Semua tahu bahwa standard
international untuk bandara berkelas dunia adalah tersedianya fasilitas klinik.
Tahukah anda, kemarin ketika di sidak oleh KemenHub, di Bandara Soekarno Hatta
klinik berubah fungsi menjadi gudang ( banyak tumpukan karton). Bertahun tahun
itu dibiarkan dan bandara kita seperti pasar malam namun hari itu juga dibenahi
untuk dapat dipastikan seluruh fasilitas bandara berfungsi dengan baik. Semua
tahu bahwa bahwa standard untuk PJTKI adalah tersedianya Tempat Penampungan
yang manusiawi. Tahukah anda, kemarin Menteri Tenaga kerja sidak ketempat
penampungan TKI tapi ditolak. Karena PJTKII itu ilegal. Ternyata penyebab
brengseknya penyaluran tenga kerja
Indonesia karena banyak PJTKI ilegal. Ini telah berlansung tahunan tapi
dibiarkan. Hari itu juga program audit PJTKI dilakukan secara nasional untuk
memastikan tidak ada lagi PJKTI ilegal. Semua tahu bahwa para prajurit yang
bertugas atas nama negara dimedan perang adalah pahlawan. Kemarin waktu Menteri
Sosial bertemu dengan ex pejuang Timor TImur, ternyata banyak diantara mereka
yang cacat tanpa ada kepedulian negara secara optimal, termasuk menyediakan
kaki palsu dll. Hari itu juga dipastikan seluruh pejuang mendapat santunan dari
negara. Semua tahu bahwa Listrik itu fital bagi rakyat. Tapi tahukah anda bahwa
krisis listrik di Sumatera Selatan dan Lampung karena tidak adanya izini dari
Mentri ESDM untuk mensupplai gas. Ini telah berlangsung 6 tahun, dan oleh
menteri ESDM yang sekarang itu hanya selesai 1 malam.
Begitu banyak yang tahu tentang
bagaimana seharusnya bandara berstandar international, bagaimana pengelolaan
pengiriman tenaga kerja keluar negeri, bagaimana bertanggung jawab kepada
pahlawan, bagaimana menyediakan sarana umum listrik, bagaimana memimpin negara.
Begitu banyak yang tahu, begitu banyak yang mengerti tapi begitu banyak tidak
berbuat. Itulah yang dipahami oleh Jokowi dan itulah yang diingatkan kepada
para Mentri ketika usai dilantik bahwa mereka harus mengusai masalah dan tahu
lapangan. Menguasai masalah tanpa tahu
lapangan akan terjebak dengan mesin birokrasi yang selalu terlambat meng up
date masalah dan terkesan dengan keyakinan waktu akan menyelesaikannya ( Time
will heal ). Usai dilantik, semua menteri langsung berkeja. Mereka datang,
mereka liat, mereka selesaikan. Mereka harus terus bekerja keras karena masih
terlalu banyak PR dari rezim sebelumnya yang elitenya sangat yakin tanpa kerja,
tanpa sibuk pembangunan dapat sukses. Sebetulnya pemerintah itu bermakna dua
yaitu bisa dia bermakna pengatur ( administratur) dan bisa juga bermakna
pengurus. Di Indonesia , kesan pengatur lebih dominan karena itu birokrat sibuk
rapat, sibuk buat perencanaan, sibuk studi banding, sibuk ikut seminar, agar
bisa melahirkan produk yang bernama aturan. Setelah itu, mereka akan sibuk lagi
buat aturan dan aturan. Sehingga mereka lupa bahwa aturan itu tidak akan
efektif bila tidak diiringi dengan sikap pengurus.
Birokrat adalah bagian dari
kepemimpinan Nasional. Pemimpin yang baik adalah mereka yang melaksanakan fungsi management. Yaitu pertama Planning, 25% waktunya membuat
perencanaan dan berpikir, yang kedua organizing , 25% waktunya untuk mengorganisir rencana itu agar
dapat terlaksana dengan baik, yang ketiga actuating , 25% waktunya untuk mengambil keputusan selama peksanaan, yang keempat controlling , 25%
waktunya mengendalikan atau mengawasi untuk memastikan semua rencana atau
niat dapat mencapai tujuan dan setiap masalah dapat segera diatasi dengan cepat.
Pemimpin yang baik harus menjaga ritme kerja seperti itu. Karena kepemimpinan
adalah juga proses dan pendelegasian wewenang maka keteladanan pemimpin paling
atas atau presiden sangat menentukan ritme kerja dibawahnya. Apa yang dilakukan
menteri, itulah yang diteladankan oleh Presiden. Kalau dulu semua serba
telambat sehingga masalah menumpuk, ya itu yang diteladankan SBY kepada menteri
dan tentu menteri akan meneladankannya kepada bawahannya lagi sampai ke level
terendah. Akibatnya walau APBN naik berlipat namun infrastruktur masih buruk
dan hutang terus bertambah , deindustrialisasi dan akhirnya terjadi defisit
account yang merupakan gabungan dari semua defisit. Sangat dahsyat sekali akibat dari ritme kerja
yang berprinsip TIME WILL HEAL. Ini
sudah menjadi penyakit mental. Jokowi bertekad merubah mental TIME WILL HEAL
menjadi TIME IS MONEY. Waktu sangat berharga dan lebih lagi bila diisi dengan
kerja maka karena proses kerja keras itulah Time Will Heal.
Orang barat berkata "TIME IS
MONEY ".Ini bukan berarti hidup mengejar uang atau hidup bermakna uang
tapi betapa waktu begitu berharganya. Makanya orang yang suka menunda pekerjaan
dengan keyakinan bahwa TIME WILL HEAL, sebetulnya orang yang sangat sombong
dihadapan Allah. Mengapa ? karena begitu yakin Allah akan menolongnya dimasa
depan sementara berkah usia yang diberi Allah hari ini tidak digunakannya untuk
berbuat. Padahal perbuatan masa lalu berhubungan dengan masa kini dan perbuatan
masa kini menentukan masa depan. Tanpa berbuat tidak ada hope. Karenanya Rasul mengingatkan “Manfaatkan lima
perkara sebelum lima perkara : [1] Waktu mudamu sebelum datang waktu tuamu, [2]
Waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu, [3] Masa kayamu sebelum datang masa
kefakiranmu, [4] Masa luangmu sebelum datang masa sibukmu, [5] Hidupmu sebelum
datang kematianmu.” (HR. Al Hakim dalam Al Mustadroknya, dikatakan oleh Adz
Dzahabiy dalam At Talkhish berdasarkan syarat Bukhari-Muslim. Hadits shahih).
Kita tidak bisa memastikan apa yang terjadi dimasa depan kecuali kematian. So
berbuatlah sekarang dan berharaplah....