Saturday, July 02, 2016

Cinta yang Kuberi , Volume 2


Tanggal 27 Juni 2016 buku yang saya tulis telah di terbirkan oleh PT.Elex Media Komputindo ( Gramedia&Kompas Group). Buku berisi kumpulan cerpen spiritual yang saya tulis sejak tahun 2006.  Ada 56 cerpen yang di muat dalam buku ini. Ini merupakan kumpulan pengalaman keseharian saya bergaul dan berlajar dari universitas kehidupan. Saya tidak berusaha menggurui anda tapi sekedar mengungkap sisi lain dari ke hidupan yang saya maknai. Mungkin anda akan berkerut kening atau mungkin menangis. Cinta yang Kuberi sebagai judul dari buku yang sedang Anda baca ini merupakan kumpulan cerita pendek tentang nilai nilai cinta yang berhubungan dengan suami istri, anak, dan orangtua, antar sesama sahabat. Mungkin sebagian Anda akan berkerut kening ketika membaca cerita pendek dalam setiap judul karena memang tidak bersandar kepada standar etika. Mengapa? Karenakebenaran pada etika adalah kebenaran akal yang bersandar pada filsafat. Ini kebenaran yang bersifat subjektif yang tentu kebenaran itu tidak selalu benar tergantung dengan tempat, situasi dan kondisi yang ada. Sedangkan tulisan saya bersandar kepada akhlak. Bahwa akhlak itu sumber kebenaran itu berasal dari Allah. Ini bukan buah pikiran akal dan bukan pula tesis filsafat. Ini firman Allah. Ia menembus ruang dan waktu yang tak mungkin didebat. Karena dasarnya adalah akhlak, maka kadang terasa aneh bila perbuatan baik tidak berbuah apresiasi seperti yang kita mau.

Karena itulah akhlak, bahwa berbuat baik, berkorban, memberi, bukan untuk nilai-nilai di hadapan manusia tapi di hadapan Tuhan. Setiap manusia harus menggunakan umurnya yang terbatas ini untuk perjalanan spritualnya menemukan makna dan kelengkapan di hadapan Tuhan. Ketika manusia berbuat atas dasar akhlak maka sebetulnya dia sedang menebarkan cinta kepada siapa pun. Karena cinta dia memberi, walau karena itu dia harus berkorban melepaskan sesuatu yang pada waktu bersamaan dia sangat membutuhkannya. Dia ikhlas karena dia hanya percaya perbuatannya hanyalah bentuk ibadah kepada Tuhannya. Melalui pengalaman sehari-hari berinteraksi dengan berbagai kalangan, membaca fenomena pergaulan keseharian, saya berusaha merekamnya dalam tulisan dan menyampaikan dengan perspektif agama yang saya yakini dalam Cinta yang Kuberi Namun semua itu tak lebih cara saya mengungkapkan apa yang rasa dan potret dari kehidupan. Yang pasti buku ini tidak sempurna sebagaimana saya sendiri masih banyak kekurangan. 

Untuk lebih jelasnya gambaran tentang isi buku dapat di lihat salah satu judul cerpen yang ada : Tertidur di atas sajadah" 

***

”Bang....!!!”,  terdengar suara teriakan di belakang.  Muktar menoleh ke belakang. Nampak seorang wanita berjilbab melambaikan tangan ke arahnya. Dia hentikan sepedanya. Wanita itu berlari mendekatinya.

”Aku ikut denganmu, boleh kan, Bang?” tanya wanita itu.

Wanita itu berusaha menyembunyikan wajahnya di balik hijabnya. Muktar mengangguk sambil tersenyum. Dengan hati-hati wanita itu naik ke atas sepeda tanpa berusaha menyentuh tubuh Muktar. Sepeda melaju. Udara pagi itu sangat cerah. Apalagi ketika mereka melintasi lereng bukit yang di kiri kanannya kebun membentang dalam kehijauan. Benar-benar nikmat Allah yang menciptakan seisi alam.

”Sof”,  Muktar menyebut nama wanita yang dipanggilnya Sof. Nama lengkapnya adalah Sofiah. 
”Tak baik kamu ikut bonceng sepeda dengan aku. Apa kata orang nanti? Tentu ayahmu akan marah. Belum lagi teman-teman sekolah akan mentertawakan kamu”, kata Muktar sambil mengayuh sepedanya.

”Ayahku sedang ke Jakarta. Aku tidak peduli orang mau ngomong apa. Aku lebih senang ke sekolah tanpa mobil. Tanpa sopir yang selalu mengawasiku. Aku ingin seperti kamu, Tar. Boleh kan?”, kata Sofiah.

”Tentu boleh. Tapi mengikuti nasehat dan kemauan orang tua adalah lebih baik untuk seorang wanita”, kata Muktar lagi.

”Ah kamu, sama saja dengan Ayah..”, wanita itu merajuk.

Muktar hanya terdiam. Dia dapat membayangkan wajah Sofiah merengut, tanda tidak setuju dengan nasehatnya. Dia bukan hanya kawatir tentang Sofiah yang akan dimarahi orang tuanya. Tapi juga dia khawatir akan nasib Ayahnya yang bekerja sebagai supir keluarga Sofiah. Tentu, ayahnya akan mendapatkan damprat dari ayah Sofiah, bila mengetahui Sofiah berboncengan sepeda dengannya. Pilihan sulit tapi dia tidak berdaya.

Di pelankannya sepeda dan kemudian berhenti.

”Kenapa berhenti?”, Sofiah terkejut ketika Muktar turun dari sepeda.

”Lebih baik kamu turun di sini. Itu sekolah kita sudah nampak. Mengertilah..”, kata Muktar terkesan menghiba.

”Tidak!  Ayo terus jalan”, Sofiah setengah berteriak kepada Muktar, yang akhirnya tak berdaya untuk menolak keingain wanita itu.

Malamnya..

”Pang...”, tangan keras ayah Muktar mendarat di pipinya. ”Kamu memang anak tidak tahu diri. Tidak tahu diuntung”, suara ayahnya meninggi. Muktar hanya duduk diam di pojok dinding rumahnya. ”Berkali-kali Ayah bilang jangan turuti kemauan Sofiah untuk pergi bersamamu ke sekolah, tapi kamu tetap saja bandel. Sadarkah kamu? Hidup keluarga kita tergantung dengan keluarga Sofiah. Ayah bisa berhenti bekerja kapanpun bila orang tuanya kehilangan kesabaran. Paham..!”.

Setelah itu Ayahnya pergi ke luar rumah. Tinggallah Muktar terduduk di beranda rumah sambil menahan sakit kakinya terkena rotan dan juga pipinya tergurat merah bekas tamparan ayahnya. 

”Anakku.!”, seru ibunya sambil membelai kepalanya. ”Jangan sedih dengan sikap Ayahmu. Kita orang miskin. Sabar ya Nak. Kamu adalah anak kami satu-satunya. Tempat kami berlindung di hari tua kelak. Kamu harus terus sekolah. Pekerjaan sebagai supir itu sangat berarti bagi Ayahmu untuk meneruskan cita-citamu masuk universitas”. 

Muktar hanya tertunduk. Ia menyadari kegelisahan Ayahnya dengan sikap Sofiah yang kadang manja kepadanya. Walau diam-diam, dia menaruh hati kepada Sofiah. Betapa tidak, Sofiah yang cantik, terlahir dari keluarga kaya raya namun tetap rendah hati dan soleha. Tapi hasratnya itu, dipendamnya dalam-dalam. Ia tidak ingin bagaikan pungguk merindukan bulan. Hidup dalam angan-angan adalah dosa. Bersikap realistis adalah kebijakan.

Belum lagi ia menamatkan SLA, ayahnya sudah tidak lagi bekerja di keluarga Sofiah. Muktar menyadari bahwa ini adalah puncak dari sikap Sofiah sendiri yang sulit dilarang untuk berusaha dekat dengannya. Untuk membantu beban orang tuanya, Muchtar ikut membantu ayahnya membuat anyaman dinding bambu untuk dijual. Ini dilakukannya setelah pulang sekolah. Tidak banyak uang yang dapat dihasilkan namun cukup untuk mereka tetap bertahan hidup. 

Sofiah pun sudah jarang bertegur sapa dengannya, karena supir yang sekarang menggantikan ayahnya, terkesan sangat protektif. Apalagi belakangan, Muktar mengetahui Sofiah semakin akrab dengan anak seorang pejabat. Teman sekelasnya. Namanya Danny. Mereka memang nampak pasangan yang serasi. Nampak bahagia. Orang tua Sofiah sangat mendukung hubungan ini. Terbukti, orang tua Sofiah mengizinkan Danny memboncengnya dengan vespa ke sekolah.

Lambat laun seiring dengan semakin dekatnya Sofiah dan Danny, kemanjaan Sofiah kepadanya pun sirna sudah. Kalaupun bertemu di sekolah, Sofiah hanya melempar senyum tanpa sapa. Namun, Muktar tetap tidak bisa membuang panah cinta yang sudah terlanjur menghujam hatinya. Dia mengharapkan Sofiah. Mengharapkan menjadi istrinya. Menjadi ibu dari anak anaknya. Mungkinkah.

”Bertemu karena Allah dan berpisah pun karena Allah. Jangan tenggelamkan hatimu karena cintamu pada manusia. Perkuatlah tali cintamu kepada Allah, maka Allah yang akan menjagamu. Pergilah merantau. Jangan tinggalkan sholat. Jangan berzina, jangan berjudi, jangan minum alkohol. Berjalanlah dengan cara yang benar maka kamu akan sampai pada tujuan yang sebenarnya”, demikian nasihat Ibundanya ketika Muktar akan pergi meninggalkan kampung halamannya untuk mengadu nasib di rantau

***
Lima tahun sejak tamat SLA,  Muktar termenung di koridor stasiun sambil memandangi orang yang lalu lalang sambil berharap ada yang menawar barang dagangannya. Sejak tamat SLA, Muktar pergi merantau untuk melanjutkan sekolah ke perguruan tinggi. Dua tahun setelah berjuang mandiri, barulah ia dapat masuk perguruan tinggi. Itupun bukanlah Universitas terkenal. Ia terima ini sebagai nikmat Allah dengan rasa syukur. Karena ada 99,8 % penduduk negeri ini, tidak mendapatkan kesempatan belajar ke jenjang lebih tinggi, dan ia mendapatkan kesempatan itu.

Dalam kelelahan dan rindu akan kampung halaman serta ayah ibunya, ia larutkan dalam doa di setiap sholat tahajudnya. Walau tubuh kerempeng namun wajahnya berseri. Ketika itu ia merasa pedagang buah yang tak jauh dari tempatnya  berdagang selalu tersenyum kepadanya bila perpapasan. Tak lupa mengucapkan salam.  Bila datang waktu Lohor, ia selalu betemu wanita itu. Orang-orang di sekitar stasiun tahu nama wanita itu adalah Nurmala. Wanita yatim yang harus menangggung biaya ibunya dan adiknya. 

Walau Muktar dan Nurmala saling kenal namun jarang sekali mereka berbicara. Wanita itu tak berusaha untuk mendekat kepada Muktar dan Muktar sengaja menjaga jarak karena ia tak siap untuk menjalin cinta dengan siapapun, mengingat keadaannya yang masih belum punya apa-apa. 

Usai sholat Ashar, perut Muktar terasa sakit. Sebagaimana  biasanya, ia bisa menahan rasa sakit itu, namun kini sakit itu terasa menusuk dan seluruh tubuhnya berkeringat dingin. 

“Kang, ada apa? Kenapa wajah Akang pucat?“, kata Nurmala ketika melihat Muktar ke luar dari masjid. Muktar tak sanggup menjawab pertanyaan Nurmala. Karena pandangannya semakin kabur dan setelah itu dia tidak ingat apa-apa lagi. Ketika sadar, di hadapannya nampak Nurmala berwajah sedih. Ia menggerakan tangannya memegang pinggiran tempat tidur namun Nurmala menahannya. “Kang, jangan bergerak dulu. Akang sekarang di rumah sakit“, kata Nurmala menahan tangan Muktar yang hendak berdiri dari pembaringannya. “Sebentar Akang tunggu ya. Saya panggil suster“.

Suster datang ke ruangan. “Pak, Kami akan melakukan pemeriksaan menyeluruh untuk memastikan penyakit Anda”, kata suster itu.  Keesokannya dokter mengabarkan bahwa Muktar terkena penyakit hepatitis. Ini dibutuhkan perawatan yang intensif. Selama di rumah sakit, Nurmala selalu menjaganya. Sampai saatnya Muktar keluar dari rumah sakit. 

“Sebaiknya Akang tinggal di rumah Nur aja ya“, kata Nurmala. Muktar sadar bahwa ia butuh perawatan jalan dan selama itu ia belum bisa terlalu banyak bergerak, apalagi jika harus berdagang di stasiun. Ingin rasanya Muktar menolak uluran  tangan Nurmala namun pancaran wajah ikhas Nurmala membuat ia sulit menolak.  

Rumah  Nur yang merupakan peninggalan almarhum ayahnya tidak begitu besar, namun tersedia tiga kamar. Muktar menempati satu kamar di bagian belakang.  Sejak itu, hari-hari Muktar diisi dengan istirahat dan sholat. Diapun mengkhusukan dirinya menghapal Al Quran. Selama di rumah, Nurmala sangat telaten menjaga makan Muktar. Pakaian Muktar selalu dicuci bersih. Namun sebegitu baiknya Nurmala, Muktar tidak pernah bersetatap dalam berbicara. Muktar selalu mengalihkan wajahnya bila Nurmala berbicara dengannya. Nurmala pun tidak pernah lepas dari hijab, walau ia berada di rumah. Semua lakunya dijaganya agar tidak terkesan menggoda.

Dalam keseharian Nurmala sangat santun kepadanya. Melayani semua kebutuhannya. Ketika malam datang, dia acap mendengar Nurmala merintih halus dalam doa setelah usai tahajudnya. “Ya Allah kirimkanlah kepadaku pria yang bisa menjadi imamku, untuk membimbingku mencintaiMu dengan berbakti kepadanya. Hindari aku dari perbuatan zina. Hindarkan aku dari fitnah dunia. Berilah kekuatan kepadaku ketika aku lemah. Berilah kebijakanku ketika aku lelah dan kecewa dengan hidup yang kadang tidak ramah terhadap aku yang miskin dan yatim ini“.

Dalam kesunyian malam di dalam kamar, di atas bale-bale, Muktar menatap dinding kamar, tapi pikirannya kepada Sofiah. Ia masih merindukan Sofiah. Walau ia dapat merasakan bahwa Nurmala mencintainya, namun Nurmala terlalu halus memperlakukannya. Mengapa Sofiah yang diharapkannya, yang datang justru wanita lain yang kini ada di dekatnya? Muktar kembali menarik nafas. Dua orang wanita yang hadir dalam hidupnya, telah membuat dirinya  tergadai. Sofiah, cintanya yang tergadai tak bersatu. Dan Nurmala, dirinya tergadai karena kebaikan hati Nurmala. Sofiah wanita modern dan Nurmala wanita sederhana.

Setiap pagi Muktar ke luar kamar duduk di teras sampai Nurmala selesai membersihkan kamar dan kembali ke kamar setelah Nurmala ke luar rumah untuk berdagang di stasiun. Begitulah hari-harinya. Dan Nurmala tak berkurang ikhlasnya menolong Muktar. Begitu pula Ibu dan adiknya mendukung upaya Nurmala merawat Muktar.  Walau keluarga Nurmala bukan berasal dari kalangan berada, dan Nurmala tidak pernah menamatkan SMU namun mereka kaya hati untuk berbuat dan berkorban untuk membantu Muktar.

Setelah keadaan kesehatan Muktar memungkinkanya untuk kembali kuliah dan berdagang di stasiun, Nurmala tetap menawarkan Muktar untuk tetap tinggal di rumahnya. Setidaknya sampai Muktar punya cukup uang untuk membayar kos. Lagi-lagi Muktar tak bisa menolak karena ia memang butuh bantuan ini. Apalagi tiga bulan lagi ia harus membayar uang kuliah.Tentu tidak mungkin ada uang berlebih untuk membayar biaya kos. Berapalah pendapatan sebagai pedagang kaki lima di stasiun. 

Seperti biasa, setiap pagi Nurmala menyiapkan sarapan pagi untuk Muktar dan memasukkan makanan di rantang untuk bekal Muktar makan siang. Ketika pergi ke stasiun, Muktar tidak pernah duduk di angkot berdekatan dengan Nurmala dan tidak pula bicara banyak. Muktar sangat menjaga pandangan mata dan kata-katanya terhadap Nurnala. Ia ingin menjaga kesucian persahabatannya dan tanpa terkesan menggoda Nurmala. Dan lagi cintanya tetap pada Sofiah. Tak berubah.

***

Hampir Muktar tidak percaya ketika ia menatap sosok wanita yang tak pernah hilang dalam pikirannya. Sofiah. Benarkah itu Sofiah? Sofiah setengah berlari mendekatinya.

”Bang Tar?”, teriak Sofiah.

”Ya, ini Aku Sof. Bagamana kabar kamu?”, tanya Muktar penuh kerinduan. 

”Kabarku baik, Bang.  Dua bulan setelah kepulanganku ke tanah air, aku menetap di sini. Aku bekerja di sini, Bang. Abang gimana?”

”Aku masih kuliah. Tahun depan selesai”, kata Muktar. Dilihatnya Sofiah sempat melirik ke arah dagangannya “Inilah usahaku untuk menyambung hidupku dan kuliahku”, sambung Muktar. Kebetulan Nurmala datang mendekat membawa rantang makan siang Muktar. Ia agak ragu untuk memperkenalkan Nurmala. Tapi Nurmala cepat tersenyum ke arah Sofiah.

“Kamu sudah menikah?”, tanya Muktar

”Denny brengsek. Aku benci dia. Kami sudah putus sejak dua tahun lalu”, jawab Sofiah.

”Oh...”

Mereka sempat terdiam sesaat. ”Wanita ini?”, tanya Sofiah kemudian.

”Bukan siapa-siapa”, entah mengapa Muktar menjawab spontan seperti itu. Tidak disadarinya Nurmala ada di belakangnya. Nurmala pasti mendengar apa yang dikatakannya. Pikirnya. Tapi ia abaikan sambil tersenyum kepada Sofiah. Sofiah seperti kembali ketika masa SLA dulu. Nampak manja di hadapan Muktar. Dia merasakan menemukan kembali Sofiah yang sebenarnya.

”Ini kartu namaku. Telpon aku ya..”, kata Sofiah sambil tersenyum manja kepada Muktar. Mereka berdua tidak memperdulikan kehadiran Nurmala yang nampak diam seperti patung. Muktar pun tak ketinggalan pula memberikan nomor Hpnya.

”Sofiah tentu beruntung sekali”, kata Nurmala ketika mereka berada di dalam angkot menuju pulang sore hari.

”Apa maksud kamu ?”, tanya Muktar. 

”Cantik, terdidik dan mempunyai jabatan bergengsi. Ia wanita terhormat“, jawab Nurmala.

“ Iya“, Muktar menjawab pendek, pikirannya masih kepada Sofiah.

Setelah pertemuan di stasiun, Sofiah dan Muktar terus melakukan hubungan intensif. Suatu saat Sofiah memberikan amplop warna pink kepada Muktar. “Terimalah amplop ini. Di dalamnya ada surat. Itu surat dengan prangko lima tahun lalu yang tak pernah sempat aku kirim namun tetap aku simpan. Surat itu untukmu..”, kata Sofiah.

Muktar membaca surat itu. Airmatanya berlinang

“Aku tidak pernah mencintai Danny. Tapi hanya karena inigin membahagiakan Ayah maka aku berusaha untuk mencintainya, tapi tidak pernah berhasil. Ia terlalu kasar kepadaku. Ia tidak pernah menghormatiku maupun orang tuaku karena ia beranggapan usaha ayahku berhasil berkat dukungan ayahnya sebagai pejabat. Akhinrya, hubungan kami berakhir setelah Danny menikah dengan wanita lain”.

Sofiah terdiam sebentar sambil membuka kaca mata minusnya dan mengusap air matanya. 
”Akupun mencintaimu, Sof”, kata Muktar. 
Sofiah nampak tersenyum dan tertunduk. Hati mereka berbunga. Hari itu merupakan hari terindah dalam hdup mereka. Lima tahun mereka terkungkung oleh ruang dan waktu, akhirnya bertemu untuk bersatu menuju mahligai rumah tangga.

”Sejak kelas 1 SLA, aku sudah tertarik denganmu. Kamu pria yang berhati mulia dan santun kepada orang tua. Kamu cerdas di sekolah. Walau orang tuamu miskin namun kamu selalu menjadi bintang sekolah. Apalagi ketika kamu tampil menjadi juara Tilawatil Quran. Sejak itu aku bermimpi mendapatkan kamu sebagai imamku. Doaku kini terkabulkan setelah melewati proses waktu yang panjang. Benarlah, kesabaran selalu membuahkan kemenangan dan kebahagiaan”, kata Sofiah yang membuat Mukhtar merasa tersanjung dan bahagia.

Mukhtar terasa melambung ke atas awan dengan taburan bunga cinta di kepalanya. Tapi, ia sempat miris bila memikirkan Nurmala. Apa yang harus dikatakannya kepada Sofiah tentang hubungannya dengan Nurmala. Lantas bagaiamana pula perasaan Nurmala yang selalu setia dan santun kepadanya dengan segala pengorbanan merawatnya dan menjaga aqidahnya dari perbuatan zina. 

Di sisi lain, Muktar pun menyadari bahwa perjalanan waktu, telah menimbulkan benih-benih cinta di dalam hati Nurmala kepadanya. Walau tak pernah disambutnya. Nurmala selalu hadir dengan senyum tanpa terkesan menggodanya. Disadari oleh Mukhtar, walau wanita ini tidak membuat dia jatuh cinta namun tidak ada alasan baginya untuk menyakiti perasaan Nurmala. 
***

Tujuh bulan setelah pertemuan dengan Sofiah, Mukhtar tetap menjalin cinta dengan Sofiah. Walau Nurmala mengetahui hubungan percintaanya dengan Sofiah tapi tidak pernah sekalipun ia mempermasalahkannya. Nampaknya Nurmala menyadari siapa dirinya. Akhirnya suatu malam ketika usai sholat Isya, Nurmala berkata kepada Muktar, 

”Kang”, seru Nurmala. Muktar masih tetap di atas sajadahnya sambil berzikir. Ia agak terkejut ketika mendengar Nurmala memanggil namanya.

”Ada apa?”

 ”Aku ingin bicara. Apakah Akang berkenan mendengarnya?”, kata Nurmala sambil tetap menundukkan kepalanya. Dia tidak ingin berlama-lama bertatapan langsung dengan Muktar. Ini sesuai dengan tekadnya untuk menjaga hubungan mereka tidak terjebak dalam zina.

”Bicaralah. Aku siap mendengar”, kata Muktar.

”Sebulan lalu, Aku sempat bertemu langsung dengan Sofiah. Kami berbicara dari hati ke hati sebagai wanita. Akang begitu berharga bagi Sofiah. Ia sangat mencintai Akang. Aku pun tidak bisa berdusta dengan perasaanku kepada Akang, bahwa Aku sangat mencintai Akang dan berharap menjadi istri Akang.  Aku ceritakan semua tentang hubungan kita dan juga kesucian Akang yang tak pernah menyentuhku”, urai Nurmala.

Muktar terkejut mendengar kejujuran Nurmala. Namun ia nampak kawatir dengan sikap Sofiah setelah mengetahui cerita Numala. Akankah Sofiah mempercayainya?

”Sofiah mempercayai semua kata-kataku, Kang. Karena ia kenal betul sifat Akang yang sangat sholeh dalam beragama”, kata Nurmala seakan menangkap kekawatiran Mukhtar. 

”Aku tahu Akang akan menikah dalam waktu dekat ini. Jangan ragu Kang. Nikahilah Sofiah. Ia sangat pantas mendapatkan cinta Akang”, kata Nurmala tanpa ekspresi apapun. Namun kemudian nampak ia membalikkan tubuhnya untuk membelakangi Muktar. Nurmala menangis. Muktar hanya diam menyaksikan kegalauan perasaan Nurmala dengan kata-katanya sendiri.


”Akang tidak berhutang sesenpun terhadapku. Apapun yang aku lakukan selama ini semata mata ikhlas karena Allah. Benar aku berharap, tapi aku berharap kepada Allah, bukan kepada manusia. Itu sebabnya aku tidak merasa kecewa bila Akang menikah dengan Sofiah. Jangan ditunda niat baik Akang. Hidup Akang akan lebih teratur bersama Sofiah. Apalagi ia sudah punya rumah dan penghasilannya lebih dari cukup untuk mendukung Akang meraih cita-cita jadi sarjana. Kini, menikahlah dengan Sofiah dan doaku selalu untuk Akang...”, kata Nurmala dengan tenang sambil mengusap airmatanya yang berlinang.

”Besok Sofiah akan antar aku pindah ke tempat kosku”, kata Muktar tanpa berani menatap Nurmala.

” Ya Kang....”, jawab Nurmala lemah.

***
Keesokan paginya di hari Minggu yang cerah, Sofiah datang menjemput Muktar di rumah Nurmala. Dengan ramah Nurmala  menyambut kedatangan Sofiah.  Muktar ke luar dari kamar dengan tas koper pakaiannya. Ia mendapati Sofiah dan Nurmala sedang bicara layaknya sahabat dekat.

 “Itu Kang Mukhtar sudah siap“, kata Nurmala kepada Sofiah. Ditanggapi Sofiah dengan senyum indah kepada Mukhtar. 

“Apa sudah siap, Bang?”, kata Sofiah seraya berdiri dan melangkah mendekati Muktar yang nampak mematung di hadapan Nurmala dan Sofiah.

“Ya, sudah siap“, kata Mukhtar menundukkan wajah di hadapan Nurmala.

“Mari kita pergi ..”, kata Sofiah dan  memagut lengan Muktar.

Nurmala menatap ke tempat lain melihat keceriaan Sofiah bersama Muktar. Kemudian ia mendekat kepada Muktar dan Sofiah 

“Jaga kesehatan ya Kang“, kata Nurmala melirik kepada Sofiah.

“Tenang aja. Aku akan rawat Bang Muktar“, jawab Sofiah.

“Jaga dirimu baik-baik. Aku berdoa semoga kamu mendapatkan pria yang dapat menjadi imammu “, kata Muktar kepada Nurmala.” Terimakasih untuk segala-galanya“, lanjut Muktar menyalami Nurmala.

Nurmala menatap kepergian Muktar dan Sofiah. Ia baru masuk ke rumah setelah Sofiah dan Muktar menghilang di ujung gang rumahnya.  Ketika masuk ke rumah, Nurmala berlari ke pangkuan ibunya. Ibunya dengan lembut membelai kepalanya. “Ikhlas ya Nak. Kalau kamu benar benar mencintai Tuhan maka kamu harus siap melepaskan sesuatu di saat kamu sangat membutuhkannya..”. 

“Ya Bu…”, Nurmala terus memeluk ibunya dan saat itu ia sangat merindukan ayahnya.  

***
Keesokan paginya, di hari Minggu yang cerah, Sofiah datang menjemput Muktar di rumah Nurmala. Dengan ramah, Nurmala  menyambut kedatangan Sofiah.  Muktar ke luar dari kamar dengan tas koper pakaiannya. Ia mendapati Sofiah dan Nurmala sedang berbicara layaknya sahabat dekat.

 “Itu Kang Mukhtar sudah siap“ kata Nurmala kepada Sofiah. Ditanggapi kalimat itu oleh  Sofiah dengan senyum indah kepada Mukhtar. 

“Apa sudah siap, Bang?” tanya  Sofiah seraya berdiri dan melangkah mendekati Muktar yang nampak mematung di hadapan Nurmala dan Sofiah.

“Ya sudah siap“, kata Mukhtar menundukkan wajah di hadapan Nurmala.

“Mari kita pergi ..”, kata Sofiah dan  memagut lengan Muktar.

Nurmala menatap ke tempat lain demi melihat keceriaan Sofiah bersama Muktar. Kemudian ia mendekat kepada Muktar dan Sofiah.

“Jaga kesehatan ya Kang“, kata Nurmala melirik kepada Sofiah.

“Tenang aja. Aku akan merawat Bang Rahmat“, jawab Sofiah.

“Jaga dirimu baik-baik. Aku berdoa semoga kamu mendapatkan pria yang dapat menjadi imammu “, kata Muktar kepada Nurmala.” Terimakasih untuk segala-galanya“, lanjut Muktar menyalami Nurmala.

Nurmala menatap kepergian Muktar dan Sofiah. Ia baru masuk ke dalam rumah setelah Sofiah dan Muktar menghilang di ujung gang rumahnya.  Ketika masuk ke rumah, Nurmala berlari ke pangkuan ibunya. Ibunya dengan lembut membelai kepalanya. “Ikhlas ya Nak. Kalau kamu benar benar mencintai Tuhan, maka kamu harus siap melepaskan sesuatu di saat kamu sangat membutuhkannya..”. 

“Ya Bu…”, Nurmala terus memeluk ibunya dan saat itu ia merasa sangat merindukan ayahnya.  

***
Ketika malam datang, seusai berbicara melalui telepon dengan Sofiah, Muktar berwudhu untuk melaksanakan sholat Isya. Dua orang pria perkasa dengan berotot kawat datang menghampirinya. Pria itu membawanya ke suatu istana yang megah, namun istana itu tidak beratap. Dari atas istana tak beratap itu, seberkas cahaya yang sangat panas menerobos masuk sehingga membuat kulit Muktar hampir terbakar dan memerah.

”Siapa pemilik istana ini?”, tanya Mukhtar kepada dua orang pria perkasa itu.

”Ini adalah milikmu, sebagai ganjaran dari Allah atas segala amal kebaikanmu. Terutama karena kamu selalu menjaga sholatmu dan dapat menghindar dari perbuatan zina.” kata salah seorang dari kedua pria kekar itu.

”Tapi mengapa istana ini tidak beratap? Bagaimana aku dapat tinggal nyaman bila sinar matahari menerobos ke dalam istana dengan panas menyengat?” kata muktar 

”Tadinya, istana ini beratap kokoh. Atapnya hilang karena kesombongan kamu dalam beribadah. Kamu begitu teguh menjaga aqidah tapi kamu melupakan kasih sayang kepada manusia. Kamu abaikan semua keikhlasan wanita yang telah memberikanmu tempat berlindung, melayanimu, memberimu makan dan merawatmu ketika sakit, hanya karena kamu lebih mengedepankan hawa nafsumu kepada wanita lain. 

Ditambah lagi, kamu tidak pernah berterima kasih kepada semua kebaikan wanita itu, bahkan kamu tetap merasa pantas menerima kebaikannya dan membalasnya hanya dengan ucapan doa dan zikir. Ketahuilah bahwa karena kamu tidak berterima kasih kepada manusia, maka kamu termasuk golongan orang yang tidak bersyukur kepada Allah. Kamu sombong dalam beramal. Kamu bangga dengan ibadahmu, sehingga kamu lupa hakikat Islam tentang keikhlasan memberi dan berkorban karenanya. Padahal setiap kamu melihat wanita itu sholat dan tahajud, sebetulnya Allah sedang berdialog denganmu. Tapi kamu menulikan telingamu, membutakan hatimu, sehingga kamu lupa berterima kasih. Orang yang tidak pandai berterima kasih adalah orang yang paling merugi di ahirat kelak, karena amal ibadahnya berterbangan dan menyiksanya dalam sesal tak berujung” ungkap pria perkasa satunya lagi itu. 

”Ooohhhh....”, kerongkongan Muktar terasa panas dan tersekat. Ia berusaha memegang kerongkonganya untuk menghilangkan rasa panas yang dideritanya itu. Ia berusaha berteriak keras. ”Aahhhhh”, akhirnya Muktar terjaga dari tidurnya. Muktar baru menyadari bahwa ia tertidur pulas dalam keadaan bersila di atas sajadahnya. 

***
Pesan edisi khusus ( tanda tangan penulis) dapat hubungi Irfan  atau Telp +62 811 331924. Saat sekarang dapat di peroleh di toko buku Gramedia di kota anda..



Monday, June 27, 2016

Mengendalikan harga?

Dalam rapat persiapan Lebaran tanggal 26 April 2016 lalu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta harga-harga pangan jungkir balik turun, berbeda dengan Lebaran tahun-tahun sebelumnya. Ini adalah pemerintah seorang kepala negara kepada semua jajaran pemerintah baik  di pusat maupun di daerah. Tapi kekuasaan presiden tidak bisa menjangkau pasar. Karena sejak reformasi kita menganut ekonomi pasar. Dulu era Soeharto ada BULOG ( badan usaha logistik ) namun di era reformasi di ganti statusnya dari badan menjadi persero atau badan hukum perusahaan yang wajib laba. Lantas mengapa Jokowi sampai meminta agar harga komoditas turun? karena ketika di masih menjabat walikota solo dan gubernur jakarta di berhasil mengendalikan harga pangan termasuk daging. Gimana caranya. ya karena memang sejak tahun 2008, Pemda berada di garis depan mengendalikan inflasi melalui pengendalian harga di pasar, terutama harga sembako.  Caranya ? pemda di beri wewenang untuk membentuk badan usaha yang bertindak sebagai penyangga dan sekaligus melakukan intervensi bila harga bergerak liar karena permintaan tinggi.

Walau setiap PEMDA dapat berkoordinasi dengan Daerah lain berdasarkan potensi wilayah yang ada untuk mengontrol jalur distribusi barang namun ini tidak mudah. Karena skema bisnis pangan sudah menggurita sedemikian rupa sehingga menjadi sangat rumit. Ini dampak dari liberalisasi pasar. Business pangan adalah business yang akrab dengan politik. Henry Kissinger pada tahu 1970 pernah berkata “control food and you control the people. Dalam system kapitalis pengendalian terhadap pangan adalah segala galanya.  Dibidang pangan, Pengusaha domestik dan international saling terkait untuk menciptakan pasar yang oligopolistis. Di pasar internasional terdapat empat pedagang besar yang disebut ABCD, yaitu Acher Daniels Midland (ADM), Bunge, Cargill, dan Louis Dreyfus. Mereka menguasai sekitar 90% perdagangan serealia atau biji-bijian dunia. Di pasar domestik. Importir kedelai hanya ada tiga, yakni PT Teluk Intan (menggunakan PT Gerbang Cahaya Utama), PT Sungai Budi, dan PT Cargill.  Di industri pakan unggas yang hampir 70% bahan bakunya adalah jagung , empat perusahaan terbesar menguasai sekitar 40% pangsa pasar.

Sementara itu,  empat produsen gula rafinasi terbesar menguasai 65% pangsa pasar gula rafinasi dan 63% pangsa pasar gula putih.  Kartel juga terjadi pada industri gula rafinas yang memperoleh izin impor raw sugar (gula mentah) 3 juta ton setahun yang dikuasai delapan produsen . Untuk distribusi gula di dalam negeri diduga dikuasai enam orang. Mereka adalah Acuk, Sunhan, Harianto, Yayat, Kurnadi, dan Piko. Sebelumnya, pasar gula ini dikuasai ‘sembilan samurai.  Perdagangan daging sapi juga di kuasai kartel. Ada 32 perusahaan feedlot yang terkena sangsi oleh Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) dengan tuduhan melakukan praktik kartel atau persekongkolan usaha. Tiga puluh dua feedloter tersebut dianggap melakukan kartel lewat kesepakatan di dalam Asosiasi Produsen Daging dan Feedlot Indonesia (Apfindo). Apakah ini efektif ? Tidak ! Mengapa ? Karena  segala bentuk program pemberdayaan atau swasembada yang bisa mengurangi kontrol Kartel itu terhadap business komoditas pangan, tentu akan berhadapan dengan jaringan loby kartel yang hampir semua elite politik telah mereka kuasai. Cara Jokowi meminta seorang taipan mengimpor daging agar turun,menurut teman saya itu tak lebih satire politik tingkat tinggi. Dan terbukti janji akan menurunkan harga juga tidak tercapai.

Lantas bagaimana solusi mengendalikan harga ? Harga tidak bisa dikendalikan dengan kebijakan memaksa karena negara tidak dibenarkan lagi sesuai UU menentukan harga pasar. Sistem pengedalian kuota yang dinilai ekeftif mengendalikan supply and demand, justru menciptakan ladang business rente dan tempat subur para mafia bermain main bersama elite politik. Yang dapat di lakukan pemerintah adalah dengan cara menekan ongkos logistik. Contoh biaya logistik untuk produk pertanian masih di atas 40 persen. Akibatnya jangan kaget bila harga panen yang awalnya sangat rendah menjadi begitu tinggi di pasaran karena biaya transportasi dan logistik cukup besar. Bahkan, tak jarang harga sayuran dalam negeri justru lebih mahal ketimbang produk hortikultura impor, seperti wortel , bawang dari China atau Thailand, Malaysia. Itu sebabnya impor daging lebih murah di bandingkan beli sapi dari dalam negeri.  Padahal bahan makanan  menyumbang sekitar 35 persen sumber inflasi.  

Itulah mengapa sekarang Pemerintah focus membangun infrastruktur jalan ,pelabuhan dan lain lain agar dapat menekan ongkos logistik. Apabila logistik sudah efisien maka petani dan produsen punya akses langsung ke pasar tanpa harus terjerat dengan kartel distribusi yang melibatkan channel sampai kedesa desa. Ini perjuangan panjang. Kata kuncinya adalah perbaikan dan perluasan sarana tranfortasi darat, laut dan udara serta system administrasi logistic yang cepat dan murah. Tanpa perbaikan system logistic maka sampai kapanpun yang paling di untungkan adalah para kartel yang juga adalah predator konsumen. Tapi setiap upaya pembangunan insfrastruktur selalu di tanggapi sinis oleh sebagian orang. Padahal membangun masyarakat modern adalah membangun keadilan bagi siapa saja dan itu adalah koneksitas wilayah yang efektif melalui perbaikan sarana dan prasana jalan darat, laut dan udara. Dulu kenaikan harga di sikapi dengan subsidi dan Bantuan Tunai lansung tapi kini dengan kerja keras membangun sarana umum agar by system harga bisa bersaing , yang akhirnya menguntungkan konsumen...

Friday, June 17, 2016

Menilai keimanan Jokowi?


Ada seseorang facebooker dengan begitu saja memberikan penilaian tentang sosok pribadi Jokowi yang di ragukan ke islaman nya, hanya karena Pemerintah akan mencabut Perda yang berpotensi menghambat  investasi dan tidak mendukung persatuan. Saya terhenyak ketika membaca postingan ini yang di kirim oleh sahabat saya. Usia saya sudah diatas 50 tahun. Saya lahir di era Soekarno dan tumbuh dewasa di era Soeharto sampai kini. Tidak pernah terdengar orang menghujat pribadi Presiden sekeras era Jokowi. Apa salah Jokowi terhadap mereka ?  Secara pribadi dia adalah seorang muslim yang telah menyempurnakan rukun islamnya. HIdup nya sederhana. Ayah dari anak anak yang baik. Anak anaknya tumbuh dan berkembang tanpa bayang bayang kekuasaan yang di milikinya. Berlatar belakang sebagai pengusaha tanpa ingin hidup sebagai jongos. Bersikap jelas sebagai presiden, dimana dia harus patuh dengan UUD dan UU. Dia sadar bahwa apapun tindakannya apabila melanggar UUD dan UU adalah pengingkaran terhadap sumpah jabatannya yang harus dia pertanggung jawabkan di hadapan Tuhan dan tentu dia akan di lengserkan oleh DPR karena DPR sendiri tidak 100% mendukungnya. Lantas apakah pantas kebijakan yang dibuatnya berdasarkan UUD dan UU kita sudutkan pribadinya? Apakah hanya dengan Negara bersyariat Islam yang sesuai dalil anda, akan lebih baik ? itu juga tidak ada jaminan. Tapi mempertanyakan keimanannya sebagai muslim adalah sikap rendah dan tidak beradab.

Kembali kepada masalah, apakah  dibenarkan orang menilai keimanan seseorang atas dasar ilmu atau pengetahuan yang dia punya ? Soal ini Allah memberikan analogi tentang batasan kemampuan ilmu manusia lewat kisah hikmah Musa berguru kepada Nabi Al-Khidhir. Berawal ketika kaum Nabi Musa  bertanya,
 “Wahai Musa, siapakah di atas bumi Allah ini paling pandai dan paling berpengetahuan?”
“Aku”, jawab Musa.
“Apakah tidak ada kiranya orang yang lebih pandai dan lebih berpengetahuan daripadamu?” Tanya lagi si penanya itu.
“Tidak ada” , ujar Musa.

Rasa sombong dan keunggulan diri yang tercermin dalam kata-kata Nabi Musa, dicela oleh Allah yang memperingatkan kepadanya bahwa bagaimana luasnya ilmu dan pengetahuan seseorang, niscaya akan terdapat orang lain yang lebih pandai dan lebih alim daripadanya. Selanjutnya untuk menunjukan kekurangan yang ada pada diri Nabi Musa,  Allah memerintahkan kepadanya untuk berguru kepada Nabi Al-Khidhir. Lantas apa yang dapat di pelajari oleh Nabi Musa dari Khidhir ? Syarat nya Musa harus sabar dalam belajar.Musa berjanji akan sabar.  Al-Khidhir membolongi perahu yang sedang ditumpanginya sehingga kapal itu gagal sampai di tujuan. Musa heran karena pemilik perahu itu telah berbuat baik memberikan tumpangan tapi kapalnya di bolongi?. Al-Khidhir  membunuh anak yang sedang bermain tanpa alasan yang bisa diterima oleh Musa. Al-Khidhir  meminta Musa membantunya memperbaiki suatu rumah di kampung yang di lewatinya. Padahal penduduk kampung itu tidak sopan dan pelit. Di setiap kejadian di luar akal nya itu, Musa protes keras. Namun dia kembali di ingatkan untuk berlaku sabar. Musa sadar bahwa dia harus menepati janjinya.

Setelah di beri tahu oleh Al-Khidhir hikmah dibalik perbuatannya membolongi perahu, membunuh anak dan memperbaiki rumah, akhirnya Musa sadar bahwa betapa dia bukanlah siapa siapa. Ilmu Allah itu terlalu luas. Banyak hal yang kita pelajari tidak akan mampu menjawab pasti apa yang akan terjadi sedetik kemudian. Sehebat apapun pengetahuan kita tidak akan bisa menjawab pasti kebenaran atas suatu peristiwa. Bahkan seburuk apapun perbuatan orang pasti ada alasan dan dibalik alasan itu ada niat. Yang tahu niat orang sesungguhnya adalah Allah. Dan perbuatan itu di ukur bukan apa yang di lakukan tapi niatnya, Innamal A'malu Binniyat. Karenanya apapun sikap dan  opini terhadap suatu hal  seharusnya di akhiri dengan wallahu A'lam bishawab sebagai pengakuan kefakiran pengetahuan kita sebagai Hamba ALLAH. Rendah hati adalah ciri khas orang berilmu yang beriman. Pada saat ini, sering terdengar berbagai macam kritik dan penilaian terhadap pribadi Jokowi yang dilontarkan oleh banyak kalangan dari kaum muslimin, namun tidak menggunakan manhaj atau adab yang benar dan baik, sehingga tidak memberikan perbaikan, namun justru menimbulkan bermacam-macam dampak negative. Padahal kedudukan seorang muslim di sisi Allah Ta’ala, tinggi dan terhormat. Maka, tidak pantas manusia merendahkan dan mencela seorang muslim, apalagi bila hal tersebut tidaklah benar, tidak berdasarkan ilmu dan keadilan.

Memang Allah memberikan indicator keimanan seseorang atas dasar prilakunya tetapi masalah apakah ‘keakuratan’ dari hasil pengukuran kita mengenai benar tidaknya kadar keimanan yang dimiliki seseorang adalah urusan Allah.  Allah lah yang lebih mengetahui kadar keimanan seseorang dan mengetahui segala hal.  Dan ingat “ Apabila seseorang menyeru kepada saudaranya: Wahai kafir, maka sungguh akan kembali sebutan kekafiran tersebut kepada salah seorang dari keduanya. Bila orang yang disebut kafir itu memang kafir adanya maka sebutan itu pantas untuknya, bila tidak maka sebutan kafir itu kembali kepada yang mengucapkan.” (Shahih, HR. Al-Bukhari no. 6104 dan Muslim no.60). Bagaimana anda yakin bahwa seorang itu kafir? Padahal pengetahuan anda tidak akan mampu menilai orang kecuali Allah. Sikap anda tak lain menunjukan sombong berlebihan dan intelektual yang terbelakang.. Jokowi tetap sabar walau di fitnah dan dia akan baik baik saja. Sementara hidup anda akan semakin sempit karena orang yang di fitnah akan Allah angkat derajatnya dan derajat anda semakin rendah, lebih hina dari hewan..

Santai saja..


Di china seiring tumbuhnya ekonomi dan meningkatknya jumlah kelompok menengah , penyakit kanker juga meningkat. Padahal sebelumnya tidak begitu. Apa penyebabnya ? Apakah karena makanan dan lingkungan yang buruk ? Tidak. Sebagian besar penyakit yang bersifat wabah sudah tidak ada lagi di China karena semakin besarnya perhatian pemerintah terhadap lingkungan yang sehat. Ternyata penyebabnya adalah lebih karena gaya hidup.  Gaya hidup yang doyan kerja keras dan menjadikan uang sebagai tujuan utama hidup telah membuat tingkat tekanan hidup semakin tinggi. Faktor berkompetesi ala kapitalis telah membuat jiwa mereka rapuh. Setiap hari mereka merasa terancam akan kegagalan dan kebangkrutan.  Terancam kehilangan pekerjaan . Terancam tidak di hormati oleh keluarga karena pendapatan yang menurun.  Karenanya mereka jarang menggunakan waktu senggang bersantai. Walau mereka kadang berada di lingkungan yang memanjakan namun pikiran mereka tidak pernah santai. Selalu berpikir tentang uang dan masa depan harus lebih baik dari sekarang. Kalau sekarang mereka gagal maka tidak ada lagi masa depan. Demikian kesimpulannya.

Benarkah? Hidup bukanlah hal yang harus ditakuti atau di resahkan terhadap yang belum terjadi. Relax saja. Lalui hari ini dengan sungguh sungguh. Setelah itu biarkan dan nikmati hidup  selagi bisa di nikmati. Ajak keluarga bercengkrama. Hubungi teman untuk berbicara tentang hal yang ringan. Baca buku yang membuat pikiran lebih mudah mencerna apa yang tidak di ketahui. Kalau sulit di pahami maka biarkan waktu yang akan memberi tahu. Mengapa ? Sekuat apapun kita kerja, kegagalan dan keberhasilan akan selalu bersanding. Sekuat apapun kita menjaga harta, harta tetap akan lepas entah bagaimana caranya. Sekuat apapun kita menjaga keluarga, bila harus pergi mereka akan pergi juga tanpa kita bisa menahannya. Bahkan sekuat apapun kita menjaga kesehatan, bila datangnya maut , kitapun tidak bisa menahannya. Lantas mengapa harus berpikir keras dengan mengkawatirkan sesuatu yang membuat rumit. Hidup ini tidak rumit. Sangat mudah asalkan kita sadar bahwa hari esok bukan milik kita tapi milik Tuhan. Berkah kehidupan adalah hari ini. Dan hari ini adalah diri kita yang ceria menerima dan kalau bisa berbagi.

Mungkin ada di benak kita tetang apa yang seharusnya terjadi tapi mengapa tidak terjadi. Kita terus mengutuk keadaan. Mengapa bukan PS jadi presiden. Mengapa harus situkang kayu yang tidak segagah PS yang jadi presiden. Mengapa bukan ulama hebat yang jadi presiden atau gubernur. Mengapa harus orang yang menurut kamu beriman ala kadarnya jadi pemimpin. Mengapa orang kafir kaya dan kamu orang beriman di jauhkan dari harta.  Mengapa ketidak adilan menurutmu terus terjadi. Mengapa selalu ada orang jahat dengan mudah berbuat maksiat sementara orang baik terlalu sulit berbuat baik. Mengapa kamu cantik tapi nasip mu bertemu dengan suami yang tak menyenangkan. Mengapa orang yang berwajah biasa saja mendapatkan suami yang baik. Mengapa kamu harus kerja keras untuk makan sementara orang lain tidak begitu keras bekerja namun mendapatkan lebih. Mengapa kamu belum dapat jodoh sementara orang lain begitu gampang dapat jodoh. Mengapa ?  Mengapa ? Petanyaan itu akan panjang bila terus di cari cari. 

Hidup bukanlah mempertanyakan kejadian tapi mendapatkan hikmah dari setiap kerjadian. Itu adalah cara Tuhan berdialogh dengan kamu. Perhatikanlah, sebaik apapun kamu kepada orang lain, orang lain akan mudah berbuat jahat kepadamu. Sejahat apapun kamu kepada orang lain, akan selalu ada orang baik untuk mencintai mu.  Sebaik apapun kamu kepada sahabatmu, akan selalu ada teman palsu. Sebaik apapun kamu kepada keluarga , akan selalu ada moment kamu merasa tidak di hargai keluarga. Sebaik apapun harta yang kamu miliki akan selalu ada orang tidak suka dengan hartamu dan merendahkanmu. Hidup akan selalu begitu. Karenanya tidak harus menilai dan bertanya mengapa ? Lalui sajalah hidup ini dengan irama yang kamu suka. Pilih iramanya dan nikmati. Namun pastikan orang lain senang, atau kalau tidak bisa menyenangkan orang lain maka pastikan orang lain tidak kecewa denganmu. Andaikan orang lain tetap kecewa juga maka terima saja dengan santai. Tidak usah disikapi berlebihan. Karena pada ahirnya orang lain tidak berubah karena sikapmu. Tapi orang lain berubah karena Tuhan. Dan kamu bukan Tuhan.

Anak ku, santai aja. Jangan terlalu stress bila keadaan tidak seperti yang kamu suka. Lalui sajalah hidup ini. Apapun yang ada di hadapanmu maka jadikanlah itu kesempatanmu untuk menjalani berkah kehidupan yang Tuhan beri. Ada lowongan kerja, bekerjalah dengan baik. Tak ada lowongan, ketemu tanah, maka bertanilah dengan baik. Bertemu tambang, jadilah penambang yang baik. Bertemu pasar, berdaganglah. Bertemu buku, bacalah untuk tahu. Bertemu orang asing,  jadikanlah sahabat dengan baik. Bertemu wanita atau pria yang cocok menikahlah. Jangan terlalu keras dengan dirimu sehingga membuatmu stress. Cepatlah lupakan yang menyesakan dan temui hal hal baru setiap hari untuk kamu terus besyukur di setiap kesempatan. Karena nak, kamu meminta bunga, Tuhan sediakan garden. Kamu minta air ,Tuhan beri kamu samudra. Kamu dahaga, Tuhan sediakan mata air yang terus mengalir. Kamu butuh kehangatan , Tuhan beri kamu matahari. Kamu butuh kehidupan ,Tuhan beri kamu udara untuk bernafas. Dan kamu butuh sahabat, Tuhan beri aku untuk mu…santai ya sayang. Udahan stress. Bahagia itu mudah dan telah ada , dan itu ada didalam dirimu yang pandai bersyukur dan ber-terimakasih selalu…

Saturday, June 11, 2016

Hidup berbagi...


Waktu makan malam dengan mitra yang juga sahabat saya, kami saling pandangan ketika melihat salah satu mitra saya tertidur di depan meja makan seusai makan malam. Sahabat saya yang tertidur itu memang termasuk paling tua diantara kami bertiga. Usianya sudah 68 tahun. Salah satu sahabat saya berkata " lihat dia" katany menunjuk teman yang tertidur " 10 tahun lalu dia hanya tertidur kalau ada tempat tidur. Dia selalu sibuk. Andaikan waktu bisa dia beli dia akan beli karena 24 jam sehari tidak cukup untuk memenuhi ambisinya. Kini dia menua. Dua anaknya tinggal di Canada. Istrinya ikut anaknya di Canada. Di masa tuanya di hidup sendiri di Hongkong dan dilayani oleh pembantu. Sangat menyedihkan". Ada rasa iba melihat sahabat saya seperti itu.  Tapi inilah hidup. Dia telah menentukan pilihannya dan dia merasa bahagia melewatinya. Kalaupun kini dia merasa kesepian, dia akan baik baik saja walau mungkin bukan cara hidup yang menentramkan di masa tuannya.

Bagaimana dengan kamu? Tanya saya. Karena saya tahu teman ini usianya 5 tahun diatas saya. Tidak pernah menikah seumur hidupnya. " saya terbiasa hidup sendiri. Tapi bukan berarti saya ingin menyendiri. Itu sudah takdir saya jadi jomblo. Saya tidak sesali itu. Seumur hidup saya berusaha untuk berbagi kepada siapapun. Kini saya punya banyak teman dan empat orang anak angkat saya selalu ada untuk saya. Mereka mencintai saya dan selalu meyakinkan saya agar selalu sehat. Jadi hidup sebagaimana kamu katakan bahwa keluarga itu penting tapi jauh lebih penting adalah semangat berbagi atas dasar cinta. Memang keluarga prioritas tapi setiap pria tidak di lahirkan untuk berbuat hanya untuk keluarganya tapi juga untuk yang lain. Rezeki tidak harus memanjakan keluarga tapi membuat mereka bersyukur agar tahu arti mencintai. Jangan sampai seperti dia ... Katanya sambil menunjuk teman yang tertidur , betapa besarnya pengorbanan dia untuk membahagiakan keluarganya tapi apa yang dia dapat? Andaikan sepanjang usianya tadi di gunakan untuk berbagi mungkin dia tidak harus kesepian.. "

Saya tersenyum. Hidup memang bukan hal yang sulit di maknai asalkan kita sadar akan firman Allah " Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu); dan di sisi Allah-lah pahala yang besar".Cobaan itu tidak ringan. Bagi si miskin mungkin cobaan hanya menahan lapar dan keinginan. Bagi yang jomblo hanya menahan birahi. Tapi bagi yang punya harta dia harus bersabar atas dorongan harta untuk dia tidak di perbudak nafsu dan mengharuskan dia berbagi. Bukan hanya perjuangan menafkahi keluarga tapi lebih dari itu sadar bahwa mereka adalah bagian dari titipan Allah. Ada lagi titipan Allah yang harus dilaksanakan yaitu menebarkan kebaikan dengan harta yang ada. Kesalehan social harus menjadi bagian dari rasa syukur atas rezeki yang Allah beri. Dari tabungan kebaikan itu akan kembali kepada diri kita sendiri. Karena bukan tidak mungkin anak yang diharapkan sebagai tongkat kita di masa tua, tidak bisa berbuat lebih karena alasana tertentu tapi ada orang lain yang bukan siapa siapa tapi pernah merasakan kebaikan kita ,justru dialah yang selalu ada untuk kita dan menjaga kita dari ketuaan dan kelemahan kita. 

Malam telah larut. Kami bertiga jalan kaki menyusuri trotoar jalan.  Langkah kaki kami di hentikan oleh seorang biarawan yang menegur kami dan mendoakan kami. Teman saya yang lebih tua hanya tersenyum sambil berkata “ terlalu mudah dia dapatkan uang”.Tapi teman saya satunya lagi memegang  bahu biarawan sambil menyelipkan uang di dalam lipatan kertas berisi himbauan hidup berbagi. Saya hanya tersenyum meliat peristiwa itu.  Memang tidak mudah merubah sikap orang, apalagi menganggap harta itu bukan berasal dari Tuhan tapi karena kerja keras semata.  Tapi akan selalu ada orang percaya bahwa bukan soal dari mana harta itu datang tapi memberi dan berbagi itu memang indah dan membahagiakan. Apakah itu kurang cukup bukti bahwa Tuhan hadir di dalam diri kita dan meniupkan pesan tentang cinta, selalu. Masalahnya apakah kita merasakan kehadiran Tuhan yang mengharuskan kita menegakan keadian bagi mereka yang papa...

Tuesday, June 07, 2016

Mengelola nafsu


Ada komunitas budha terletak di Lembah Larung Gar dengan ketinggian 4.000 meter, sekitar 15 km dari kota Sêrtar, Prefektur Garze di wilayah Tibet Kham. Desa tersebut berada pada ketinggian 12.500 kaki dari permukaan Laut. Untuk mencapai wilayah ini bukanlah pekerjaan yang mudah, kota besar terdekat adalah Chengdu, yang berjarak 650 kilometer serta memakan waktu 13 sampai 15 jam dengan kendaraan. Namun tidak semua wisatawan bisa masuk ke wilayah ini.  Wilayah ini adalah pusat komunitas budha terbesar di dunia. Kehidupan di wilayah ini sangat sederhana. Tidak ada kehidupan modern.Tidak ada listrik. Tidak ada musik. TIdak ada internet. Tidak ada telp. Tidak ada toilet. Tidak alat pemanas. Tidak ada kendaraan. Jadi kemana pergi di wilayah itu harus jalan kaki yang menyusuri bukit di tinggian 4000 meter. Di tempat inilah berdiri Serthar Buddhist Institute yang di huni 40.000 biarawan dan biarawati. Sebagian besar di huni oleh biarawati. Melihat cara mereka melaksanakan ibadah dan melaksanakan kehidupan agamanya sangat berat. Selama disana tidak ada mitos para saolin di ajarkan berkelahi tapi justru diajarkan untuk menahan emosi dan menguasi alam dengan kekuatan jiwa penuh kasih. Penemuan diri dan kelengkapan diri adalah membunuh nafsu dunia dan kemewahan dunia. Mereka yakin kesederhaan itulah yang akan membawa mereka ke nirwana.

Saya bersyukur karena Islam tidak mengajarkan seperti agama Budha dimana orang harus menyiksa dirinya menjauh dari kemewahan hidup. Kewajiban puasa yang lebih lama ( lebih dari 2 bulan dalam setahun ) dengan syarat yang sangat ketat seperti di larang membunuh apapun yang bernyawa, dan harus tinggal di kuil. Kalau islam zakat 2,5 % tapi mereka 10% dari penghasilan.  Islam adalah agama yang mudah dan sesuai dengan fitrah manusia. Allah menghendaki kemudahan kepada umat manusia dan tidak menghendaki kesusahan kepada mereka. Sebagaimana firman Allah  “Kami tidak menurunkan Al-Qur-an ini kepadamu (Muhammad) agar engkau menjadi susah; melainkan sebagai peringatan bagi orang yang takut (kepada Allah), diturunkan dari (Allah) yang menciptakan bumi dan langit yang tinggi.” [Thaahaa: 2-4]. Bagaimana dengan Tauhid ? sulitkah ?  Mentauhidkan Allah dan beribadah hanya kepada-Nya adalah mudah. Shalat hanya diwajibkan 5 waktu dalam 24 jam. Orang yang khusyu’ dalam shalat, paling lama 10 menit, dalam hitungan hari ia melaksanakan shalatnya dalam sehari hanya 50 menit dalam waktu 24 x 60 menit. Jika tidak mampu berdiri karena sakit boleh sambil duduk atau berbaring. Jika tidak ada air (untuk bersuci), maka dibolehkan tayammum. terkena najis, hanya dicuci bagian yang terkena najis. Musafir disunnahkan mengqashar (meringkas) shalat dan boleh menjama’ (menggabung) dua shalat apabila dibutuhkan, seperti shalat Zhuhur dengan ‘Ashar, dan Maghrib dengan ‘Isya’.Sholat bisa dimana saja . Seluruh permukaan bumi ini dijadikan untuk tempat shalat dan boleh dipakai untuk bersuci (tayammum).

Puasa hanya wajib selama satu bulan, yaitu pada bulan Ramadlan setahun sekali. Orang sakit dan musafir boleh tidak berpuasa asal ia mengganti puasa pada hari yang lain, demikian juga orang yang nifas dan haidh. Orang yang sudah tua renta, perempuan hamil dan menyusui apabila tidak mampu boleh tidak berpuasa, dengan menggantinya dalam bentuk fidyah.  Zakat hanya wajib dikeluarkan sekali setahun, bila sudah sampai nishab dan haul. Haji hanya wajib sekali seumur hidup. Barangsiapa yang ingin menambah, maka itu hanyalah sunnah.  Qishash (balas bunuh) hanya untuk orang yang membunuh orang lain dengan sengaja. Syari’at Islam adalah mudah. Kemudahan syari’at Islam berlaku dalam semua hal, baik dalam ushul (pokok) maupun furu’ (cabang), baik tentang ‘aqidah, ibadah, akhlak, mu’amalah, jual beli, pinjam meminjam, pernikahan, hukuman dan lainnya.Semua perintah dalam Islam mengandung banyak manfaat. Sebaliknya, semua larangan dalam Islam mengandung banyak kemudharatan di dalamnya. Maka, kewajiban atas kita untuk sungguh-sungguh memegang teguh syari’at Islam dan mengamalkannya. Rasulullah bersabda: “Permudahlah dan jangan mempersulit, berikanlah kabar gembira dan jangan membuat orang lari.”  Nikmat apalagi yang kita dustakan.

Tapi yang mudah dan ringan bagi umat islam, masih terasa berat di lakukan..Entah bagaimana kalau kewajiban kita seperti umat budha. Dunia memang menggoda manusia, yang bisa membuat manusia lupa jalan pulang dan Allah mengajarkan Rasul cara berdoa menghadapi dunia : "Ya Rabb kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami bersalah. Ya Rabb kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Rabb kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri ma'aflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir." Apakah ada yang lebih kafir di bandingkan nafsu itu sendiri.Ia ada dalam diri kita dan karena itulah kewajiban puasa agar kita bisa mengendalikan nafsu untuk menemukan kesejatian kita bahwa dunia hanyalah senda gurau belaka dan jalan menuju akhirat adalah yang benar.  Ya bila kita mengejar dunia maka kita akan kehilangan akhirat namun bila kita mengejar akhirat maka dunia akan kita miliki,dan cara benar mengejar akhirat tidaklah sulit tapi mudah. Namun yang mudah itu kadang terasa sulit karena hati kita di kuasai nafsu dunia. Mengelola nafsu adalah keniscayaan bagi umat islam,kapan saja dan dimana saja, sepanjang usia.


Thursday, June 02, 2016

Beragama...


Sedari kecil saya sudah Islam karena lahir dari keluarga yang beragama Islam.Beriman satu hal tapi mendapatkan hidayah itu lain hal. Namun yang tak pernah saya berhenti bersyukur kepada Allah adalah keimanan itu datang bersamaan dengan hidayah datang melalui orang yang saya cintai. Memang  proses mencapai itu panjang.  Didikan agama tidak hanya saya dapat dari kedua orang tua tapi juga dari Nenek dan paman saya. Kebetulan baik ibu saya, Nenek maupun paman saya adalah aktifits keagamaan. Jadi saya di besarkan oleh keluarga yang memang aktifis keagamaan..Tentu cara mereka mendidik saya tidak hanya sebatas bagaimana agama diyakini tapi bagaimana di apply dalam bentuk spiritual sosial. Dari ibu saya di tekankan " jangan pernah meninggalkan sholat. Karena sholat itu sebagai penghubung antara kamu dengan Allah. Dengan sholat, Tuhan ada di hatimu dan Tuhan akan menjagamu siang dan malam. Yakinlah kamu akan selalu baik baik saja selagi Tuhan hadir di hatimu." Dari ayah saya , saya di tekankan agar menjadi seorang laki laki. " Menjadi pria itu tidak mudah. Kamu harus kuat lahir batin. Karena tanggung jawab kamu bukan hanya kepada keluargamu tapi juga kepada yang lain. Jangan pernah kalah dengan keadaan. Jadilah petarung. Hiduplah berakal agar kamu mati beriman."

Dari nenek saya belajar ilmu Al Quran. Dari SD saya belajar memahami Al Quran. Dan yang tak pernah saya lupa bagaimana nenek saya menceritakan kisah di setiap Ayat Al Quran dan selalu ada hikmah di setiap cerita itu agar saya memahami betapa Agama itu penuh dengan cinta dan kasih sayang. Nasehat nenek saya " Janganlah kamu sungkan atau malas melaksanakan ibadah, sebab Allah tak pernah membuatnya sulit ketika Dia mewajibkanNya. Allah tidak mewajibkan suatu perintah kecuali Allah telah penyiapkan pertolongan dan bantuan untuk menunaikannya. Sementara martabat mu lebih agung disisiNya karena kamu adalah tempat untuk mewujud apa yang Dia wajibkan kepada mu. Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan kecuali bisikan bisikan dari orang yang menyuruh mu untuk memberi sedekah, atau berbuat ma’ruf, atau mendamaikan sesama manusia. Allah memerintahkan mu untuk bersedekah karena dia mewakilkan hal itu kepada mu. Maka, janganlah kamu tolak orang yang butuh pertolongan walaupun dengan kalimat yang santun dan wajah ramah, sementara kamu tidak merasa bersalah karenanya. kamu tahu, membantu orang lain sama saja memberikan bekal hingga akhirat"

Dari Paman saya belajar secara detail pengetahuan agama. Sejak SLTP tugas pendidikan saya ada pada Paman.  Dalam setiap pengajian paman saya mengajak saya untuk belajar ilmu fikih dan hadith. Paman saya juga jadi mentor saya dalam segala hal. Apapun yang saya tanya, paman saya dapat menjawab dengan terang. " Agama itu harus di yakini karena akal kamu berfungsi. Semakin kaya pengetahuan kamu semakin efektif akal kamu dan tentu semakin dalam keimanan kamu. Jadi gunakan sepanjang usia kamu untuk terus belajar apa saja. Jangan tutup dirimu dengan satu pengetahuan saja. Mengapa ? karena ilmu  Allah sangat luas. Kemanapun wajah kamu hadapkan ayat ayat Alalh terbentang untuk kamu mendapatkan hikmah.Jika kamu melihat orang berilmu yang tidak mengamalkan ilmunya, amalkanlah ilmunya oleh mu hingga hak si ilmu tertunaikan. Waspadalah jangan sampai kamu menzalimi sesama. Sebab kezaliman adalah kegelapan pada hari kiamat. Menzalimi sesama artinya kamu mengabaikan hak hak mereka yang Allah telah mewajibkan untuk kamu tunaikan. Sama sekali jangan pernah menghina si miskin dan yang berbeda agama denganmu. Sebab, tidak ada yang berhak menghina ciptaan Allah."

Ketika tamat SMU dan berakhir masa remaja saya, pemahaman Tauhid tidak membuat saya berjarak kepada yang berbeda , tidak pernah merasa angkuh. Didikan agama membuat saya tetap kering ditengah hujan deras, tetap tawar di laut yang asin. Keimanan itu bukan untuk di sombongkan, karena sehebat apapun kita beribadah tidak menjamin kita selamat. Hidaya itu hak Allah dan Allah berhak membolak balikan hati kita. Keimanan itu harus  di syukuri dengan sikap rendah hati agar yang jauh mendekat, yang dekat merapat. Setiap kita adalah pendakwah. Dakwah yang baik itu haruslah dengan hikmah, yang menentramkan siapapun dan membuat orang lain jatuh cinta. Karena itu sampai sekarang bila saya gundah, maka yang saya buka adalah Al Quran. Hati saya melembut dan yakin bahwa sholat dan kesabaran itu adalah senjata orang mukmin untuk unggul dalam  putaran waktu.

Pemerintah Suriah jatuh.

  Sebelum tahun 2010, kurs pound Syuriah (SYP) 50/1 USD. Produksi minyak 400.000 barel/hari. Sejak tahun 2011 Suriah dilanda konflik dalam n...