dan kalaupun terpilih pemerintahannya lemah.

Siapapun yang masuk arena politik dalam sistem demokrasi harus menyadari ini. Mereka harus menjadi “ pemain” politik yang cerdas. Tidak hanya jujur dan amanah tetapi juga harus cerdas menghadapi pemain lain. Kalau tidak maka dia akan jadi pencundang. Dalam politik tidak ada musim semi yang abadi dan tidak ada musim dingin yang abadi. Semua pasti berganti dan itu hanya masalah waktu. Makanya tidak ada teman dan musuh yang abadi yang ada hanyalah kepentingan. Apakah itu salah ? Tidak. Karena sesungguhnya diantara mereka punya aturan permainan yang merupakan konsesus diatara mereka. Karenanya siapa yang cerdas mengikuti aturan itu maka dia akan selamat dan menjadi pemenang.

Saya memilih Jokowi karena karakter nya memang politisi negarawan. Dia tidak menciptakan musuh dengan para elite politik tetapi membangun sinergi. Yang dekat dibuatnya semakin merapat dan yang jauh diusahakannya mendekat. Perbedaan bukan sebagai kendala berkomunikasi tetapi menjadi motivasi untuk berkolaborasi mendapatkan saling pengertian satu sama lain. Makanya walau banyak kebijakan keras Jokowi yang membuat 1000 orang itu kadang kesal namun dia tetap bisa melaksanakan fungsi kekuasaannya dengan baik. Tanpa dukungan elite politik untuk pengesahan APBN dan berbagai RUU, Perpres hampir tidak mungkin kebijakan Jokowi bisa dilaksanakan secara legitimasi.

Politik memang transaksional tetapi ditangan pemimpin berkarakter negarawan seperti Jokowi maka transaksi menghasilkan Deal yang lebih banyak menguntungkan rakyat walau tentu tidak 100% memuaskan rakyat tetapi itulah politik. Meminimal resiko dan kemudaratan adalah lebih baik ditengah kehidupan yang memang tidak sempurna. Nah kita sebagai rakyat bukanlah pemain politik. Kita hanya pengikut Jokowi. Tugas kita harus menyadari eksistensi Jokowi yang suka tidak suka adalah produk politik yang dihasilkan oleh mesin partai. Dinamika politik itu urusan Jokowi menghadapinya. Kita harus percaya apapun itu sikap politik Jokowi. Setelah pemilu kita harus move on dengan hidup kita masing masing agar bermanfaat bagi bangsa dan negara.

Bijak terhadap musuh...


Saya nonton video acara CFD dimana ibu dan anak dipersekusi oleh sekelompok orang yang sedang mengkampanyekan ganti presiden 2019. Saya sedih melihat video itu. Kalaulah itu benar adanya maka sesungguhnya pendukung anti Jokowi telah melakukan kesalahan fatal. Mereka menempatkan kubu Jokowi adalah musuh. Dan karenanya menghalalkan segala cara. Ini sangat disesalkan. Mengapa ? Apapun sikap tidak menghormati orang lain , itu semakin menunjukkan kelemahan mereka sendiri. Semakin tidak percaya diri. Ketika mereka menempatkan kubu Jokowi musuh maka saat itu mereka sedang menebar aura negatif; aura kebencian kepada banyak orang dan semakin merendahkan kubu mereka sendiri. Dan semakin menaikan derajat Jokowi dihadapan pemilihnya. Kemenangan Jokowi tahun 2014 membuktikan itu.

Semua tahu akibat politik Apartheid oleh penguasa kulit putih di Afrika Selatan , Mandela harus mendekam di penjara pulau Robben selama 27 tahun dan baru merasa udara kebebasan ditahun 1990. Namun ketika dia dibebaskan dan kekuasaan ada ditangannya, yang pertama kali dilakukannya adalah “memaafkan lawan politiknya. Kalau saya melakukan hal yang sama sebagaimana mereka pernah lakukan kepada saya, maka itu tidak ada bedanya antara saya dengan mereka. Demikian ungkapan Mandela yang terkenal dalam buku “Playing the Enemy: Nelson Mandela and the Game That Changed a Nation’, karya pengarang John Carlin. Apa jadinya bila Nelson Mandela tidak memaafkan lawan politiknya ketika dia berada dipuncak kekuasaanya sebagai president Afrika Selatan? Saya yakin kehidupan politik Afrika Selatan tidak akan seperti sekarang ini.

Semua tahu bahwa Abu Sofian adalah tokoh kafir yang berada digaris depan memusuhi Rasul. Ketika perang Uhud, paman Rasul gugur ditangan budak Abu Sofian. Konon ceritanya jantung dan hati Paman Rasul, Amzah sampai dimakan oleh Hindun , istri Abu sofian. Demikian kebencian Hindun kepada Paman Rasul itu. Ketika kekuatan Islam semakin bertambah , maka saatnya Rasul memerintahkan untuk menguasai Makkah dari tangan Abu Sofian. Ini perang dakwah. Melindungi umat islam di Makkah dan sekaligus membuka pintu bagi umat islam didaerah lain melaksanakan ibadah haji. Sebelum serangan dilakukan, Abu Sofian memilih untuk menyerah namun meminta jaminan keselamatan dan kehormatannya. Rasul langsung menjawab “ Baiklah. Kalian dengarkan dan sampaikan kepada Abu Sufyan, ‘Siapa yang masuk Masjidil Haram, aman! Dan siapa yang masuk rumah Abu Sufyan, aman’,” kata Rasulullah. Demikian agungnya pribadi Rasul yang langsung memberikan maaf dan pada waktu bersamaan memberikan rasa hormat kepada musuhhya.

Sikap Rasul yang memberikan maaf adalah satu bentuk  menempatkan rasa hormat kepada musuhnya.  Tentu semudah itu beliau melupakan masa lalu yang kelam bersama kekejaman Abu Sofian terhadap dirinya, sehingga beliau terpaksa tersingkir dari kota kelahirannya. Adalah puncak keagungan dari kebijakan Rasul, yang sehingga tak lain memberikan dampak rasa hormat kepada siapapun. Maka peradaban yang diselimuti oleh rasa benci yang memperturutkan hawa nafsu segera sirna, dan yang nampak tak lain adalah kedamaian untuk saling memaklumi diatas rasa hormat untuk ikhlas memaafkan. Demikian pula yang dilakukan oleh Nelson Mandela. Tak ada rasa benci , karena dia menguasai dirinya , menguasai nafsunya , I am the captain of my soul. Demikian sepenggal puisinya yang terkenal. Maka masa depan akan ditapak dengan sepenggal hope bahwa money cannot create success but freedom and peace can build your future a better. Itu hanya memungkinkan bila tidak ada rasa benci dan selalu siap untuk memaafkan.

Jadi apa kesimpulannya ?

Bagi kita yang dianggap musuh oleh kubu sebelah seharusnya jangan terjebak sama dengan mereka yang memusuhi kita. Kalau mereka membully jangan dibalas mem bully. Kalau mereka intimidasi , jangan dibalas intimidasi. fitnah jangan dibalas dengan fitnah. Ingat, musuh dalam kehidupan adalah guru yang indah. Memiliki musuh bukanlah hal yang buruk karena banyak sekali keuntungan yang bisa dipelajari dari seorang musuh, untuk mempelajarinya kita harus tetap menghormatinya. Bagaimana menghormatinya ? jangan lakukan hal yang sama mereka lakukan terhadap kita. Menghormati adalah mata uang terbaik di dunia. Menghormati adalah salah satu nilai-nilai kemanusiaan yang paling penting dan tidak akan pernah digantikan oleh uang atau sesuatu yang lain. Dengan menghormati, kita akan lebih berhasil menghadapi musuh daripada dengan menggunakan kebencian dan intimidasi. Semua agama mengajarkan itu dan Jokowi menteladankannya dihadapan kita.

Rasa hormat adalah pilihan orang yang sangat kuat dan percaya diri walau kepada musuh sekalipun. Jika kita mencoba menemukan cara terbaik mengalahkan musuh kita, maka menghormati adalah jawabannya. Karena rasa hormat kepada lawan membuat musuh kita lambat atau cepat akan mengubah sikap mereka terhadap kita. So jangan sampai orang yang membenci kita mengubah diri kita menjadi juga seorang pembenci. Focuslah dengan cara baik dan terhormat terhadap kubu sebelah. Soal persekusi itu biarkan aparat yang bekerja. UU menjamin kebebasan memilih dan pelanggaran atas hak itu maka akan berhadapan dengan pedang hukum. Begitu aturan mainnya.

Kita bukan siapa siapa...

Kemarin teman saya baru pulang dari Bankok mengikuti ritual meditasi di kelenteng Buda. Kami berdiskusi tentang banyak hal khususnya mengenak fenomena alam semesta dikaitkan dengan eksistensi Tuhan. Yang menarik adalah ketika dia mengatakan adanya energy prana yang bisa mengubah energy putih menjadi energy gelap. Energy prana ini tidak bisa didapat melalui kekuatan energy normal tetapi melalui kekuatan supranatural. Jadi semacam pemahaman trensendental. Apa yang kita lihat dan ketahui di semesta ini adalah materi putih yang serba terbatas.

Sebatas itu saya bisa pahami sebagai sebuah keyakinan. Namun ternyata dalam ilmu pengetahuan itu dapat diterima. Sebenarnya pusat kehidupan ini ada pada Ether yang merupakan otak dari sistem alam semesta beserta isinya. Ether ini terdiri dari materi gelap, energy normal dan energy gelap. Jadi tidak ada ruang hampa. Karena disetiap ruang ada energy dan materi. Bahkan diantara inti sel itu ada ruang dan disetiap ruang ada energy yang jumlahnya lebih besar, yang disebut dark energy. Yang membuat kita takjub adalah komposisinya 68% merupakan energi gelap, 27% materi gelap, hanya 5% materi normal. Segala ilmu pengetahuan yang ada sekarang, bahkan semua hal yang kita pahami dari kitab suci , termasuk yang dapat kita lihat, kita raba, rasakan itu semua hanya 5 % dari total materi yang ada. Yang disebut materi normal.

Kalau dianalogikan kita dan disemesta ini berada di ruang materi hanya sebesar 5%. Diluar itu ada 26% dark matery dan 68% dark energy. Artinya sehebat apapun kita dalam ilmu pengetahuan masih terlalu banyak yang tidak kita ketahui. Contoh sederhana setiap perbuatan orang lain kita hanya tahu hasilnya tetapi kita tidak pernah tahu yang sebenarnya niat dibalik perbuatan itu. Yang tahu hanya orang yang melakukan perbuatan itu. Kita hanya menduga duga. Padahal sumber kekuatan itu ada pada niatnya. Sumber kebenaran itu ada diniatnya. Makanya hukum didunia bukanlah hukum salah benar. Karena hukum dunia tidak bisa melihat dan menilai niat orang. Makanya prasangka baik itu harus menjadi dasar bersikap atas segala peristiwa yang ada di keseharian kita.

Lantas apakah kita bisa mendapatkan dark energy itu? Tentu bisa. Caranya menggunakan kekuatan pikiran melalui pemahaman trensedent. Akal kita terbatas menjangkau dark energy itu. Contoh kerika energy normal anda mentok sehingga membuat anda gagal atau stress atau sakit seperti kanker maka yang bisa membalik keadaan itu menjadi lebih baik adalah dengan menggunakan dark energy yang dayanya lebih besar, dan itu melalui kekuatan pikiran. Apa itu? Berpikir positip. Pikiran anda adalah ether yang menjadi CPU kehidupan dan semesta. Dengan berpikir positip maka anda bisa menggunakan dark energy sesuai apa yang anda mau. Sehat atau sukses tergantung pikiran anda.

Sebaliknya bila kegagalan, kekecewaan dan penyakit phisik membuat anda berpikir negatif maka dark energy tidak mungkin anda raih dan itu membuat anda terisolasi oleh 5 % ruang normal, yang membuat anda lemah dan terbelakang secara intelektual dan spiritual. Makanya orang yang menguasai dark energy adalah orang yang selalu menerima hal yang baik dengan rasa syukur dan menerima hal yang buruk dengan sabar. Apapun itu disikapi secara positip. Semakin anda me-nol kan diri anda, semakin kuat anda. Semakin ikhlas anda, semakin hebat anda. Akibatnya anda berkembang menjadi lebih kuat karena waktu. Mengapa ? Karena anda mampu menciptakan keseimbangan, Itulah buah keimanan kepada Tuhan! Tanpa itu , kita bukan apa apa. Dan apapun akan disikapi negatif.

Sunday, April 08, 2018

Kepemimpinan Jokowi

Saat ini ada lima partai politik di parlemen yang telah menyatakan dukungan ke Presiden Jokowi, yakni PDI-P, Golkar, Nasdem, PPP dan Hanura. Sementara PKB, PAN, dan Partai Demokrat belum menyatakan dukungan. Namun dari Ketua Umum PPP, Romahurmuziy didapat informasi bahwa dalam bulan ini ada dua Partai yang akan bergabung. Entah partai mana? bisa saja PKB dan PAN atau PD dan PAN. Yang jelas Gerindra dan PKS sudah bulat berkoalisi yang akan mengusung capres dan cawapres sendiri. Sesuai UU Pemilu, PKS dan Geridra yang berkoalisi cukup suara untuk mencalonkan capres. Siapakah capres dan cawapres nya ? itu masih tanda tanya.

Saya lebih tertarik membahas karakter kepemimpinan yang layak memimpin Indonesia. Mengapa ? karena by design bahwa system pemerintahan kita sudah solid. UUD dan Hukum yang memagari sistem pemerintahan berdasarkan NKRI udah tersedia. Kelembagaan yang diamanahkan UU juga sudah terbentuk. Contoh bagaimana menyusun APBN, itu sudad ada UU nya. Bagaimana sistem perbendaharaan negara, juga udah ada UU nya. Singkatnya semua program pembangunan yang diamanahkan oleh UUD telah tersedia kelembagaannya. Jadi siapapun jadi presiden, tidak akan mengubah itu semua, yang memastikan Presiden bukanlah lembaga satu satunya yang berkuasa. Kita menganut pembagian kekuasaan yang terstruktur.

Jadi apa yang akan dilakukan oleh presiden terpilih ? Seorang presiden itu harus mengikuti standar kepatuhan yang diatur oleh UUD dan UU, serta aturan lainnya. Kalau dia melanggar maka dia bisa di lengserkan oleh DPR. Namun dengan pagar yang begitu rapat akan kekuasaan presiden itu , dia dituntut untuk mampu mengembangkan kreatifitas kepemimpinannya agar dapat diikuti oleh bawahannya dan dipahami oleh lembaga lain yang menjadi mitranya. Bayangkan, tidak mudah kan. Buktinya beberapa Presiden dan bahkan kepala Daerah tidak mampu berbuat banyak ketika dia jadi pemimpin. Mengapa ? karena setiap keputusannya terbentur dengan aturan yang ada.

KIta ambil contoh, kalaulah Jokowi membuat kebijakan pembangunan infrastruktur tentu akan tidak mudah kebijakan itu dibuat. Apalagi mitranya di DPR tidak semua mendukungnya. Tetapi Jokowi smart. Dia hanya mengubah nama dari kebijakan yang sudah di buat SBY seperti Pendulum Nusantara, menjadi Toll Laut. Pembangunan infrastruktur dan indonesia centris, itu tadinya sudah dibuat kebijakannya oleh SBY dalam bentuk MP3I. Kebijakan SBY itu udah dalam bentuk UU dan PP serta kelembagaannya. Hanya saja tidak efektif dilaksanakan. Karena terbentur masalah sektoral yang rumit. Dan Jokowi melaksanakannya dengan efektif lewat kreatifitas komunikasi politik kepada lembaga yang menjadi mitranya termasuk kepala daerah. Sehingga program tetap jalan tanpa melaggar UU namun hasilnya bisa dirasakan oleh rakyat.

Mengapa Jokowi mampu betindak smart ? karena latar belakangnya sebagai pengusaha kreatif yang harus tunduk dengan standar moral, juga pengalamannya sebagai kepala Daerah yang paham betul tentang aturan birokrasi. Contoh Jokowi tahu betul bahwa pengendalian inflasi itu ada pada kepala Daerah yang didukung oleh kebijakan Pusat. Disamping itu , Jokowi sangat sadar bahwa budaya indonesia perlu pemimpin hadir ditengah tengah masyarakat untuk memotivasi kepala Daerah dan kementrian bekerja efektif.

Untuk diketahui bahwa Kepemimpinan selalu berkaitan dengan kualitas-kualitas tinggi dalam moral dan karakter. Kualitas-kualitas, seperti visionary, empowering, authentic, resonant, heroic, transformational, dan puluhan ciri lain. Hal itu adalah hasil tempaan yang lama dan penuh jerih payah melalui keterlibatan penuh dedikasi di dalam komunitas yang melahirkan nature kepemimpinan itu. Maka, kepemimpinan juga dilekatkan dengan ide-ide dan perbuatan-perbuatan besar dan cinta besar yang membawa perubahan, sekalipun harus lama bertekun, bergerak melawan arus, dan tak jarang berkorban untuk para pengikutnya, dan ini sudah dibuktikan oleh Jokowi sebagai pengusaha kreatif yang sukses dan Kepala Daerah yang sukses.

Disamping itu sikap sederhana Jokowi bukanlah lipstick yang penuh rekayasa untuk sebuah pencitraan ala kapitalis. Mengapa ? Kekuasaan adalah cobaan terberat bagi manusia dan hidup sederhana sebagai pemimpin memang juga bukan hal yang mudah. Namun bukan pula hal sulit dilakukan bila akhlak mulia bagian dari kehidupan seorang pemimpin. Dari kesederhaan sikap dan perbuatannya , tidak sulit baginya untuk mengajarkan hal yang konstruktif kepada bawahannya agar emosi tetap terjadi secara positip, mengundang orang untuk mengambil langkah keyakinan melalui sepatah kata tentang apa yang mungkin , menciptakan sebuah inspirasi kolektif. Semua itu tercermin dari caranya berpikir ( way of thinking ) , merasakan ( feeling ) dan kemampuannya memfungsikan semua potensi positip ( functioning ) , sebuah cara hidup ( the way of life ) dan cara menjadi ( way of being ) yang transformative. Hal tersebut melebur dalam hati dan jiwa seiring keteladannya untuk cinta dan kasih sayang. Bila Jokowi menang dalam Pilpres 2019 maka itupun bukanlah hal yang luar biasa baginya. Karena baginya kekuasaan adalah panggilan tugas yang harus dia emban dengan kelelahan tanpa harus berkeluh kesah, dan bukan untuk kesenangan yang memabukan.

Wednesday, April 04, 2018

Teladan Jokowi..


Sejak Jokowi masuk ke pentas politik Nasional, tidak pernah sepi dari kampanya negatif terhadapnya . Bahkan mengarah kepada Ibunda dan Istrinya, kedua wanita yang tentu sangat dia hormati. Dampak dari kampanye hitam itu menimbulkan kebencian yang meluas terhadapnya. Tetapi apakah Jokowi hancur karena kampanye negatif itu? Tidak. Justru Allah semakin mengangkat derajatnya dan mendudukannya diatas posisi yang tak pernah terbayangkan bagi seorang tukang kayu dari rakyat jelata. Yang mengusik rasa ingin tahu saya adalah mengapa dia bisa setegar itu , yang pada waktu bersamaan Jokowi telah memberikan paradigma baru dalam perpolitikan yang menjunjung tinggi etika dan moral dengan penuh prasangka baik terhadap siapapun.

Ada cerita yang mungkin bisa dijadikan pelajaran bagi kita semua. Orang munafik seperti Abdullah bin Ubay bin Salul memfitnah bahwa Siti Aisyah telah berselingkuh dengan Shafwan. Fitnah itu dengan cepat beredar hingga di Madinah sehingga menimbulkan kegoncangan di kalangan kaum Muslimin. Karena tuduhan berselingkuh tersebut, sampai-sampai Rasululah SAW menunjukkan perubahan sikap atas diri Aisyah. Kondisi fitnah itu tentu menyebar hingga mencapai satu bulan lamanya. Dan selama itu pula, tak ada wahyu yang diterima Nabi Muhammad SAW.Sampai kemudian, Allah SWT mengabarkan berita gembira kepada Nabi SAW yang menyatakan bahwa Aisyah ra terbebas dari segala tuduhan perselingkuhan dan fitnah itu.

Yang menarik bagi saya kisah itu adalah bagiamana Allah menjawab fitnah itu dalam Al Qur'an, Surat An-Nur ayat 11-26. “ Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu juga. janganlah kamu kira bahwa berita bohong itu buruk bagi kamu bahkan ia adalah baik bagi kamu. tiap-tiap seseorang dari mereka mendapat Balasan dari dosa yang dikerjakannya. dan siapa di antara mereka yang mengambil bahagian yang terbesar dalam penyiaran berita bohong itu baginya azab yang besar “ Ayat 11 ini dengan bijak Allah mengatakan bahwa tidak ada peristiwa buruk itu akan buruk bagi kita. BIsa saja baik bagi kita. Jadi selalu ada hikmah. Setidaknya dari peristiwa itu kita bisa mengetahui siapa orang baik, siapa pura pura baik , siapa yang tidak tulus dan siapa orang jahat, benar jahat.

Mengapa ? Orang baik tidak akan mempercayai setiap berita negatif tentang seseorang tanpa ada saksi sedikitnya dua atau empat orang yang menyaksikan peristiwa yang disangkakan. Orang yang hanya mempercayai satu berita dari satu sisi saja maka orang itu bukan orang baik. Dan bila mereka ikut membenci dan bergunjing maka kita bersyukur dengan peristiwa itu Allah menunjukan kepada kita mana orang baik dan mana orang picik. Dan kita terhindar dari orang orang yang kemudian hari akan menzolimi kita. Itu hikmahnya. Itu sebabnya ketika orang menghujat dan memfitnah Jokowi, dia lebih memilih diam. Walau Jokowi bukan kiyai namun Nilai islamnya sangat kuat terpatri dalam kalbunya. Ia berlapang dada terhadap mereka dan telah memaafkan orang orang itu sebelum orang orang itu meminta maaf. Tentu Allah akan menjaganya. Apakah ada kekuatan selain Allah di dunia ini.?

***
Pada Pembukaan Kongres Umat Islam, Sumut, 30 Maret 2018. YIM mengatakan Presiden Itu.. Walaupun Orangnya Goblok.. (Tidak Menyebut Nama). Tapi, Segoblok-2nya Dia,.. Dia Itu Presiden..kemudian FH pernah bilang presiden sinting. FZ bilang Jokowi presiden planga plongo. Ada juga sindiran dari PS dengan menyebut elite politik maling, bisa saja mengarah ke Jokowi. AR menyebut Jokowi melakukan kebohongan. Perhatikan komunikasi para politisi terhadap Jokowi. Semua Predikat buruk disematkan kepada Jokowi. Padahal pernyataan itu datang dari informasi sepihak tanpa ada kemauan untuk tabayyun atau cross check. Masyarkat pun tanpa tabayyun percaya begitu saja kata mereka sehingga kebencian terhadap Jokowi terus meluas.

Apakah Jokowi meladeni mereka dengan ungkapan yang tidak senonoh ? Tidak. Jokowi menghadapinya dengan cara sederhana, paham bahwa orang lemah cenderung menghujat dan menghakimi orang secara subjektif. Dan mereka tidak punya kemampuan untuk cross check. Mengapa ? Karena secara intelektual dan spiritual mereka merasa dibawah Jokowi makanya mereka kehilangan akal sehatnya untuk menilai secara objektif dan cenderung emosional. Jadi walau pendidikan tinggi namun intelektual rendah. Walau pengetahuan agama tinggi namun secara spiritual juga rendah. Dan orang banyak yang percaya kata hujatan itu adalah mereka yang secara intelektual dan spiritual juga sudah bangkrut.

Islam melarang keras sifat menghujat dan merendahkan orang lain. Firman Allah, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim,” (QS. Al Hujuraat : 11). Revolusi mental yang dicanangkan Jokowi adalah pendidikan akhlak. Dia tidak mendidik dengan kata kata tetapi dengan teladan. Dia tidak membalas hujatan dengan hujatan atau cemoohan dengan cemoohan. Lebih banyak dia diamkan atau disikapi dengan tersenyum.

Ketika anda punya kekuasaan atau harta maka cobaan terbesar adalah bersikap rendah hati. Dan yang paling sulit adalah tidak membalas keburukan dengan keburukan tapi dengan cinta: menjaga aib orang, perasaan orang dan penuh prasangka baik kepada siapapun. Itulah yang sulit dan tentu tidak semua orang bisa. Jokowi mampu, tentu kita juga harus mampu meniru Jokowi. Karena disitulah moral intelektual kita diuji untuk mencapai puncak spiritual tertinggi.

Kualitas elite rendah..

  Dari diskusi dengan teman teman. Saya tahu pejabat dan elite kita   berniat baik untuk bangsa ini. Namun karena keterbatasan wawasan dan l...