Wednesday, October 29, 2014

Ibu Susi

Suatu ketika para sahabat duduk bersama Nabi di depan sebuah masjid. Sedang asyik bercengkrama sambil bercakap-cakap, Nabi tiba-tiba berkata,”Yang akan lewat ini nanti adalah calon penghuni surga!” Para sahabat penasaran siapa gerangan calon penghuni surga itu? Tak lama kemudian seorang lelaki yang berpakaian sederhana lewat di depan Nabi dan para sahabat sambil menenteng terompahnya. Lelaki ini tidak tampak istimewa, penampilannya sama dengan jama’ah masjid biasa. Keesokan harinya Nabi dan para sahabat sedang duduk di depan masjid sambil bercakap-cakap seperti biasa. Tiba-tiba Nabi kembali berkata,”Yang lewat ini nanti adalah calon penghuni surga!” Para sahabat pun kembali dibuat penasaran sambil melongok ke kanan ke kiri siapa gerangan orang yang beruntung itu? Ternyata lelaki yang sama lewat di depan Nabi dan para sahabat sambil menjinjing terompahnya. Ali tak tahan dengan rasa penasarannya, ia memutuskan untuk membuntuti lelaki tersebut ikut pulang ke rumahnya. Tiba di rumah si fulan, Ali kemudian berkunjung dan bersilaturahmi. Ia pun bercakap-cakap sejenak dengan lelaki itu, namun tak ada yang istimewa dengan lelaki itu. Hingga menjelang malam, tak satu pun keistimewaan yang dapat dilihat oleh sahabat Ali dalam diri lelaki itu.

Ali memutuskan untuk ikut menginap di rumah si fulan, setelah memperoleh ijin pemilik rumah tentunya. Saat malam tiba, Ali bangun untuk menegakkan sholat malam beberapa malam. Sejenak kemudian ia menengok pemilik rumah si fulan. Ah ia tak bangun dari tidurnya, hanya saja tiap kali ia menggeser tubuhnya di atas dipan selalu ia ucapkan Allah, allah. Demikianlah beberapa hari Ali menginap di rumah si fulan untuk mengetahui apa keistimewaan calon penghuni surga ini. Keesokan harinya Ali berpamitan kepada si lelaki dan pulang ke rumahnya. Saat di masjid ia merenung, apa kelebihan lelaki itu sehingga ia dijanjikan masuk surga, sedangkan sholatnya seperti sholat para sahabat tak lebih. Sholat sunnah juga dalam takaran yang biasa, sholat sunnat qobliyah dan ba’diyah sholat wajib, tak lebih. Hingga akhirnya Ali tak tahan untuk menanyakan masalah ini kepada Nabi. “Wahai Nabi apakah kelebihan orang ini hingga ia dijanjikan masuk surga sedangkan ibadahnya saya lihat biasa-biasa saja?” Nabi pun tersenyum seraya berkata,” Orang ini tidak menyimpan dendam dalam hatinya, tidak pula kebencian kepada orang lain. Hatinya bersih dari noda hawa dan nafsu amarah, iri hati, dendam dan hasad. Hati yang bersih itulah yang menghantarkan ia masuk ke surga!” Subhanallah maha suci Allah yang mengangkat derajat orang-orang yang berhati bersih.

Saudaraku, kisah diatas adalah hikmah bahwa sorga hak Allah. Andaikan kita dimatikan sepuluh kali dan kembali dihidupkan sepuluh kali untuk terus beribadah kepada Allah, tidak akan cukup untuk membayar tiket masuk sorga? Jangankan reward sorga,mengganti nikmat yang telah Allah berikan kepada kehidupan kita saja tidak cukup untuk membayarnya. Lantas bagaimana sampai kita mendapatkan sorga? Sorga bukanlah reward atas ibadah kita tapi atas rahmat Allah kepada kita. Rahmat itu adalah hak yang bisa Allah berikan kepada siapapun yang dikehendakinya. Siapakah orang yang dikehendakinya ? adalah orang yang melewati kehidupan didunia ini dengan pribadi yang penuh rahman rahim. Artinya menjemput rahmat Allah haruslah dengan akhlak rahman rahim  juga. Seorang pelacur diusia senjanya akhirnya mendapatkan ampunan dari Allah dan berhak mendapatkan ticket sorga hanya karena dia menolong seekor anjing yang kehausan ditengah gurun pasir. Karenanya tidak berlebihan bila Rasul sampai bersabda bahwa “Tidaklah mukmin orang yang kenyang sementara tetangganya lapar sampai ke lambungnya.” Pernahkah sabda Rasul ini kita ingat ketika kita bangga dengan keislaman kita yang miskin spiritual sosial karena kadang kita terlalu sibuk memikirkan diri sendiri. Padahal Rasul SAW yang muliapun  sempat ditegur Allah karena bermuka masam dan mengabaikan seorang buta miskin yang hendak bertanya karena Rasul sedang asyik berdakwah kepada para sahabatnya. 

Saya tahu betapa banyaknya suara sumbang terhadap saudara mulimah kita yang dipercaya sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan , hanya karena penampilannya tidak sesuai dengan Al Quran dan hadith. Dia bertato. Dia meroko. Dia minum wine. Dia tidak berhijab. Karena itu kita berhak menghakiminya bahwa dia tidak pantas memimpin dan kita lebih baik dari dia karena kita tidak merokok, tidak bertato, tidak minum wine dan tidak berhijab. Dan terlebih lagi bahwa dia tidak sarjana lulusan universitas hebat. Dia tidak lulus SMA dan hanya tamatan SMP. Yang pasti ibu Susi bukanlah pelacur tua yang akhirnya dimasukan sorga oleh Allah karena menolong seekorAnjing kehausan. IBu Susi jelas lebih baik dari pelacur tua itu. Karena dia menghabiskan usianya untuk berbuat menolong orang lemah dan memberikan lapangan pekerjaan bagi orang lain serta berkorban untuk itu. Tapi mengapa harus dia jadi pemimpin ? mengapa bukan saya atau anda atau kita yang hebat agama dan ilmunya. Mengapa? Begitulah keagungan Allah. Ini bukanlah antara ibu Susi dengan kita.Tapi antara kita dengan Tuhan. Bahwa Ibu Susi Pudjiastuti adalah hikmah luar biasa yang dibentangkan Allah kepada orang beriman dan berakal. Bahwa Allah akan mengangkat derajat seseorang sesuka Allah dan itu karena rahmatNya. Semakin anda hujat dia dengan segala kekurangannya semakin tinggi derajatNya dihadapan Allah , apalagi hujatan itu diringi oleh sifat cemburu dan benci. 

Sebaiknya kita sebagai umat islam yang terlibat dalam gerakan syariah islam atau partai yang mengusung bendera Islam bisa melihat realita dengan kaca mata batin. Bahwa masih ada yang kurang pada diri kita sehingga rahmat Allah tidak pernah sampai pada perjuangan kita. Bersihkanlah hati dari segala sifat buruk. Hanya itu ticket kita bisa berjaya didunia dan mendapatkan sorga di akhirat. Mari kita doakan Ibu Susi agar dia bisa menjadi muslimah secara kaffah dan Allah memberikan rahmat dan hidayah kepadanya untuk melewati tugas mengenban amanah dengan selamat.Semoga.

No comments:

Kualitas elite rendah..

  Dari diskusi dengan teman teman. Saya tahu pejabat dan elite kita   berniat baik untuk bangsa ini. Namun karena keterbatasan wawasan dan l...