Dia bukan orang kaya. Dia hanyalah seorang dosen teknik di sebuah universitas. Hidupnya sederhana karena penghasilannya pun sederhana. Beda dengan Erdogan yang sebelum terpilih jadi gubernur dia seorang pengusaha. Dengan kesederhanaannya itu dia selalu hadir di setiap sholat subuh di masjid. Kegiatan rutinnya bukan berdakwah dari masjid ke masjid tapi menjadi Makmum sama seperti rakyat kebanyakan.Karena semua orang tahu dia seorang pahlawan revolusi menjatuhkan raja yang tiran , maka diapun menjadi tempat berkeluh kesah rakyat atas keadaan pemerintahan setelah revolusi . Rakyat mengeluhkan kurangnya rasa keadilan dan semakin jauhnya kemamkmuran karena sistem politik yang baru berdasarkan demokrasi membuat proses politik semakin lambat dan brengsek. Dia mendengar dengan seksama namun tak pernah sekalipun dia hanyut dalam diskusi menghujat para pemimpin.
Dengan rendah hati, dia mengajak orang ramai untuk bersabar dan memberikan kesempatan pemimpin menyelesaikan janjinya. Semua sedang berproses sampai sistem pemerintahan Iran yang menggunakan jalan demokrasi memilih pemimpin dapat mencapai kesempurnaan. Lambat laun orang pun minta dia berbicara di mimbar seusai sholat. Namun dalam dakwahnya dia lebih menekankan akhlak cinta untuk menjadi perekat kesatuan dan persatuan di antara rakyat Iran. Pemimpin hanya alat kekuasaan yang di create oleh rakyat dan rakyat yang baik akan menghasilkan pemimpin yang baik. Tanpa janji pembawa kotak pandora untuk lahirnya kemakmuran tanpa kerja keras. Tanpa menyitir firman Allah agar berkiblat kepada dia. Tanpa uang yang di bagikan agar dia terpilih. Tanpa poster dan slogan disetiap spanduk di tengah kota. Tanpa merubah gaya hidupnya yang tinggal di rumah sederhana kendaraan tua. Tanpa kata penuh agitasi terhadap lawan politiknya. Dia terus menemui rakyat dari satu masjid ke masjid lainnya tanpa bicara politik apalagi menghujat lawan.
Diapun akhirnya terpilih sebagai Walikota Teheran dalam pemilu langsung dan kemudian dengan suksesnya sebagai walikota, mengantarkannya sebagai Presiden Iran dalam dua periode. Di masanya Iran menghadapi embargo ekonomi dunia barat dan AS namun di tengah embargo itu dia berhasil membangun semangat kemandirian rakyat Iran. Sehingga Iran tetap bisa membangun , bahkan lebih hebat dari sebelum di embargo. Ya, politik dalam sistem demokrasi adalah seni memenangkan hati pemilih. Orang jatuh cinta karena akhlak. Akhlak itu adalah bukan hanya mencintai pemilih tapi juga yang tidak memilihnya. Mencintai bukan hanya kepada teman tapi juga kepada lawan...Orang yang berharap terpilih karena patron agama sebetulnya orang yang tidak punya stok cinta melimpah di dalam dirinya dan dia kehilangan cara untuk merebut hati pemilih kecuali menggunakan firman Allah , dan yang mempercayainya hanyalah orang yang juga miskin cinta namun hidup dalam imajinasi bahwa Firman bisa memakmurkan tanpa perlu kerja keras…
Ada teman non muslim bertanya kepada saya mengapa umat Islam sulit sekali bersatu dalam beragama ? Saya terdiam. Mengapa ? Menurut saya memang tidak seharusnya orang di luar Islam tahu bahwa umat Islam sulit di persatukan. Tapi karena adanya medsos , dan banyak orang Islam yang coba membahas masalah agama kontemporer secara terbuka , debat pun bisa di ketahui secara terbuka. Bahkan debat ini sampai terkesan merasa paling benar dan sempat sempatnya saling menghujat.Dan ketika pemahaman agama masuk dalam wilayah politik maka keadaan semakin memalukan. Sesama umat Islam saling menyalahkan dan mulailah perang dalil. Bahkan apabila lawan politik merasa di sudutkan karena dalil agama, diapun bebas menggunakan dalilnya menyerang balik. Dan orang lain dengan tersenyum seakan berkata," Bagaimana bisa meyakinkan orang lain agama, sesama Anda saja tidak bisa saling meyakinkan. Agama apa yang sedang Anda perjuangan kan kalau hanya karena pandangan saja kalian saling berebut kavling sorga. Pantas aja lawan si A yang bukan ahli agama, kalah. Dan bukan engga mungkin lawan yang beda agama, bakal kalah lagi.”
Memang tidak seharusnya Islam di bahas di depan publik bila hanya sepotong potong saja. Contoh memandang Islam secara Ilmu Hukum dan Fiqih saja, menyebabkan terjebak pada pertentangan pendapat antar mazhab, dan terjadi perpecahan di tubuh ummat, timbul perselisihan dan cekcok. Karena yang dikaji mana yang halal dan haram, mana yang sunnah dan yang bid'ah, yang dilarang dalam Islam. Sehingga dari mulutnya yang keluar adalah kata-kata haram, dan bid'ah saja, ketika harus dihadapkan pada problematika masyarakat. Islam pertama kali di dakwahkan Rasulullah adalah "Laa ilaaha illallah "Tiada tuhan selain Allah. Berarti masalah Aqidah yang diutamakan dan yang pertama sekali ditanamkan pada ummat Islam. Bukan fiqih. Seandainya Fiqih duluan, tentu yang pertama sekali diajarkannya adalah Sholat dan perangkat-perangkatnya seperti bersuci dan berwudhu'. Tetapi Rasul tidak mengajarkan sholat duluan. Karena begitu banyaknya lapangan kehidupan, tidak semuanya dijelaskan secara detail dalam Islam, cukup hal-hal pokok, seperti Sholat, zakat, haji, warisan dan sebagainya. Sedangkan hal-hal yang bersifat teknis keduniaan, rasul menyerahkan pada keahlian masing-masing.
Sebaiknya gunakan medsos hanya berkaitan dengan bagaimana memperkenalkan Islam sebagai rahmatan lilalamin, kekayaaan akhlak Islam yang menetramkan dan mendamaikan , itulah syiar yang menyejukkan. Kalau internal kita damai maka keluar menjadi teladan dan mengharumkan agama itu sendiri. Siapapun pemimpin Islam, dia akan di ikuti bukan karena dia bicara politik tapi karena kehidupan kesehariannya adalah pribadi yang agung, menentramkan siapapun, mendekatkan yang jauh, dan merapatkan yang dekat. Apabila siapapun kita, selagi menggunakan akhlak untuk berhubungan dengan sesama manusia, maka merebut hati siapapun juga tidak perlu ongkos mahal, ia akan datang dengan sendirinya. CInta akan menemukan jalannya sendiri walau di hujat, dan terasing dari kejauhan..
No comments:
Post a Comment