Monday, August 19, 2013

Ahok Center

Saya tidak tahu mengapa sampai ada istilah “pemerintah “  pada bahasa  Indonesia untuk menyebut  kelompok Pelaksana konstitusi negara.   Karena menurut saya “pemerintah “itu terkesan seperti raja bertitah kepada rakyatnya. Perintah raja adalah UU itu sendiri. Tidak ada kebenaran selain perintah Raja. Makanya penguasa yang duduk disinggasana adalah pemerintah alias tukang perintah. Sementara para hulu balang dan cerdik pandai dibawahnya disebut dengan pemerintahan atau birokrasi. Tapi , dalam sistem demokrasi tak jauh berbeda dengan sistem khiilafah Islam bahwa dimana Kekuasaan itu ada karena UU ( dalam islam karena  Al Quran dan hadith ). Karena kekuasaan memberi legitimasi kepada penguasa untuk memerintah namun bukan perintah yang tak bisa dibantah atau dianulir. Ada lagi sederet UU yang membatasi penguasa  untuk berkata satu.  Ada Lembaga MK yang bisa membatalkan produk UU yang tidak sesuai dengan UUD. Ada Pengadilan TUN yang bisa membatalkan perintah pemerintah kepada rakyat. Dalam islam  penguasa atau pemerintah diawasi oleh dewan syuro yang bisa menganulir kebijakan pemerintah bila melanggar  Al Quran dan hadith. Tapi entah mengapa “pemerintah” masih lekat dibenak rakyat kecil bahwa pemerintah  tidak boleh disalahkan dan tidak boleh dilawan.

Bagi bangsa Eropa dan AS,  Government adalah lembaga setan yang dipaksakan ada oleh karena konsesus bahwa kekuasaan harus dibagi diantara mereka yang kuat , kaya dan terdidik. Rakyak yang lemah hanyalah endorsement untuk legitimasi berbagi diantara yang kaya, terdidik dan kuat. Namun ketika ekonomi  runtuh , yang kaya berteriak bangkrut, yang terdidik berteriak kehilangan pekerjaan, yang kuat berteriak kehilangan amunisi,mereka mulai paranoid dengan yang namanya “ Government “. Seharusnya tidak perlu ada lagi Government bila mata uang semakin kehilangan nilai, bila tentara terus menghabiskan anggaran untuk membunuh, bila elite politik memperkaya diri lewat korupsi sistematis , bila partai ikut mendukung terciptanya UU untuk meminggirkan hak rakyat berdaulat secara ekonomi. Para birokrat telah kehilangan reputasi untuk bicara atas nama humanitarian.  Betahun tahun mereka telah lalai melaksanakan amanah rakyat demi  kemakmuran buat semua. Ternyata semua hanya ilusi yang sengaja ditiupkan disetiap menjelang Pemilu dan berakhir nothing ketika Pemilu usai. Tapi bagaimanapu pemerintah tetap harus ada untuk sekedar meyakinkan bahwa kita komunitas modern yang tahu mengelola komplik untuk hari esok yang lebih baik.

Namun bagaimanapun Pemerintahan paska kejatuhan lehman brother tidak sama dengan pemerintahan era tumbuhnya dot.com. Era kini pemerintah membuka  diri untuk melibatkan masyarakat untuk terlibat aktif dalam distribusi keadilan dan kemakmuran. DI inggeris dan di AS dibentuk UU berdirinya Badan Usaha yang bertujuan sosial. Penyertaan saham pada perusahaan non profit ini dapat dianggap sebagai pengurangan pajak.  Dengan demikian mendorong kegiatan beramal menebar pancing untuk mendapatkan ikan bagi mereka yang tidak beruntung. Ketentuan mengenai CSR diperluas peruntukannya.Tidak hanya terbatas kepada pihak yang terkait dengan bidang usaha tapi bisa kepada siapapun yang membutuhkan. Dari ketentuan tersebut , secara legitimasi negara memberikan kanal kepada publik untuk mengorganisir dirinya sendiri dan negara hanya bertindak sebagai “pengawas” bukan lagi “pemerintah”.  Eropa dan AS belajar dari kesalahan masalalu dan mereka sadar bahwa rakyat tidak lagi bodoh dan resource semakin terbatas untuk terus membohongi rakyat. Berkompromi demi masa depan agar hari kini chaos tidak terjadi. Itu adalah sikap bijak dan smart.

Fenomena yang terjadi di Eropa dan AS, tidak dilihat dengan mata dan pikiran jernih oleh elite polik di Indonesia. Para elite politik masih meng claim bahwa hanya pemerintah satu satunya lembaga yang boleh dipercaya dan legitimasi mengelola resouce publik.  Ustad Yusuf Mansyur yang dikenal reputasinya sebagai motivator zakat , sadaqah,berhasil menggalang dana umat untuk tujuan sosial namun dalam  konsep sustainable , dilarang oleh pemerintah. Alasannya melanggar hukum. Padahal program BAZIS Depag kalah pamor dibandingkan program Ustad YM , hanya karena publik tahu bahwa Depag tukang KORUP. Tapi bagaimanapun YM tetap kalah dan dikalahkan oleh pemerintah. Apakah ada solusinya untuk YM? Kita tidak lagi mendengar kelanjutannya. Tapi saya yakin apabila YM mengikuti aturan Pemerintah maka programnya tidak akan sehebat sebelum pemerintah ikut campur.  Basuki atau Ahok , wagub DKI menciptakan program yang memungkinkan dana  CSR melalui Pemda dapat tersalurkan langsung kepada rakyat namun pengawasan diserahkan kepada publik , dalam hal ini “Ahok Center”. Hanya karena melibatkan konsituen sebagai pengawas, Ahok kena hujan fitnah dari elite politik. Itu semua karena keterlibatan publik ( Ahok Center )  dalam pengawasan langsung dinilai melecehkan kekuasaan.  Mengapa ? karena  para elite dinegeri ini tidak mau dicurigai rakyat  dan tidak mau kekuasaanya dibagi kepada rakyat, apalagi soal distribusi uang.

Ahok tidak menjadikan Pemerintah sebagai Tuhan yang selalu benar.Tidak menjadikan Aparat suci sehingga tidak perlu dicurigai. Dia berpikir realistis bahwa Rusun Marunda itu sudah ada sebelum dia jadi Wagub dan dalam kondisi terabaikan karena dikelola dengan cara korup.  Ketika dia duduk sebagai Wagub maka Rusun Marunda itu dikembalikan fungsinya untuk menampung rakyat yang tidak mampu beli rumah atau mereka yang terkena program relokasi. Untuk mengembalikan ini , tidak ada lagi anggaran tersedia.Karena sudah habis dimakan oleh Gubernur sebelumnya. Ahok , tidak menyalahkan siapapun. Dia hanya focus menyelesaikan masalah didepan.  Dia meminta perusahaan besar untuk menyalurkan dana CSR ke program unggulan DKI. Saya yakin relawan Ahok juga berperan melobi perusahaan besar itu dan tentu juga karena reputasi Ahok yang dikenal bersih sehingga dana CSR mengalir deras. Jadi wajar kalau para relawan Ahok ikut mengawasi karena tidak ingin nasip RUSUN Marunda sama seperti Gubernur sebelumnya.  Hampir semua perusahaan yang memberikan dana CSR itu adalah perusahaan Publik yang pengawasannya sangat ketat. Jadi tidak mungkin dana CSR disalurkan diluar procedure yang diatur oleh UU.  Artinya relawan Ahok Center tidak pernah menerima dana CSR. Disamping itu penggunaan dana CSR disampaikan secara transfarance , yang berbeda dengan  gubernur sebelumnya dimana rakyat tidak pernah tahu ada dana CSR untuk  PEMDA.

JOKOWI AHOK memaknai demokrasi secara nilai. Bahwa demokrasi adalah kebersamaan untuk mencapai tujuan bersama.  Tanggung jawab kemakmuran tidak hanya ada pada pemerintah tapi juga semua pihak harus  ikut bertanggung jawab. Seharusnya Ahok Center adalah seluruh rakyat DKI. Siapapun itu yang mencintai JOKOWI-AHOK dan cinta kepada kebenaran, kebaikan , keadilan maka harus menjadi bagian dari relawan Gubernur terpilih. Kita percaya kepada Aparat pemerintah tapi itu bukan berarti kita menyatakan mereka tidak boleh dicurigai. Itulah gunanya system  demokrasi bahwa semua berhak ikut mengawasi sebagai bentuk tanggung jawab sebagai warga negara. Selagi paham demokrasi dimaknai berbagi kekuasaan diantara yang kuat, terdidik, kaya maka selama itupula demokrasi tidak akan punya nilai untuk alat mencapai kemakmuran bagi semua. Akan selalu mereka yang kuat, atau kaya, atau terdidik yang akan menjadi penjarah dan membuat kubangan masalah tak berujung. Selagi rakyat ikut berperan tidak hanya datang kebilik suara ketika pemilu tapi juga ikut aktif dalam perubahan dalam azas kebersamaan , maka demokrasi akan punya nilai bahwa yang kuat melindungi yang lemah, yang kaya berbagi kepada yang miskin, yang terdidik mendidik kepada mereka yang bodoh. Dari itu semua perbedaan menjadi kekuatan, bukan biang keretakan karena kecemburuan kelas.

Kini, Indonesia Merdeka?

Kemarin hari minggu janjian makan siang  dengan Linda. Dia nginap di Hotel Park lane Hotel, Causeway Bay Hong Kong.  Dia sudah tiga hari di Hong Kong karena  tugas dari kantornya di  Zurich dan baru hari minggu ini punya kesempatan bertemu saya. Kami bersahabat lama.  Saya mencoba menawarkan makan siang di Restoran Indonesia.  Dia mengangguk tersenyum.  Karena dulu ketika bertemu di Zurich saya sempat punya hutang janji akan membawanya  makan di restoran Indonesia, di Hong Kong. Kami berjalan kaki dari Hotelnya ke restoran.Tidak begitu jauh. Hanya satu blok . Ditengah perjalanan itu , dia nampak bingung ketika melihat  begitu banyak wanita yang duduk di trotoar jalan dibawah jembatan dan dipinggir taman sedang  menikmati  makan siang sambil bersenda gurau. Dia melihat kearah saya seakan ingin meminta penjelasan . Saya katakan bahwa itu adalah para wanita pekerja dari Indonesia. Mereka ada pembantu rumah tangga.  Dalam seminggu , para majikannya memberi mereka libur sehari. Umunya hari minggu mereka  libur.  Memang  aturan Hong Kong dimana PRT mendapatkan hak sama dengan pekerja formal lainnya.Mereka mendapatkan asuransi, dan hak libur serta  Upah Minimum  Tidak sama dengan di Indonesia , PRT bekerja 24 jam dan tidak ada libur, tak ada standard upah minimum.

Linda nampak berkerut kening ketika mendengar penjelasan saya. Bukankah Indonesia dikenal  sebagai negara kaya. Bukankah Indonesia telah merdeka. Bukankah Indonesia adalah negara dengan mayoritas penduduk dan pemimpinnya adalah muslim. Bukankah Indonesia anggota G20. Dia nampak menggeleng gelengkan kepala.Seakan tidak bisa memahami keadaan yang ada didepan matanya.  Dia memang tidak pernah datang ke Indonesia dan tidak mengenal dekat tentang Indonesia. Dia hanya mengenal Indonesia dari media cetak. Mengapa pemerintah Indonesia mengorganisir  wanita bekerja dilevel terendah seperti ini  di luar negeri? China saja yang jelas komunis melarang pengiriman tenaga kerja wanita keluar negeri. Bahkan Vietnam dengan tingkat GNP dibawah Indonesia, melarang para wanitanya bekerja di luar negeri.  Dia yakin bahwa para wanita wanita itu adalah korban dari akibat kemiskinan.  Tak mungkin ada wanita yang mau jauh dari keluarganya dan bersedia diperlakukan sebagai manusia second class kalaulah bukan karena kemiskinan yang akut. Sangat akut. Sehingga mereka tak lagi melihat kehormatan dirinya kecuali berbuat apa saja untuk bisa bertahan hidup. Mereka bersyukur bekerja di negara seperti Hong Kong yang menempatkan HAM diatas segala galanya. Bagaimana dengan mereka yang bekerja di Malaysia dan Arab. Para wanita itu diperlakukan seperti budak, walau mereka seiman dan seAgama dengan majikannya.

Menurut Linda, dia baru kini dapat mengerti bahwa sebetulnya tidak ada kemerdekaan di Indonesia. Dia dapat pahami  itu ketika  dia masih dibangku kuliah di Standford University.  Apa yang dia ketahui bahwa Indonesia adalah salah satu contoh negara yang salah mengurus sumber dayanya sehingga membuat Indonesia terjebak dengan kelangkaan resource. Saya berkerut kening. Apa yang disebut dengan kelangkaan resource? Menurutnya adalah sumber daya yang ada useless karena sebagai berikut 1) tenaga kerja terdidik tidak tersedia secara massive. 2) sebagian besar tenaga terdidik bekerja di perkotaan yang tidak ada kaitannya dengan peningkatan value sumberdaya alam. 3). Tanggung jawab sosial negara yang begitu besar tanpa diiringi kemampuan kemandirian negara memenuhi anggarannya sehingga terjebak dengan hutang. 4). Tidak ada kepastian hukum sehingga memungkinkan celah korupsi terjadi dimana saja. 5). Proses politik yang panjang dan mahal sehingga membuat kebijakan nasional menjadi lambat dan tidak efisien.Hal ini mematikan kreatifitas birokrasi dan visioner. Tentu semua itu berhubungan dengan attitude bangsa. Demikian Linda mencoba membentangkan teori yang dia pahami tentang Indonesia.  Apakah itu benar adanya ? tanyanya. Saya hanya mengangkat bahu.  Apapun teori tentang Indonesia, aka selalu ada pembenarannya bila melihat kenyataan yang ada.

Di Bumi ini hanya 17% lahan yang bisa ditanami pangan, dan 42% nya ada di Indonesia.Seharusnya Indonesia sebagai lumbung pangan dunia. Tapi apa kenyataannya? Indonesia hidup dari import pangan.  Indonesia mempunya SDA Gas nomor dua terbesar didunia tapi sampai hari ini PLN harus import Gas untuk kebutuhan pembangkit karena GAS yang ada dijual ke Jepang, China dan Korea dengan harga obral.  Indonesia adalah negara konsumen kendaraan nomor 5 terbesar didunia tapi dari lima negara itu hanya indonesia yang tidak mampu membuat kendaraan dengan local conten diatas 90%. Sebagian besar lahan kebun sahit dikuasai Asing. Sebagian besar Blok MIGAS dikuasai asing. Setiap jengkal peluang yang berhubungan dengan SDA pastilah ada asing yang mengontrolnya. Indonesia hanya mendapat sedikit dan yang banyak tentu asing. Yang sedikit itulah yang harus menanggung beban sosial rakyat yang setiap tahun terus bertambah. Jadi benar apa kata Joseph Stiglitz bahwa SDA adalah kutukan bagi Indonesia. Karena SDA itulah Indonesia selalu jadi rebutan asing. Akibatnya indonesia tidak pernah bisa merdeka dari kekuatan asing. Karena SDA itulah membuat para pemimpin hilang visi dan hilang kreatifitas untuk mandiri.  Karena SDA itulah yang membuat para elite malas dan doyan korup. Akibatnya selalu terjajah dan miskin.

Usai makan siang, Linda mengucapkan selamat hari kemerdekaan Indonesia. Dia tahu kemarin tanggal 17 agustus. Dia tersenyum sambil berkata meyakinkan saya bahwa Indonesia masih punya harapan untuk lebih baik dimasa depan. Indonesia punya HOPE.  Yang diperlukan indonesia kini adalah pemimpin yang berhati mulia dan mau bekerja keras demi rakyat, demi kemerdekaan yang diperjuangkan dengan darah dan airmata. Ya ,saya berharap, semoga....

Friday, August 09, 2013

Puasa dan Ketaqwaan

Selama bulan ramadhan sebagian besar waktu saya di luar negeri. Ditengah kesibukan bersama orang orang tak seiman, tentu setiap hari saya melihat teman dan relasi business saya makan dan merokok dihadapan saya. Belum lagi kadang saya harus bertemu dengan relasi yang bila wanita pakaiannya ( maklum summer ) sexy yang menggoda mata dan hati.  Dari itu semua saya harus tetap istiqamah menjalankan ibadah puasa. Hampir dipastikan saya jarang makan sahur seperti layaknya bila ada dirumah. Sahur saya hanya makan buah dan minur air putih, kemudian membaca buku sampai datang waktu sholat shubuh.  Disamping itu karena pekerjaan saya mengharuskan saya melakukan perjalanan kenegara dengan zona waktu berbeda, maka kadang saya harus melewati puasa lebih dari jam puasa pada umumnya. Ya, saya harus tetap kering ditengah hujan deras. Saya harus tetap bersih ditengah percikan lumpur. Saya harus tetap mekar ditengah terik matahari. Kalaulah bukan karena ketaqwaan rasanya hampir sulit diterima dengan akal sehat ibadah puasa dapat dilaksanakan dengan sempurna. Mengapa ? puasa adalah ibadah atas dasar keimanan dan ketaqwaan kepada Allah.  Tidak mungkin puasa dapat dilaksanakan bila hanya didasarkan kepada keimanan semata. Puasa adalah ibadah Tauhid.

Saya bukanlah ahli agama. Namun prinsip Tauhid saya kenal dengan baik. Ilmu Tauhid adalah Ilmu utama dari segala ilmu yang ada. Itu sebabnya hukum dalam agama mempelajari Ilmu Tauhid adalah fardhu ’ain bagi setiap umat islam. Sedangkan mempelajari ilmu lainnya adalah fardhu kifayah. Dari sejak Nabi Adam sampai Nabi Muhammad, masalah tauhid selalu yang utama dibahas. Hampir semua isi AL Quran yang diturunkan sebelum hijrah (ayat-ayat Makkiyyah) berisi tauhid dan yang terkait dengan tauhid. Tauhid berhubungan dengan Aqidah dan setiap umat islam harus menempatkan aqidah diatas segala galanya. Setinggi apapun ilmu yang digapai maka haruslah tidak keluar dari aqidah. Harus sebagai penguat aqidah untuk semakin dekat kepada Allah dan mencintai Allah. Karena bila ilmu dunia sampai mengaburkan aqidah maka rusaklah agama pada diri manusia dan sesatlah jalan pulang. Karenanya Ilmu Tauhid harus diperdalam ,sebagaimana layaknya kompas kehidupan. Dengan memahami ilmu Tauhid, hati akan damai dan tentram ditengah gelombang kehidupan yang kadang bisa membuat kita tergelincir dalam kubangan maksiat. Dari Utsman bin Affan radhiyallahu’anhu, beliau berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang meninggal dalam keadaan mengetahui bahwa tidak ada yang sesembahan -yang benar- selain Allah, niscaya masuk surga.” (HR. Muslim).

Ramadhan telah berlalu. Kini kita melaksanakan hari Raya Idul Fitri.  Idul Fitri adalah hari raya yang datang berulangkali setiap tanggal 1 Syawal, yang menandai puasa telah selesai dan kembali diperbolehkan makan minum di siang hari. Artinya kata fitri di sini diartikan “berbuka” atau “berhenti puasa” yang identik dengan makan minum. Maka tidak salah apabila Idul Fitri disambut dengan makan-makan dan minum-minum yang tak jarang terkesan diada-adakan oleh sebagian keluarga.  Tapi itu sebetulnya tidak tepat.  Idul Fitri seharusnya dimaknai sebagai ‘Kepulangan seseorang kepada fitrah asalnya yang suci‘ sebagaimana ia baru saja dilahirkan dari rahim ibu. Secara metafor, kelahiran kembali ini berarti seorang muslim selama sebulan melewati Ramadhan dengan puasa, qiyam, dan segala ragam ibadahnya harus mampu kembali berislam, tanpa benci, iri, dengki, serta bersih dari segala dosa dan kemaksiatan. Jadi Idul Fitri berarti kembali kepada naluri kemanusiaan yang murni, kembali kepada keberagamaan yang lurus, dan kembali dari segala kepentingan duniawi yang tidak Islami.

Ketika merayakan Idul Fitri setidaknya ada tiga sikap yang harus kitapunyai, yaitu1) Rasa penuh harap kepada AllahSWT (Raja’). Harap akan diampuni dosa-dosa yang berlalu. Janji Allah SWT akan ampunan itu sebagai buah dari “kerja keras” sebulan lamanya menahan hawa nafsu dengan berpuasa. 2). Melakukan evaluasi diri pada ibadah puasa yang telah dikerjakan. Apakah puasa yang kita lakukan telah sarat dengan makna, atau hanya puasa menahan lapar dan dahaga saja Di siang bulan Ramadhan kita berpuasa, tetapi hati kita, lidah kita tidak bisa ditahan dari perbuatan atau perkataan yang menyakitkan orang lain. Kita harus terhindar dari sabda Nabi SAW yang mengatakan banyak orang yang hanya sekedar berpuasa saja: “Banyak sekali orang yang berpuasa, yang hanya puasanya sekedar menahan lapar dan dahaga“. 3). Mempertahankan nilai kesucian yang baru saja diraih. Tidak kehilangan semangat dalam ibadah karena lewatnya bulan Ramadhan, karena predikat taqwa seharusnya berkelanjutan hingga akhir hayat. Firman Allah SWT: “Hai orang yang beriman, bertagwalah kepada Allah sebenar-benar taqwa kepada-Nya dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan ber-agama Islam ” (QS. Ali Imran: 102). Ya puasa dibulan ramadhan adalah sikap dan perbuatan akan ke Taqwaan kepada Allah dan hanya Allah yang akan membalasnya.

Saturday, August 03, 2013

Meraih bahagia...

Ada kisah di zaman Rasul yang sampai kini selalu saya ingat. Kisah ini diceritakan oleh ibu saya ketika saya masih kelas VI SD. Apa kisah itu? Kisah  seorang bernama Al Qamah yang tak mampu mengucapkan La ilaha illallah ketika menjelang sakratul maut. Lidahnya terasa terkunci untuk mengucapkan La ilaha illallah sehingga ruh tak kunjung lepas dari raganya. Tentu dia menderita sekali.  Para sahabat bingung manakala melihat keadaan Al Qamah karena ia dikenal sebagai  orang ahli ibadah, gemar bersedekah dan selalu berbuat baik kepada orang lain. Apakah gerangan dosanya sehingga nampak begitu sulit ruh melepas dari raganya? Rasul bertanya kepada orang tua Al Qamah yang kebetulan hanya ibunya yang masih hidup namun sudah renta. Kepada ibu ini , Rasul bertanya tentang perasaannya terhadap anaknya yang sedang sakratul maut. Ibu ini berkata bahwa dia sangat mencintai anaknya namun sedikit kecewa karena anaknya lebih mencintai istrinya ketimbang dirinya, dan karena itu anak itu dianggapnya durhaka. Rasul minta agar ibunya memaafkan dosa anaknya agar anaknya bisa bebas dari sakratul maut. Awalnya ibunya keberatan untuk memaafkan namun ketika Rasul berniat akan membakar jasad anaknya, ibu ini langsung luluh hatinya dan segera memaafkan dosa anaknya. Seketika itu juga AL Qamah tutup usia dengan mudah.

Maka, Rasulullah melihatnya dan memerintahkan untuk dimandikan lalu dikafani, kemudian beliau menshalatkannya dan menguburkannya, Lalu, di dekat kuburan itu beliau bersabda, “Wahai sekalian kaum Muhajirin dan Anshar, barangsiapa yang melebihkan istrinya daripada ibunya, dia akan mendapatkan laknat dari Allah, para malaikat dan sekalian manusia. Allah tidak akan menerima amalannya sedikitpun kecuali kalau dia mau bertobat dan berbuat baik pada ibunya serta meminta ridhanya, karena ridha Allah tergantung pada ridhanya dan kemarahan Allah tergantung pada kemarahannya.” Begitulah agungnya ajaran Islam bagaimana mendidik manusia untuk senantiasa memuliakan orang tuanya. Menyembah Allah adalah keharusan bagi siapapun yang beriman dan kewajiban tauhid itu bersanding dengan kewajiban berbakti kepada kedua orang tua. Firman Allah dalam QS. Al-Israa:23 yang artinya: Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.”

Berbakti kepada orang tua bukan hanya bertanggung jawab akan kebutuhan hidupnya bila dia telah tua namun lebih daripada itu adalah bagaimana menjaga perasaanya. Melalui orang tua yang kadang mudah marah, mudah tersinggung,  banyak menuntut, kadang tidak rasional, sebetulnya ini adalah bentuk lain Allah menguji kesabaran kita untuk tetap bersikap bijak kepada mereka  tanpa membuat mereka kecewa dan bersedih. Ini memang tidak mudah. Apalagi bila kita sudah punya istri dan sudah umum istri dan orang tua kita tidak selalu akur. Keduanya minta diperhatikan dengan caranya masing masing. Kita bisa saja terjebak sehingga membuat hati kita lebih condong kepada istri sehingga tanpa disadari kita telah membuat hati orang tua kita kecewa. Kalaulah tipe orang tua kita termasuk yang mudah terbuka maka akan cepat diketahui dia kecewa, sehingga kita bisa bersegera meminta maaf. Namun bila orang tua  lebih banyak menyembunyikan perasaan kecewanya  akan sikap kita , kita tidak akan tahu dan tidak akan meminta maaf. Dampaknya akan besar sekali dalam kehidupan kita. Banyak orang sempit ketika lapang dan menangis ditengah pesta, kering ditengah hujan dan berlumpur diistana megah. Itu semua karena azab Allah akibat perbuatan kita menjadikan orang tua sebagai second dalam hidup kita.

Benarkah begitu adanya ?  Diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas r.a. bahwa dia berkata, “Tidaklah seorang muslim memiliki dua orang tua muslim, (kemudian) dia berbakti kepada keduanya karena mengharapkan ridha Allah, kecuali Allah akan membukakan dua pintu untuknya –maksudnya adalah pintu surga–. Jika dia hanya berbakti kepada satu orang tua (saja), maka (pintu yang dibukakan untuknya) pun hanya satu. Jika salah satu dari keduanya marah, maka Allah tidak akan meridhai sang anak sampai orang tuanya itu meridhainya.” Ditanyakan kepada Ibnu ‘Abbas, “Sekalipun keduanya telah menzaliminya?” Ibnu ‘Abbas menjawab, “Sekalipun keduanya telah menzaliminya.”. Pintu sorga terbuka lebar bagi anak yang bisa bersabar akan sikap orang tuanya serta senantiasa memuliakan orang tuanya. Namu bagi anak yang tidak mau mengerti sikap orang tuannya, mudah tersinggung, mudah sakit hati, kecewa, marah, maka dia mengarahkan kepada sikap durhaka kepada orang tua. Bagaimana hukumnya dalam islam? Setiap dosa akan Allah tangguhkan (hukumannya) sesuai dengan kehendak-Nya, kecuali (dosa karena) durhaka kepada kedua orang tua. Sesungguhnya Allah swt. akan menyegerakan hukuman perbuatan itu kepada pelakunya di dunia ini sebelum ia meninggal. ( Al Hadith).

Jadi  jika kita  berprilaku baik kepada orang tua, maka niscaya Allah meridhloi semua amal perbuatan kita. Oleh karenanya, setiap yang kita lakukan selalu dituntun oleh Allah kepada hal-hal kebajikan yang diridhloi Allah SWT yang kemudian menghantarkan kita kepada kebahagiaan sorgawi baik di dunia terlebih di Akhirat. Cintailah kedua orang tua kita dengan ikhlas apapun sikapnya  karena itulah jalan meraih kebahagiaan.  Bagi anda yang selalu dirudung derita tak berkesudahan. Berharta susah, miskin menderita, maka segeralah sujud dikaki kedua orang tua. Mintalah ampun kepada orang tua dan setelah itu perbaikilah sikap terhadap orang tua. Insya Allah kebahagiaan akan mudah diraih…Bagi orang tuanya yang sudah meninggal maka doakanlah oran tua itu siang dan malam

Wednesday, July 24, 2013

Ustad Yusuf Mansur...

Siapa yang tidak kenal dengan Ustad Yusuf Mansur. Berwajah bersih, senyum menarik serta tutur kata yang teratur dalam berdakwah. Ia punya ciri khas yaitu memberikan inspirasi agar orang tidak ragu bersedekah.  Pernah satu kesempatan saya membesuk kerabat di Rumah Sakit yang terkena penyakit kanker. Disamping tempat tidurnya terdapat buku tulisan Yusuf Mansur yang berkaitan dengan sedekah. Entah mengapa kerabat ini terinspirasi dengan tulisan itu dan menyumbangkan hartanya kepada fakir miskin sampai dia sendiri jatuh miskin. Menurutnya hanya masalah waktu dia akan meninggal.  Mengorbankan uang untuk berobat adalah konyol karena jasad ini milik Allah tentu Allah yang akan menjaganya. Lebih baik dia memperkuat jiwanya melalui berkorban dengan hartanya.  Apa yang terjadi? Benarlah tak lama setelah itu saya mandapat kabar kerabat itu keluar dari rumah sakit. Sampai kini dia tetap sehat. Apakah penyakitnya hillang? Dia tidak tahu karena dia tidak pernah periksa lagi ke dokter. Yang pasti badannya terasa sehat dan hidupnya terasa nyaman. Semakin rajin dia mencari harta , semakin besar yang didapat namun semakin besar pula sedekahnya. Kini tentu dia hidup dengan keyakinan bahwa berbagi dalam bentuk sedekah adalah cara dahsyat untuk terhindar dari musibah, sakit dan fakir.

Dengan dakwahnya yang specialis menggugah orang untuk bersedekah, telah membuat Ustad Yusuf Mansur dikenal luas dan lebih dari itu dia dipercaya orang banyak. Karena kepercayaan inilah timbul niat baiknya untuk menggalang kekuatan sedekah ini untuk kegiatan ekonomi. Tujuannya adalah bagaimana menjadikan kegiatan sedekah ini untuk program pemberdayaan dibidang ekonomi. Jadi tidak hanya sebatas kegiatan sosial atau charity. Dana sedekah itu dapat dikembangkan menjadi dana yang mampu menopang program jangka panjang syiar Islam.  Program ini terkosentrasi kepada pemenuhan kebutuhan umat atau dari umat untuk umat. Diperluas lagi maka namanya menjadi program gotong royong. Contoh, daripada charter pesawat untuk pergi haji, kan lebih baik menggalang dana sedekah untuk membeli pesawat sendiri. Atau menyediakan Kondotel dilingkungan pondok pesantren dengan tujuan untuk disewakan kepada orang tua yang datang menjenguk anaknya. Pendapatan dari program ini digunakan untuk kegiatan syiar islam. Demikian kira kira.  Yang pasti dana sedekah ini akan dijadikan trigger untuk menggerakan ekonomi umat dalam rangka kemandirian ekonomi. Sangat mulia sekali.

Karena sifatnya sedekah maka dasarnya adalah trust. Orang tidak peduli apakah program ini akan mendatangkan laba atau tidak. Mereka ikhlas karena Allah. Yang jadi masalah adalah trust ini bukan kepada lembaga tapi kepada person. Mungkin kita semua ingat kisah Murdoch yang akhirnya dinyatakan terpidana setelah  meraup  dana miliaran dollar dari ratusan Gereja di AS. Walau niatnya baik namun ketika dana itu terkumpul  dalam satu trust pengelolaan,maka banyak hal bisa terjadi.  Karena akan banyak orang datang menawarkan berbagai program business yang dibungkus idealisme untuk kemanusiaan.  Namun ketika dana dilepas maka semua idealisme jadi lain. Uang memang bagaikan pisau bermata dua. Hanya masalahnya selalu mata pisau mengarah kepada yang tajam untuk merugikan orang lain. Itulah sebabnya niat baik Ustand Mansur ini harus diarahkan secara kelembagaan yang dapat dipertanggung jawabkan pengelolaannya  berdasarkan SOP yang ketat.  Dengan animo masyarakat yang begitu antusias  atas niat ustad Yusuf Mansur itu maka seyogianya pemerintah memberikan kanal agar program ini dapat berjalan dan menjadi salah satu financial resouce untuk pendukung pengembangan ekonomi rakyat.

Bagaimana kelembagaan program itu seharusnya? Ada baiknya kita melihat apa yang sudah diterapkan di Inggeris dan AS.  Sebelum krisis global, tahun 2005, inggeris telah mengesahkan UU tentang pendirian badan usaha berbentuk Community Interest Company (CIC). UU ini dibentuk akan kekawatiran para elite politik Inggeris atas semakin mendapat tempatnya Corporate Profit Oriented didalam dunia kapitalis. CIC adalah suatu solusi yang merupakan badan usaha yang bertujuan sosial. Artinya ini kebalikan dari sistem kapitalis. Kepemilikan saham dalam CIC bisa lebih dari dua orang. Jumlah modal disetor tidak dibatasi. Namun di Inggeris untuk mendapatkan izin pendirian CIC tidak mudah. Ada Dewan khusus yang dibentuk pemerintah untuk mempelajari konsep usaha serta pribadi pribadi masing pendiri CIC. Dewan ini bertugas memastikan bahwa izin yang diberikan memang benar benar usaha yang berhubungan dengan kepentingan publik seperti pengadaan trasnfortasi umum, pengadaan air bersih, perbaikan lingkungan, sarana umum lainnya.  Bila izin CIC diberikan maka CIC bisa melakukan pooling fund kepada publik. Tak perlu ragu karena penerimaan setiap pooling fund ini diawasi oleh Dewan dengan ketat. Ya layaknya Bapepam. Pelanggaran atau penyalah gunaan dana itu akan berhadapan dengan pedang hukum.

Sebagai suatu badan usaha,  CIC harus tumbuh karena laba namun pemodalnya tidak boleh memperkaya diri dari Laba. Maksimum dividen boleh dibagi sebesar 5% dari total keuntungan. Sisanya digunakan untuk pengembangan usaha.Ya, Semua pemodal CIC adalah sosial tujuannya namun dikelola dengan value business yang professional. Tujuan utamanya adalah bagaimana melibatkan masyarakat dalam kemandirian menyediakan segala kebutuhannya. Pendukung penyertaan modal ini adalah mereka yang terkait langsung dengan usaha CIC. Artinya komunitas sendiri yang membiayai secara gotong royong namun legimate dan terorganisir dengan baik. Dari awal perencanaan sampai pembangun project diawasi ketat oleh dewan. Sampai dengan kini jumlah CIC yang didaftarkan di inggeris lebih dari 6000. Cara yang hampir sama dengan CIC , juga diterapkan di Amerika Serikat paska Global Crisis, yaitu Low- profit Limited Liability Company ( L3C) . Struktur badan usahanya tak jauh beda dengan CIC namun tidak ada aturan jelas mengenai batasan pembagian deviden seperti CIC. Namun dalam pelaksanaannya semua pendiri L3C sadar bahwa ini tak ubahnya business social yang tak berorientasi kepada laba. Setor modal namun niatnya sedekah. Dan lebih hebatnya penyertaan modal pada L3C dimasukan dalam Internal Revenue Code sebagai bagian dari pengurangan pajak. 

Alangkah indahnya bila pemerintah kita juga bisa menetapkan kebijakan bahwa zakat, sadakah dapat dianggap sebagai pengurangan pajak. Dengan demikian akan mendorong perusahaan besar dan orang kaya untuk ikut dalam penyertaan modal ala CIC atau L3C ini. Sehingga secara budaya maupun agama, masyarakat sendiri yang tampil menyelesaikan masalah sosial dan negara hanya memberikan kanal agar semua itu tercipta berkeadilan. Semoga pemerintah ( OJK ) tidak hanya melarang atau memperingatkan Ustad Yusuf Mansur tapi juga memberikan solusi. Bagaimanapun tugas Yusuf Mansur menjadi mentor umat untuk berbagi telah berhasil dan kini tugas negara memberikan payung hukum dan kepastian agar gerakan "berbagi" ini dapat terlaksana secara masive dan dapat  dipertanggungjawabkan tanpa menimbulkan fitnah.

Saturday, July 20, 2013

Bersahabat karena Allah.

Pernah satu waktu saya ditelp oleh teman lama. Dia berkeinginan untuk bertemu dengan saya. Dengan antusias saya menyanggupinya. Ketika saya menentukan tempat pertemuan, dia nampak terdiam. Saya bingung apakah dia hanya basa basi untuk bertemu dengan saya? Kemudian terdengar suaranya bahwa dia menawarkan tempat yang sesuai keinginannya. Sayapun menyanggupi dengan segera. Ketika bertemu rasa rindu saya terlepaslah sudah. Lebih 20 tahun tidak bertemu akhirnya bersua kembali dalam suasana sehat walapiat. Kami bercerita banyak hal tentang masa lalu kami. Tak terasa pertemuan itu  berlangsung lebih dari 3 jam dan sempat juga kami sholat lohor bersama sama di Mall. Nampak diantara kami tidak punya kepentingan apapun kecuali semata mata kecintaan kepada sahabat. Walau semua kami adalah pengusaha dengan skala berbeda beda namun tidak terdengar pertemuaan itu berbicara tentang business. Tidak ada pertemuan itu terkesan untuk saling memanfaatkan potensi masing masing demi deal business. Tidak ada saling tanya berapa harta sudah dimiliki. Tidak ada. Pertemuan dengan sahabat atas dasar kecintaan memang sangat membekas dihati. Bertemu saja sudah sangat senang. Selanjutnya kami berjanji untuk saling berhubungan agar silahturahim tetap terjalin. 

Pertemuan itu mengingatkan saya akan kisah dalam hadith tentang makna persahabatan. Dalam hadith dikisahkan “Pada saat seseorang berkunjung kepada sahabatnya karena Allah swt, maka Allah swt akan mengirimkan malaikat dengan diam diam kepadanya untuk menanyakan ‘Apa yang akan engkau lakukan? ‘Lalu ia menjawab, ‘Aku amu mengunjungi saudaraku.’ Malaikat bertanya kembali,’ Apakah engkau ada keperluan? jawabnya, ‘Tidak ada.’ Malaikat melanjutkan, ‘Apakah karena ia ada hubungan kerabat dgnmu?’ Jawabnya lagi, ‘Tidak.’ Sambung malaikat, ‘Apakah krn ia telah memberikan sesuatu kepadamu?’ Jawabnya, ‘Tidak.’ Tanya malaikat kemudian, ‘Kalau begitu karena apa engkau mengunjunginya?’ ia menjawab,’Aku mengasihinya karena Allah swt.’Lalu malaikat berkata kepadanya,’Sesungguhnya Allah swt mengutus aku kepadamu untuk menyampaikan berita bahwa Dia mengasihimu seperti engkau mengasihinya, dan bahwa surga akan dianugerahkan kepadamu.” (HR. Muslim dari Abu Hurairah ra)

Banyak teman yang mengaku sahabat namun bila pertemu karena dia membutuhkan sesuatu. Pertemuan bermanis muka penuh puji dalam dialogh tiada henti, dan akhirnya ada udang dibalik batu. Bila kebutuhan tidak terpenuhi, selanjutnya jangankan mau bertemu, menelphon saja susah. Tidak ada keikhlasan walau nuansa kata kata selalu bicara ikhlas. Saya acap merasakan ini dan hanya bisa mengelus dada. Kepada Allah saya berharap “Siapa saja yang dikehendaki baik oleh Allah, niscaya akan dikaruniai seorang sahabat yang soleh. jika ia sudah lupa, maka sahabatnya yang soleh mengingatkannya, dan jika ia sedang sadar maka sahabatnya yang soleh itu mau membantu menjaga serta mengawasinya.” sungguhnya Allah swt berfirman pada hari berbangkit nanti,”Dimanakah mereka yg saling mengasihi karena Aku? Pada hari ini tdk ada naungan kecuali naunganKu. Aku akan melindungi mereka dalam naunganKu.” (HR. Muslim dari Anas ibn Malik ra). Persahabatan karena Allah selalu menunjukan kebaikan bukan menyalahkan. Selalu bersabar dengan kekurangan kita namun juga pelindung kita dalam kebodohan. Selalu berprasangka baik dan mendoakan untuk kebaikan. Seorang sahabat tidak akan menyembunyikan kesalahan untuk menghindari perselisihan, justru karena kasihnya ia memberanikan diri menegur apa adanya. 

Dalam islam semua adalah bersaudara. Esensi dari persaudaraan terletak pada kasih sayang yang ditampilkan bentuk perhatian, kepedulian, hubungan yang akrab dan merasa senasib sepenanggungan. Nabi menggambarkan hubungan persaudaraan dalam haditsnya yang artinya ” Seorang mukmin dengan mukmin yang lain seperti satu tubuh, apabila salah satu anggota tubuh terluka, maka seluruh tubuh akan merasakan demamnya. Ukhuwwah adalah persaudaraan yang berintikan kebersamaan dan kesatuan antar sesama. Kebersamaan di akalangan muslim dikenal dengan istilah ukhuwwah Islamiyah atau persaudaraan yang diikat oleh kesamaan aqidah. Jadi diikat oleh aqidah maka ini bagian dari ketakwaan kepada Allah. Bagian dari keimanan. Makanya yang ada hanyalah keikhlasan. Bila bukan karena Allah maka tidak ada teman sejati kecuali kepentingan. NIlai nilai persahabat dalam islam menempati hal yang sangat tinggi nilainya. Ali Bin Abi Thalip berkata bahwa sahabat adalah saudara yang tidak sedarah namun hati yang bertaut karena Allah. Sahabatmu yang sejati adalah siapa yang setia bersamamu, yang rela menderita demi kebaikanmu, yang mendatangimu apabila engkau ditimpa musibah dan yang bersedia berkorban demi menolongmu. Dapatlah dibayangkan betapa indahnya persahabatan dalam islam  karena semua bersandar kepada Allah. 
Begitu tingginya nilai persahabatan karena Allah. Dalam hadith diriwayatkan sebagai berikut “ “Sesungguhnya di antara hamba-hamba Allah terdapat sekelompok manusia yang bukan para nabi dan bukan pula orang-orang yang mati syahid. Para nabi dan orang-orang yang mati syahid merasa iri kepada mereka pada Hari Kiamat karena kedudukan mereka di sisi Allah Ta’ala.” Mereka(para sahabat) berkata, “Wahai Rasulullah, apakah Anda akan mengabarkan kepada kami siapakah mereka? Beliau bersabda, “Mereka adalah orang-orang yang saling mencintai dengan ruh (dari) Allah tanpa ada hubungan kekerabatan di antara mereka, dan tanpa adanya harta yang saling mereka berikan. Demi Allah, sesungguhnya wajah mereka adalah cahaya, dan sesungguhnya mereka berada di atas cahaya, tidak merasa takut ketika orang-orang merasa takut, dan tidak bersedih ketika orang-orang merasa bersedih.” Dan beliau membaca ayat ini(yang artinya), “Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (HR.Abu Dawud). 

Ya, saya teringat dengan sahabat yang dipertemukan Allah dalam satu rombongan terbang ke tanah Suci untuk melaksanakan rukun Islam ke Lima. Kejadian itu tahun 2003, sampai kini ikatan persahabatan itu terus terjalin. Secara berkala kami bertemu dalam bentuk arisan dan sebagai ajang tegur safa. Mungkin banyak arisan ex kloter Haji namun itu hanya bertahan seumur jagung. Namun kami telah berlangsung selama 10 tahun tanpa terputus. Andaikanlah persahabatan itu bukan karena Allah mungkin telah lama kami saling melupakan. Mengapa? karena tidak ada kepentingan materi yang  bisa didapat ala kapitalis. Namun karena mencari ridho Allah maka nilai persahabatan tak lain ungkapan cinta kepada Allah. Itulah yang menyatuhkan hati kami sampai kini. Sebagaimana hadith qudsi “ Wajiblah cinta-Ku bagi orang-orang yang saling mencintai karena Aku, orang-orang yang saling berteman karena Aku, orang-orang yang saling mengunjungi karena Aku dan orang-orang yang saling berkorban karena Aku” (HR. Ahmad)

Tuesday, July 16, 2013

Keadilan sosial...?

Di ruang spa center, saya berdiskusi dengan teman yang pengusaha china.  Saya tertarik dengan perspektifnya karena ada unsur nilai yang terkandung dibalik sejarah china khususnya paska kejatuhan  dinasti. Partai Nasionalis berhasil memimpin revolusi merebut kekuasaan dari tangan dinasti Qing yang sudah berkuasa lebih dari dua ratus tahun. Namun tak lama setelah itu, Partai Nasionalis dijatuhkan oleh Partai Komunis. Mengapa ? alasannya sederhana. Era dinasti dengan era Republik, sama saja. Sama sama menjajah. Rakyat miskin tetap komunitas yang tak terjangkau program kemakmuran. Para Tuan tanah tetap berkuasa dipedesaan dengan memeras buruh tani. Karena itu program komunis yang dikenal dengan “sama rasa sama rata” langsung mendapat tempat dihati rakyat.Lambat namun pasti dukungan kepada Parta Komunis semakin banyak dan akhirnya sampai pada jumlah yang tak bisa lagi dihentikan oleh Partai nasionalis. Sehingga dengan terpaksa para elite Partai nasionalis melarikan diri ke pulau Formusa ( Taiwan) karena sadar  bahwa revolusi yang digerakan kaum miskin tentu disertai oleh amarah dan dendam.Ini pasti bau amis darah.Menghindar demi akal sehat adalah lebih baik. Selanjutnya China dipimpin oleh Partai Komunis.

Menurut teman saya bahwa apa yang didambakan oleh Partai Komunis untuk china sudah benar  bahwa demi keadilan sosial bagi seluruh rakyat. Yang jadi masalah adalah terjadi perbedaan sudut pandang jalan untuk mencapai itu. Mao zedong  sebagai pendiri Partai Komunis lebih setuju dengan cara revolusi melalui tindakan radikal dan mlitan.Sementara Liu Shauqi pengikutinya lebih setuju dengan jalan evolusi dan natural. Namun keduanya setuju bahwa landreform harus dilaksanakan demi keadilan distribusi tanah kepada kaum miskin.  Hal ini tidak pernah terpikirkan pada  era dinasti dan Nasionalis  karena maklum para tuan tanah dan oranga kaya sebagai sumber dana ( suap dan upeti) bagi penguasa. Walau ada perbedaan namun pada akhirnya Mao zedong mempercayai cara Liu Shauqi karena itu kekuasan diberikan kepada Liu shauqi. Setelah landreform dilaksanakan, keadaan rakyat China mulai bangkit, Produksi mulai bergairah.Perdagangan terjadi begitu cepatnya. Namun gap antara kaya dan simiskin justru semakin lebar.Inilah yang merisaukan Mao zedong. Efek inilah yang sangat tidak disukai oleh Mao. Kalau pada akhirnya revolusi hanya melahirkan orang Kaya baru dan membuat kemiskinan semakin meluas lantas untuk apa diadakan revolusi dengan korban nyawa tidak sedikit itu. Demikian kira kira  penilaian Mao hingga dia mengambil keputusan untuk menerapakan program Lompatan China Jauh kedepan.

Liu Shauqi harus membiarkan program Lompatan China Jauh Kedepan itu terlaksana karena ini perintah bapak Mao yang tak ubahnya dewa di China. Melalui nongye jitihua ( Pertanian kolektif) diseluruh China, Mao yakin bahwa dengan indokrinasi ideologi dan menformulasi organisasi masyarakat pedesaan, China bisa maju menuju terbentuknya masyarakat pedesaan yang egaliterian dan kolektif. Recananya, setelah itu terbentuk maka teknologi pertanian akan melengkapi untuk memperkuat masyarakat baru. Tapi apa hasilnya ? Mao gagal total. Pertanian Kolektif justru mengakibatkan rakyat dan kader partai jadi frustrasi. Walau tentu banyak hal yang dihasilkan selama Program Lompatan Cina jauh kedepan itu namun tidak bisa menghindari korban akibat kelaparan. Benarlah kata Liu bahwa manusia bukanlah mesin. Manusia adalah makhluk simbolik yang mencakup sosial ,budaya dan spiritual. Mengingkari ini apalagi sampai memaksakan kehendak kepada manusia justru akan menimbulkan paradox.  Sehingga akhirnya Mao menghentikan program ini dan kembali menyerahkan kekuasaan kepada Liu Shauqi. Sebagaimana pendirian Liu maka yang pertama dilakukannya adalah menghapus Pertanian Kolektif itu. Selanjutnya memberikan kebebasan kepada rakyat untuk berproduksi namun tak ada lagi jaminan tunai untuk pangan, kesehatan dan pendidikan. Orang hanya akan mendapatkan hak apabila dia bekerja dan tentu bebas menyimpan serta menggunakannya. Rakyat china kembali bergairah untuk bangkit dari keterpurukan akibat lompatan china jauh kedepannya Mao. Mao mengasingkan diri dunia perpolitikan.

Namun masa masa indah angin kebebasan itu hanya sebentar. Kembali rakyat china harus mengalami akrobat politik dari  orang orang terdekat Mao atau dikenal dengan istialh kelompok Empat yang di back up oleh Jiang Qing ( Madam Mao) . Merekalah creator Revolusi Kebudayaan. Para elite partai lainnya walau tidak setuju dengan revolusi kebudayaan namun terpaksa membiarkan karena Mao seakan menyetujui gerakan kelompok empat itu. Awalnya tujuan revolusi kebudayaan ini adalah sangat mulia namun kemudian yang terjadi adalah program balas dendam kepada kaum kapitalis yang mengakibatkan terjadinya kemiskinan. Para pengawal merah yang umumnya berasal dari keluarga miskin tampil garang melaksanan revolusi kebudayaan. Mereka menghentikan program belajar dan mengajar. Buku terbitan barat dibakar dan siapa saja yang  kedapatan membaca buku asing dianggap sebagai kontra revolusioner. Para orang terdidik kota dikirim kedesa untuk “belajar’ dari petani miskin dan tidak boleh kembali lagi. Para pendukung setia Liu Shauqi disemua jajaran kekuasaan difitnah untuk dipenjara dan ada juga yang dibunuh. Liu Shauqi meninggal dipenjara. Ketika itu keadaan benar benar kacau.  Sampai akhirnya wabah kelaparan terjadi lagi. Mao melihat kekacauan ini tak bisa lagi ditolerir. Karena itu dia meminta kepada militer untuk menghentikan revolusi kebudayaan walau itupun tidak mudah. Karena militer masih ragu untuk bertindak tegas apalagi dukungan massive kaum miskin begitu luasnya sampai keakar rumput. Revolusi kebudayaan berhenti total setelah Mao meninggal tanggal 9 september 1976. 

Setelah  Mao meninggal, gejolak kecil terjadi karena ternyata Mao telah mewariskan kekuasaan kepada penerusnya yaitu  Hua Guofeng yang akan tetap setia menjalankan program Mao. Namun kalangan militer yang tadinya selalu netral akhirnya mulai bersikap karena sudah gerah dengan cara Mao dan Kelompoknya. Itu sebabnya militer meminta agar sang reformis  Deng Xiaoping yang diasingkan di Tiongkok Selatan untuk direhabilitasi namanya dan ditarik ke Beijing. Militer tahu bahwa Deng adalah murid dari Liu Shauqi. Walau jabatan Deng dibawah Hua namun secara gradual Deng bersama kelompoknya berhasil mengeliminate kekuasaan Hua Guofeng dan Akhirnya menjadi penguasa China. Bagi Deng  masyarakat sosialis hanya bisa tercipta bila ada kemampuan berproduksi dan kebebasan individu akan hak hak dasarnya. Sehingga apapun  (termasuk kapitalis, agama, budaya dll ) yang membuat kebebasan terhalang maka tugas negara untuk mengaturnya, sebaliknya apapun itu ( termasuk kapitalis, agama, budaya dll ) bila mampu memacu produksi maka itu harus didukung oleh negara. Apakah dapat disimpulkan bahwa cara Mao salah dan Cara Liu yang benar. Tanya saya. Teman saya itu tersenyum sambil mengatakan bahwa ada agenda besar sepanjang sejarah china entah itu era dinasti ,nasionalis ,dan kini era Komunis yaitu tegaknya keadilan sosial . Hal inilah yang sangat sulit di delivery oleh penguasa, sampai kini.

Menurut saya bahwa memang mimpi masyarakat sosialis komunis “ sama rasa sama rata “ dari bapak Mao tidak terlaksana karena memang tidak mungkin terlaksana ,karena begitulah kehidupan yang didesign oleh Allah.  Namun ketidak samaan itu akan diterima  sebagai sebuah kearifan bila dalam masyarakat itu lahir sikap cinta dan kasih sayang lewat program berbagi, infak, sadaqah ,dan tentu aparat yang bersih mengemban amanah. Jadi menurut saya bahwa keadilan sosial itu harus satu kesatuan antara pemerintah dan rakyat itu sendiri. Masyarakat yang beragama melahirkan budaya cinta kasih dan pemerintah yang bersih lahir karena agama dijunjung untuk tegaknya keadilan sosial bagi semua. Kalau CHina tidak menyadari ini maka instabilitas akan terus terjadi. Teman itu termenung...

Pemerintah Suriah jatuh.

  Sebelum tahun 2010, kurs pound Syuriah (SYP) 50/1 USD. Produksi minyak 400.000 barel/hari. Sejak tahun 2011 Suriah dilanda konflik dalam n...