Ketika bertemu kembali dengan
dia di LÈ Restaurant & Bar Singapore, saya sempat terpesona. Penampilannya
sangat berbeda dengan dia yang saya kenal lima tahun lalu. Yang lebih membuat dia
berbeda adalah dengan baju gamis dan berbalut hijab. Beda dengan dulu yang
selalu menggunakan pakaian modis ala standard executive kelas menengah. Dengan
baju muslimah itu, nampak senyumannya semakin manis dengan lesung pipit yang indah
dan mata sipitnya yang selalu tenggelam ketika menahan tawa. Dia adalah sahabat saya. Dulu saya pernah satu
team dengan dia dalam satu putaran transaksi di Beijing dan Shanghai. Selama dalam kebersamaan itu saya tahu pasti
bahwa dia orang yang berdisiplin tinggi dengan dedikasi yang tinggi pula
terhadap profesinya. Dia juga seorang petarung yang ulet dengan ketabahan yang luar biasa. Begitu banyak kenangan indah bersamanya. Ketika saya merasa hilang
harapan, dia selalu membangkitkan
semangat. Ketika saya lelah, dia datang menyegarkan saya. Ketika saya dingin,
dia datang menghangatkan saya. Ketika saya berbicara , dia pendengar yang
baik. Apalagi bila saya berbicara tentang hakikat agama saya dalam bersikap.
Dia sangat bisa memahami perbedaan. Sebagai sahabat , dia memang luar biasa. Kini dia telah menjelma
menjadi muslimah? muslimkah dia? Apa yang mendorong dia sehinga memeluk agama Islam?
Saya tahu betul bahwa tidak mudah untuk membuat dia berputar haluan dari yang tidak percaya Tuhan akhirnya menjadi agamais. "Tahukah kamu", katanya " bahwa aku memiliki segala galanya sebagai standard kelas menengah. Aku punya credit card tanpa limit tapi aku tak bisa bebas makan apapun karena takut penyakit. Aku punya rumah dimana mana tapi aku lebih banyak tidur di hotel. Aku punya banyak teman pria tapi sampai kini aku tidak punya suami. Aku member priority banking dilima bank terkemuka didunia tapi aku takut berbagi karena selalu curiga kepada siapapun yang minta tolong. Apa yang kudapat? Dia menggeleng gelengkan kepala tanda menyesali dirinya. Saya hanya diam untuk menjadi pendengar yang baik. Di pandangnya saya sejurus dan kemudian berkata bahwa dia ingat akan nasehat saya dulu. Bahwa At the end of the day, it's not what I learned but what I taught, not what I got but what I gave, not what I did but what I helped another achieve that will make a difference in someone's life....and mine. Tapi untuk bisa sampai pada pemahaman seperti itu tidak mudah. Ternyata benarlah bahwa manusia butuh pengetahuan spiritual untuk memperkaya hatinya sehingga melembut untuk bersikap bijak yang kadang bertolak belakang dengan akal. Dia harus memahami awal agar dia sampai pada ahirnya yang benar. Tapi bagaimana ? dari mana mengawalinya itu ?
Surti lah yang membuka pintu baginya mengawali langkah. Siapa Surti ? dia adalah wanita yang bekerja di apartement nya di Hong Kong. Surti hanyalah PRT tapi sangat kaya hatinya sehingga membuat dia merasa rendah dihadapan PRT nya sendiri. Mengapa sampai dia berpikir seperti itu. Awalnya dia melarang keras Surti untuk melaksanakan ritual sholat dirumahnya. Dia inginkan Surti tidak membuang waktu selama bekerja dengannya. Karena dia membayar Surti tidak murah. Dia ingin mendapatkan yang terbaik. Surti hanya diam tanpa berkata ya atau tidak. Suatu hari dia marah besar ketika mendapati Surti sedang sholat di Kamar Mandi sementara dia sangat membutukan bantuan Surti. Kemarahannya itu membuatnya mendorong Surti dalam keadaan sholat sehingga jatuh dan berdarah keningnya. Surti tidak marah dengan kejadian itu. Bahkan Surti minta maaf karena lambat melaksanakan perintahnya. Tapi yang membuat dia tersentuh dan akhirnya luluh adalah apa yang dikatakan Surti " Ibu boleh kuasai raga saya karena ibu membayar saya tapi ibu tidak akan pernah menguasai jiwa saya. Karena jiwa saya pemiliknya adalah Tuhan. Walau karena prinsip ini jasad saya harus berpisah dengan jiwa saya. Saya akan terima dengan ikhlas. Untuk ibu ketahui bahwa saya bekerja bukan untuk diri saya tapi untuk orang orang yang saya cintai. Walau karena itu saya harus menderita. Tak jadi masalah. Saya mencintai orang tua , adik adik saya juga anak saya di kampung. Saya hanya memegang 5% dari gaji saya. Sisanya saya kirim kekampung. Dari semua inilah membuat saya sangat bahagia. Karena saya dihidupkan Tuhan untuk membahagiankan orang lain.
Dia perhatikan , Surti adalah wanita desa yang tidak berpendidikan tinggi tapi mempunyai hati untuk mencintai dan berkorban untuk itu. Surti bahagia dengan pilihan hidupnya tanpa ada pikiran menyalahkan siapapun. Dia kuat karena dia mensyukuri takdirnya. Dia tak bisa berhenti berpikir tentang kata kata Surti. Setiap hari kata kata Surti selalu terngiang ditelinganya. Dia gelisah. Dia merasa kecil dihadapan seorang pembatu yang justru merasa sangat bahagia dengan hidupnya. Sementara dia tak pernah menemukan kebahagiaan. Suatu malam dia mendengar suara halus dibalik kamar Surti. Terasa ada getaran aneh. Dia merasa tentram dengan lantunan suara itu. Begitu merdunya. Dia tergerak untuk merapatkan telinganya kedinding kamar itu. Oh..merdu sekali bang..anehnya aku sampai menangis..” Katanya. Dia mengetuk pintu kamar. Surti keluar dengan berpakain berbalut putih. Surti tersenyum. Indah sekali senyum itu. Wajahnya bercahaya. Surti mengatakan bahwa dia membaca Kitab Suci. Sejak itulah , dia mulai sering bertanya kepada Surti soal agama yang diyakininya. Dia membaca banya literatur tentang Islam dan akhirnya setahun lalu di memutuskan untuk memeluk agama Islam. Ya...At the end of the day, it's not what I learned but what I taught, not what I got but what I gave, not what I did but what I helped another achieve that will make a difference in someone's life....and mine.
Ketika berpisah dia berkata kepadaku dengan tersenyum " Thanks for being my friend". Aku tidak pernah lupa lagu yang kita nyanyikan bersama di Shanghai lima tahun lalu " You needed me".Katanya sambil melangkah, menjauh dariku. Semoga dia bisa menemukan pria yang bukan hanya sebagai sahabat tapi juga belahan jiwanya untuk menjemput sorga. Ketika dia menemukan jalan pulang, dia menemukan ALlah, tentu Allah akan menjaganya. Allah lah sebaik baiknya rahmat.
Surti lah yang membuka pintu baginya mengawali langkah. Siapa Surti ? dia adalah wanita yang bekerja di apartement nya di Hong Kong. Surti hanyalah PRT tapi sangat kaya hatinya sehingga membuat dia merasa rendah dihadapan PRT nya sendiri. Mengapa sampai dia berpikir seperti itu. Awalnya dia melarang keras Surti untuk melaksanakan ritual sholat dirumahnya. Dia inginkan Surti tidak membuang waktu selama bekerja dengannya. Karena dia membayar Surti tidak murah. Dia ingin mendapatkan yang terbaik. Surti hanya diam tanpa berkata ya atau tidak. Suatu hari dia marah besar ketika mendapati Surti sedang sholat di Kamar Mandi sementara dia sangat membutukan bantuan Surti. Kemarahannya itu membuatnya mendorong Surti dalam keadaan sholat sehingga jatuh dan berdarah keningnya. Surti tidak marah dengan kejadian itu. Bahkan Surti minta maaf karena lambat melaksanakan perintahnya. Tapi yang membuat dia tersentuh dan akhirnya luluh adalah apa yang dikatakan Surti " Ibu boleh kuasai raga saya karena ibu membayar saya tapi ibu tidak akan pernah menguasai jiwa saya. Karena jiwa saya pemiliknya adalah Tuhan. Walau karena prinsip ini jasad saya harus berpisah dengan jiwa saya. Saya akan terima dengan ikhlas. Untuk ibu ketahui bahwa saya bekerja bukan untuk diri saya tapi untuk orang orang yang saya cintai. Walau karena itu saya harus menderita. Tak jadi masalah. Saya mencintai orang tua , adik adik saya juga anak saya di kampung. Saya hanya memegang 5% dari gaji saya. Sisanya saya kirim kekampung. Dari semua inilah membuat saya sangat bahagia. Karena saya dihidupkan Tuhan untuk membahagiankan orang lain.
Dia perhatikan , Surti adalah wanita desa yang tidak berpendidikan tinggi tapi mempunyai hati untuk mencintai dan berkorban untuk itu. Surti bahagia dengan pilihan hidupnya tanpa ada pikiran menyalahkan siapapun. Dia kuat karena dia mensyukuri takdirnya. Dia tak bisa berhenti berpikir tentang kata kata Surti. Setiap hari kata kata Surti selalu terngiang ditelinganya. Dia gelisah. Dia merasa kecil dihadapan seorang pembatu yang justru merasa sangat bahagia dengan hidupnya. Sementara dia tak pernah menemukan kebahagiaan. Suatu malam dia mendengar suara halus dibalik kamar Surti. Terasa ada getaran aneh. Dia merasa tentram dengan lantunan suara itu. Begitu merdunya. Dia tergerak untuk merapatkan telinganya kedinding kamar itu. Oh..merdu sekali bang..anehnya aku sampai menangis..” Katanya. Dia mengetuk pintu kamar. Surti keluar dengan berpakain berbalut putih. Surti tersenyum. Indah sekali senyum itu. Wajahnya bercahaya. Surti mengatakan bahwa dia membaca Kitab Suci. Sejak itulah , dia mulai sering bertanya kepada Surti soal agama yang diyakininya. Dia membaca banya literatur tentang Islam dan akhirnya setahun lalu di memutuskan untuk memeluk agama Islam. Ya...At the end of the day, it's not what I learned but what I taught, not what I got but what I gave, not what I did but what I helped another achieve that will make a difference in someone's life....and mine.
Ketika berpisah dia berkata kepadaku dengan tersenyum " Thanks for being my friend". Aku tidak pernah lupa lagu yang kita nyanyikan bersama di Shanghai lima tahun lalu " You needed me".Katanya sambil melangkah, menjauh dariku. Semoga dia bisa menemukan pria yang bukan hanya sebagai sahabat tapi juga belahan jiwanya untuk menjemput sorga. Ketika dia menemukan jalan pulang, dia menemukan ALlah, tentu Allah akan menjaganya. Allah lah sebaik baiknya rahmat.