Saturday, February 16, 2013

Memberi Karena cinta


Anda mungkin semua tahu apa itu Microsoft dan pasti tahu nama dibalik Microsoft,yaitu Bill Gates.  Semua tahu bahwa Bill Gates dikenal  sijenius pekerja keras yang sukses diusia muda dan termasuk orang terkaya didunia. Perjalanan hidup Bill Gates , ibarat graphik selalu berada digaris menengah menuju kepuncak. Artinya graphiknya tidak pernah berada diposisi minus atau dibawah mendekati nol.  Dia terlahir dari keluar kelas menengah di AS. Ayahnya seorang pengacara terkenal  dan ibunya anggota dewan direktur First Interstate BancSystem dan United Way. Masa mudanya bersama ayah dan ibunya adalah kebebasan yang membuat dia bisa berbuat apa saja untuk kesenangannya. Bill Gate tidak pernah merasa gamang tentang masa depannya. Dia tidak pernah memikirkan resiko atas segala tindakannya, termasuk bila harus drop out dari Harvard University karena lebih mengutamakan hobi barunya dibidang komputer. Lingkungan keluarganya menjadikan dia something else bagi orang lain namun sesungguhnya tidak bagi Bill Gate. Dia tidak merasakan hebat dengan apa yang dia punya. Baginya hidup yang dia jalani tidak membuat dia merasa bernilai. Apa yang dirasakan oleh Bill Gate adalah juga dirasakan oleh kebanyakan orang muda sukses secara materi namun miskin secara spiritual. Kesepian ditempat ramai.

Bila sukses dikaitkan dengan kebahagiaan maka itu hanya mungkin bila sukses itu datang diatas tumpukan kekecewaan,kegagalan, kelelahan.  Tak akan ada pelangi, jika hujan tak menghampiri. Akan selalu ada bahagia setelah anda meneteskan air mata. Terasa perbedaan pahit dan manis, susah dan senang, atas dan bahwah apabila anda pernah merasakan keduanya.  Apakah Bill Gate dapat memahami kesuksesannya mendatangkan kebahagiaan bila dia sendiri sejak bayi sudah bergelimang dengan kemewahan sebagai  keluarga middle class dan kemudian tumbuh berkembang dibalik bayang bayang orang tuanya yang memberikan akses kepadanya untuk eksis dengan cita citanya. Saya yakin semakin besar Microsoft semakin kecil Bill Gate. Mengapa ? karena semakin jauh dia dari rasa lapar, dikecewakan, kegagalan. Hidupnya semakin tak berwarna. Jalannya semakin lurus dan datar saja. Itulah mungkin ketika sampai di Puncak, tahun 2000, Bill Gate mundur sebagai pejabat eksekutif tertinggi Microsoft namun Ia masih menjabat sebagai kepala arsitek perangkat lunak. Tahun 2006, dia benar benar keluar dari Microsoft untuk bekerja purna waktu di Bill & Melinda Gates Foundation, sebuah yayasan yang didirikannya bersama istrinya yang bertujuan untuk kemanusiaan.

Lebih dari USD 20 milliar ( Rp. 200 triliun )harta yang didapatnya selama karir sebagai pengusaha sukses dibidang piranti lunak dihibahkan kepada yayasan yang didirikannya , Bill & Melinda Gates Foundation. Istri Gates mengajak masyarakat untuk belajar dari usaha-usaha filantropi keluarga Salwen, yang menjual rumahnya dan menyumbangkan setengah nilainya, sebagaimana disebutkan dalam buku The Power of Half. Gates dan istrinya mengundang Joan Salwen ke Seattle untuk membicarakan tentang hal-hal yang dilakukan oleh keluarga tersebut, dan pada 9 Desember 2010, Gates,  Warren Buffett, dan Mark Zuckerberg (CEO Facebook) menandatangani janji yang mereka sebut "Gates-Buffet Giving Pledge". Isinya adalah mereka berjanji untuk menyumbangkan setengah kekayaan mereka untuk amal secara bertahap.  Saya yakin bahwa apa yang dilakukan oleh Bill Gate,   Warren Buffett, dan Mark Zuckerberg bukanlah dalam rangka aktualisasi diri seperti teori Maslow, Tapi saya kira, keinginan menolong sesama manusia . Stephen Covey menambahkan satu kebutuhan manusia, to leave a legacy. Menurut kamus, legacy adalah warisan, harta pusaka/peninggalan. to come into a l. mewarisi.  Saya kira, warisan di sana tidak cuma harta, tapi sesuatu yang lebih besar. Dia bisa berupa sesuatu yang bersifat ke luar diri kita, ke luar keluarga kita, sesuatu yang bermanfaat buat orang lain dan lingkungan kita. Bill Gates, Warren Buffett, dan Mark Zuckerberg memenuhi kebutuhannya to leave a legacy dengan memberikan sesuatu buat sesama manusia.

Mungkin bagi kita yang tak pernah henti berjuang mendapatkan kebahagiaan dari tumpukan uang dan harta akan terkejut menyaksikan sikap Bill Gate yang dengan mudahnya melepas hartanya untuk kemanusiaan. Bagi orang yang tak pernah mendapatkan harta, maka harta adalah tujuannya untuk kebahagiaan. Tapi bagi orang yang selalu ada harta dalam hidupnya, penambahan harta tidak otomatis membuat dia bahagia. Dia butuh sesuatu yang lain yang sehingga membuat dirinya lengkap dan utuh. Banyak cara orang kaya raya  melakukan kegiatan yang nyentrik sebagai cara untuk “melengkapi” dirinya agar “utuh”. Jangan terkejut ada yang melepaskan hartanya untuk kegiatan club sport, menjadi pemimpin partai agar menjadi penguasa, mengkoleksi mobil mewah dan barang antik, dll. Tapi jalan ini tidak membuat dia bahagia. Bahkan menurut teman yang tergolong kaya, yang doyan membeli barang antik merasa tertekan bila kalah dalam lelang. Namun Bill Gate mimilih jalan hati nuraninya melalui program kemanusiaan, program berbagi untuk  siapa saja yang butuh pertolongan. Karena itu Bill Gate merasa bahagia dengan pilihan hidupnya. Ternyata orang kaya menemukan kebahagiaan sejati ketika dia berbagi karena cinta. Ketika dia mendengar kata hatinya

When I chased after money, I never had enough. When I got my life on purpose and focused on giving of myself and everything that arrived into my life, then I was prosperous. Mungkin itu yang dikatakan oleh Billl Gate atas sikap hidupnya. Karena ketika dia memberi sebetulnya dia sedang mengakayakan dirinya sendiri, untuk dirinya sendiri. Kita yang tak berhartapun berhak mendapatkan kebahagiaan. Caranya? Lakukan apa saja yang bermanfaat bagi orang lain , walau kecil namun lakukan demi cinta, WE can not do a great things. We can do a small things with great love.

No comments:

Kualitas elite rendah..

  Dari diskusi dengan teman teman. Saya tahu pejabat dan elite kita   berniat baik untuk bangsa ini. Namun karena keterbatasan wawasan dan l...