Saya akui takdir saya tidak di lahirkan sendirian di bumi ini. TIdak di lahirkan secara ekslusif. Apa yang ada pada saya juga ada pada orang lain. Karena itu Tuhan menjamin rezeki saya untuk memakmurkan bumi dengan cinta. itulah keadilan Tuhan yang saya imani tanpa pernah saya ragukan sedikitpun.Yang harus saya akui itu sebagai fitrah saya sebagai manusia. Mindset ini di tanamkan oleh kedua orang tua saya selama mendidik saya. Itu sebabnya dari 7 orang anaknya hanya dua yang menikah dengan orang satu suku padang, lainya menikah dengan suku jawa, banten. Kedua anak saya , yang putra menikah dengan wanita keturunan India dan Jawa Solo. Ayahnya asal India, dan ibunya asal Solo. Putri saya menikah dengan pria keturunan Arab-Solo. Ayahnya keturunan Arab dan ibunya keturuan dari keluarga Solo. Saya terima dengan suka cita sebagai bagian dari keluarga saya, dan bagian dari keyakinan akan fitrah manusia yang terlahir walau bersuku suku namun tidak membuat perbedaan itu berjarak. Kebersamaan untuk saling mengenal dan mendapatkan hikmah, betapa kebersamaan itu indah.
Kalau sampai kedua putra putri saya memilih pasanganya seiman , itu bukan berarti mereka memilih teman hanya orang yang seiman saja. Bukan. Saya didik mereka untuk berteman dengan siapapun. Utamakan ketulusan bersahabat karena Tuhan. Sebisa mungkin berbagi dan jangan berharap kembali. Kalau baik yang di dapat ya syukuri ,kalau tidak baik ya bersabar. Jangan salahkan agama, kalau manusia jahat. Jangan membeci manusia kalau dia jahat tapi bencilah dengan sifatnya. Apapun yang di alami dari interaksi dengan sesama manusia, itu bukanlah antara kita dengn orang lain tapi antara kita dengan Tuhan, sebagai proses melatih diri menjadi sempurna. Karena sebaik apapun kamu berteman, teman falsu akan selalu ada. Seberapa ikhlas kamu memberi, teman yang tak berterimakasih akan selalu ada. Seberapa kuat kamu menjalin kedekatan, teman yang menjauh akan selalu ada. Jadi tak usah di masukan hati dan kecewa sehingga membuat kamu ragu mencari teman, ragu memberi, ragu berbuat baik. Teruslah lakukan hanya karena Tuhan dengan tetap berprasangka baik kepada siapapun.
Dalam bisnis yang saya gelutin , saya bermitra dengan warga intas benua dan di dalam negeri saya bermitra dengan hampir semua etnis yang ada di Indonesia. Walau kami berbeda suku, agama dan wara kulit. Tidak pernah dalam kemitraan itu kami bersinggung rasa hanya kami berbeda karena agama atau entis atau bangsa. Bahkan dalam dialogh ringan, kalau sudah masuk ke wilayah agama atau wilayah private, kami berusaha satu sama lain untuk mengerti dan memahami. Karena apapun agama kita, orang tidak akan bertanya terlalu jauh selagi akhlak kita baik, dengan menjaga commitment, punya emphati, dan mudah berdamai dalam perbedaan tanpa ada niat untuk membuat orang tersinggung dengan ke imanan kita. Agama itu kalau di analogikan sama dengan sebuah pohon, dimana bersendikan tiga hal yaitu pertama, Tauhid yang merupakan akar dari agama. Kedua, adalah syariat yang merupakan dahan, ranting dan cabangnya. Ketiga, akhlak yang merupakan buah. Pohon hanya bermanfaat apabila berbuah. Walau pohon itu kokoh berakar kuat, berdahan rindang , namun tanpa buah , ia bukan apa apa. Hanya simbol bisu diatas tanah subur. Itu aja.
Anak ku, Mari berusaha memberikan buah agama kepada orang banyak dan orang merasakan kehadiran agama, kehadiran Tuhan di bawah Pohon itu, duduk bersama mensyukuri kehidupan. Tak terdengar debat dan hujat merasa paling benar soal Tauhid dan syariat. Karena di senja yang temaram, mereka saling berbagi. Malam menjemput dengan rasa syukur karena besok mentari pagi akan hadir kembali membawa harapan. Kehidupan memang indah dan kehadiran Tuhan di rasakan di setiap detak jantung dan tarikan nafas..., Anakku kita terlahir karena kasih Tuhan. Kalau kita berbeda kulit, nasif, jenis kelamin ,agama, itu bukan karena kasih Tuhan berbeda. TIdak anakku. Kasih Tuhan itu kepada siapapun nak, selalu sama. KasihNya melimpah tak terbilang. Jangan karena perbedaan membuat kamu membenci dan antipati. Kalaupun ada perbedaan disisi Tuhan setelah manusia mennggal, itu hanya karena akhlak. Sebaik baiknya manusia di sisi Tuhan karena Akhlaknya baik. Alhamdulilah kedua putra putri saya ketika menentukan pilihan pasangan hidupnya ya akhlak sebagai pertimbangan utama, bukan suku, titel, harta, kancantikan atau kegagahan. .