Jika engkau belum mempunyai ilmu, hanyalah prasangka,
maka milikilah prasangka yang baik tentang Tuhan.Begitulah caranya!
Jika engkau hanya mampu merangkak, maka merangkaklah kepadaNya!
Jika engkau belum mampu berdoa dengan khusyuk,maka tetaplah persembahkan doamu yang kering, munafik dan tanpa keyakinan; kerana Tuhan, dengan rahmatNya akan tetap menerima mata wang palsumu!
Jika engkau masih mempunyai seratus keraguan mengenai Tuhan,
maka kurangilah menjadi sembilan puluh sembilan saja.
Begitulah caranya! Wahai pejalan!
Biarpun telah seratus kali engkau ingkar janji,
ayuhlah datang, dan datanglah lagi!Kerana Tuhan telah berfirman:
“Ketika engkau melambung ke angkasa ataupun terpuruk ke dalam jurang,ingatlah kepadaKu, kerana Akulah jalan itu.”
( Rumi)
***
Minggu lalu saya bertemu dengan sahabat yang lama tak bersua. Ketika bertemu , saya merasakan ada sesuatu yang berbeda dengan sahabat ini. Dia murah senyum. Padahal sebelumnya walaupun dia tersenyum namun terkesan dipaksakan. Kini senyumnya lepas dan ikhlas. Itu yang saya rasakan. Dia bercerita bahwa empat tahun lalu usaha yang dirintisnya bertahun tahun dengan pengorbanan waktu dan dana akhirnya jatuh bangkrut. Kebangkrutannya bukanlah karena hutang yang tak terbayar. Bukan karena pasar tidak bisa menyerap jasanya. Bukan karena kompetisi. Bukan karena kekurangan modal. Tapi bangkrut karena masalah sepele. Apa itu ? Salah satu izin usaha yang dimiliki ternyata adalah palsu. Ini ketahuan ketika ada operasi sweeping gabungan antar instasi. Reputasinya begitu bagus selama ini dihadapan aparat pemerintah dan karenanya hamper semua pejabat pemerintah tidak percaya kalau izin usahanya itu palsu. Apalagi izin usaha itu bukan sesuatu yang sulit didapat. Dan bukan sesuatu yang harus mengeluarkan dana besar. Itu hanya administrasi. Lantas mengapa harus dipalsukan? Tanya saya. Menurutnya bahwa itu ulah dari salah satu Direksinya, yang dia percaya untuk mengurus segala izin usaha dan berhubungan dengan pihak pemerintah. Bertahun tahun tidak ada masalah. Namun akhirnya baru diketahui setelah ada razia.
Minggu lalu saya bertemu dengan sahabat yang lama tak bersua. Ketika bertemu , saya merasakan ada sesuatu yang berbeda dengan sahabat ini. Dia murah senyum. Padahal sebelumnya walaupun dia tersenyum namun terkesan dipaksakan. Kini senyumnya lepas dan ikhlas. Itu yang saya rasakan. Dia bercerita bahwa empat tahun lalu usaha yang dirintisnya bertahun tahun dengan pengorbanan waktu dan dana akhirnya jatuh bangkrut. Kebangkrutannya bukanlah karena hutang yang tak terbayar. Bukan karena pasar tidak bisa menyerap jasanya. Bukan karena kompetisi. Bukan karena kekurangan modal. Tapi bangkrut karena masalah sepele. Apa itu ? Salah satu izin usaha yang dimiliki ternyata adalah palsu. Ini ketahuan ketika ada operasi sweeping gabungan antar instasi. Reputasinya begitu bagus selama ini dihadapan aparat pemerintah dan karenanya hamper semua pejabat pemerintah tidak percaya kalau izin usahanya itu palsu. Apalagi izin usaha itu bukan sesuatu yang sulit didapat. Dan bukan sesuatu yang harus mengeluarkan dana besar. Itu hanya administrasi. Lantas mengapa harus dipalsukan? Tanya saya. Menurutnya bahwa itu ulah dari salah satu Direksinya, yang dia percaya untuk mengurus segala izin usaha dan berhubungan dengan pihak pemerintah. Bertahun tahun tidak ada masalah. Namun akhirnya baru diketahui setelah ada razia.
Karena usahanya berhubungan
dengan kontrak kerja terhadap perusahaan
asing maka berita itu cepat menyebar dengan seluruh rekanan bisnisnya.
Mereka membatalkan sepihak kontrak kerja itu karena maklum tidak ada perusahaan
asing yang berbisnis dengan perusahaan yang tidak punya izin usaha. Ketika
kontrak kerja dibatalkan oleh mitranya maka pada waktu bersamaan dia juga harus
membayar ganti rugi akibat pembatalan itu. Dia juga harus membayar denda
administrasi yang ditetapkan oleh pemerintah. Akibat ganti rugi dan denda itu
membuat seluruh dana yang dikumpulkan dari sisa keuntungan tahun tahun
sebelumnya habis terkuras , bahkan dia harus menombok dari dana pribadinya. Apakah
dia marah kepada direksinya dan akhirnya melaporkan kepada Polisi? Ternyata,
dengan tersenyum dia berkata bahwa yang pertama dia lakukan ketika masalah itu
datang adalah memaafkan
direksinya. Menurutnya peristiwa itu sebetulnya bukanlah antara dia dengan direksinya. Tapi antara dia dengan Tuhan. Tuhan sedang berdialogh dengan dia lewat prahara bisnisnya. Setelah itu, dia mengambil alih tanggung jawab untuk menyelesaikan
masalah itu secara tuntas dan akhirnya menyatakan perusahaan ditutup dengan membayar
semua pesangon karyawannya.
Dia tersenyum. Dia bersyukur
kepada Tuhan dengan peristiwa itu. Karena dia disadarkan tentang sesuatu
kesalahan yang selama ini tidak dia sadari. Apa itu? Dia begitu percaya dengan
kemampuan pribadinya. Dia tidak pernah menghargai peran orang lain. Dia menganggap semua bisa dibeli dengna uangnya. Dia juga
tidak pernah mau diajak diskusi mengenai kekuasaan Tuhan diatas segala galanya.
Menurutnya orang yang selalu bicara Tuhan karena orang itu lemah dan malas,
sehingga menjadikan Tuhan sebagai excuse dari kegagalannya berkompetisi. Dan
dia memang bisa membuktikan kesuksesannya mengembangkan usaha yang begitu cepat. Reputasi
dan kredibilitas yang begitu tinggi membuat semua orang percaya dengannya.
Namun … Menurutnya usaha yang dibangun selama sepuluh tahun, hanya seminggu
setelah terkena sangsi pemerintah langsung bangkrut. Uang habis, Kepintaran
yang dibanggakan tak berguna. Reputasi dengan rekanan hancur berujung kepada tuntutan ganti rugi. Ya dalam
waktu singkat apa yang dia banggakan selama ini hilang begitu saja. Seakan
mimpi. Dalam kejatuhan itu, dia
bersyukur bahwa istrinya memberikan kekuatan moral untuk dia mampu melewati
prahara itu. Selalu istrinya meminta dia kembali kepada Tuhan.
Benarlah ketika dia semakin dekat kepada Tuhan, hari hari dilaluinya dengan lebih ringan. Tak ada lagi dalam kamus hidupnya bahwa manusia berkuasa atas dirinya. Tak ada lagi dalam kamusnya melawan keburukan dengan keburukan. Empatinya semakin tajam untuk mudah berbagi. Ternyata masa depannya tidak segelap yang dia
bayangkan. Bahkan akibat dari kebangkrutan usahanya itu, dalam dua tahun dia
kembali bangkit, yang bahkan jauh lebih besar dari usaha sebelumnya. Menurutnya bahwa hanya
seseorang yang berkarakter dan mau memaafkan , dapat bangkit dan berhasil di atas penghinaan dan kegagalan!
Maka ketika prahara datang, jaga suasana hati. Jangan berprasangka buruk kepada Tuhan. Pilih untuk tetap berbuat baik dan belajarlah memafkan. When you forgive, you in no way change the past - but you sure do change the future. Jadikan
kekecewaan, penderitaan, kegagalan sebagai “pupuk” atau “bahan bakar” untuk
maju—baik di lingkungan keluarga, kerja, atau tempat tinggal kita. Dan yang
lebih penting tetap berprasangka baik kepada Tuhan. Bahwa harta yang tak
ternilai didunia ini adalah kehadiran Tuhah dihati kita, karena itu hanya cinta
dan kasih sayang output nya, yang menentramkan bagi siapa saja…Dia tersenyum.