Saya membaca berita melalui
Kompas.com. Kisah seorang TKW yang disandera oleh PPTKI (perusahaan Pelaksana
Penempatan Tenaga Kerja Indonesia) karena tidak mampu membayar biaya
administrasi sebesar Rp 14 juta, setelah dia dipulangkan majikannya dari Taiwan.
Saya bisa membayangkan betapa naasnya nasip TKW itu. Niat keluar negeri mencari
nafkah karena himpitan kemiskinan di negeri sendiri namun setelah pergi
menyabung asa yang didapat adalah hutang yang tak mampu dibayar karena bekerja
diluar negeri tak mendapat apa apa. Bagaimana mungkin bekerja tidak mendapatkan
hasil? Ya begitulah sindikat business pengerahan tenaga kerja ke luar negeri. Negara melalui UU dan
Peraturan melegalkan perdagangan manusia dengan alasan mendatang devisa atas
kemelimpahan buruh didalam negeri. Negara tidak pernah merasa malu walau sudah
tergabung dalam G20 tetap melegalkan bahkan
mempromosikan program buruh migran untuk kemakmuran. Hingga jangan terkejut
bahwa inilah negara satu satunya yang melempar buruh keluar negeri dalam jumlah
terbesar. Padahal China yang merupakan jumlah
penduduk terbesar didunia, negara tetap tidak melegalkan rakyatnya menjadi
buruh di luar negeri.
Kalau kita ke Jepang kadang menemukan wanita Indonesia bekerja di KTV sebagai pramuria, juga di Taiwan. Usia mereka rata rata 19 -23 tahun. Mereka masih teramat muda. Umumnya kedatangan mereka ke jepang atau Taiwan diorganisir oleh perusahaan yang mendapatkan izin sebagai penyedia jasa misi kebudayaan. Tentu izinnya dikeluarkan oleh Kementrian kebudayaan dan Pariwisata. Tidak perlu analisa hebat untuk memastikan bahwa program pengerahan TKI keluar negeri itu tidak lain adalah perdagangan budak. Mereka bukan pekerja professional yang berhak mendapatkan perlindungan first class dari system negara. Mereka tidak punya keahlian special. Tidak punya akreditas expert. Sudah bisa ditebak dengan mudah bahwa yang dimanfaatkan adalah status mereka sebagai manusia sekelas hewan. Pekerjaan yang pantas adalah menjadi jongos para juragan kaya di Arab, malaysia, Hong Kong, Singapore. Ada juga sebagai pelayan di restoran dan bar, sebagian lagi terpaksa menjalani kehidupan sebagai pelacur. Mungkin ada yang bernasip baik diperlakukan manusiawi namun tidak sedikit yang diperlakukan bak hewan piaraan. Kadang dipuja dan kadang pula dilecehkan serendah sendal jepit.
Telah 68 tahun negeri ini merdeka, telah 68 tahun sejak para pejuang kemerdekaan melepas nyawa dari jasadnya dengan mengucapkan Allahuakbar. Merdeka atau mati. Lebih baik mati daripada hidup bercermin bangkai. Itu semua karena bangsa Indonesia tak mau dijajah. Tak ingin dijadikan bangsa budak. Namun setelah penjajah asing diusir dari negeri ini, penjajahan tidak otomatis hengkang. Ia digantikan oleh bangsa sendiri yang menjelma sebagai segelintir orang yang memimpin. Tuan terhormat mungkin akan tersinggung bila saya katakan ini. Ya benar mereka pahlawan devisa, demikian tuan berkata. TIdak ada yang menyuruh mereka jadi buruh migran atau buruh urban tidak ada. Benar! Itu mau mereka sendiri. Tapi lewat system pembangunan yang tidak akrab untuk orang lemah telah menjadikan mereka dimiskinkan dan dipinggirkan secara paksa. Kemiskinan bagi rakyat yagn tinggal di zamrud khatulistiwa adalah bencana. Mengapa? karena tidak seharusnya ada kemiskinan. Tidak seharusnya ada wanita menggadaikan dirinya untuk makan di negeri orang. Ini semua karena korupsi yang berlaku secara massive disemua sektor. Harga produk pertanian melambung tinggi namun petani tetap miskin. Perusahaan dan jumlah orang kaya semakin banyak namun gaji buruh sebulan sama dengan harga sekali makan di restoran jepang. Ekonomi tumbuh tinggi, APBN berlipat naiknya namun hutang semakin menggunung sehingga menggerus kekuatan APBN untuk fungsi sosialnya...
Kalau kita ke Jepang kadang menemukan wanita Indonesia bekerja di KTV sebagai pramuria, juga di Taiwan. Usia mereka rata rata 19 -23 tahun. Mereka masih teramat muda. Umumnya kedatangan mereka ke jepang atau Taiwan diorganisir oleh perusahaan yang mendapatkan izin sebagai penyedia jasa misi kebudayaan. Tentu izinnya dikeluarkan oleh Kementrian kebudayaan dan Pariwisata. Tidak perlu analisa hebat untuk memastikan bahwa program pengerahan TKI keluar negeri itu tidak lain adalah perdagangan budak. Mereka bukan pekerja professional yang berhak mendapatkan perlindungan first class dari system negara. Mereka tidak punya keahlian special. Tidak punya akreditas expert. Sudah bisa ditebak dengan mudah bahwa yang dimanfaatkan adalah status mereka sebagai manusia sekelas hewan. Pekerjaan yang pantas adalah menjadi jongos para juragan kaya di Arab, malaysia, Hong Kong, Singapore. Ada juga sebagai pelayan di restoran dan bar, sebagian lagi terpaksa menjalani kehidupan sebagai pelacur. Mungkin ada yang bernasip baik diperlakukan manusiawi namun tidak sedikit yang diperlakukan bak hewan piaraan. Kadang dipuja dan kadang pula dilecehkan serendah sendal jepit.
Telah 68 tahun negeri ini merdeka, telah 68 tahun sejak para pejuang kemerdekaan melepas nyawa dari jasadnya dengan mengucapkan Allahuakbar. Merdeka atau mati. Lebih baik mati daripada hidup bercermin bangkai. Itu semua karena bangsa Indonesia tak mau dijajah. Tak ingin dijadikan bangsa budak. Namun setelah penjajah asing diusir dari negeri ini, penjajahan tidak otomatis hengkang. Ia digantikan oleh bangsa sendiri yang menjelma sebagai segelintir orang yang memimpin. Tuan terhormat mungkin akan tersinggung bila saya katakan ini. Ya benar mereka pahlawan devisa, demikian tuan berkata. TIdak ada yang menyuruh mereka jadi buruh migran atau buruh urban tidak ada. Benar! Itu mau mereka sendiri. Tapi lewat system pembangunan yang tidak akrab untuk orang lemah telah menjadikan mereka dimiskinkan dan dipinggirkan secara paksa. Kemiskinan bagi rakyat yagn tinggal di zamrud khatulistiwa adalah bencana. Mengapa? karena tidak seharusnya ada kemiskinan. Tidak seharusnya ada wanita menggadaikan dirinya untuk makan di negeri orang. Ini semua karena korupsi yang berlaku secara massive disemua sektor. Harga produk pertanian melambung tinggi namun petani tetap miskin. Perusahaan dan jumlah orang kaya semakin banyak namun gaji buruh sebulan sama dengan harga sekali makan di restoran jepang. Ekonomi tumbuh tinggi, APBN berlipat naiknya namun hutang semakin menggunung sehingga menggerus kekuatan APBN untuk fungsi sosialnya...
Di Hong Kong saya melihat pariwara di TV yang memasarkan TKW untuk jadi jongos dirumah tangga. Di Singapore dan Malaysia anda bisa temukan iklan On sale terhadap TKW. Sebagai anak bangsa rasanya saya ingin berteriak marah dengan situasi ini. Rasul dikirim ke dunia bertujuan menghapus perbudakan. Negara dan bangsa inginkan merdeka karena rakyat tak ingin diperbudak. Namun perbudakan tak pernah bisa dihapus terutama oleh negeri yang para pemimpinnya mayoritas beragama Islam. Apa sebabnya? banyak sebab namun utamanya karena akhlak para pemimpin yang tak amanah. Perang melawan perdagangan wanita tidak dapat dimenangkan dengan
mudah. Namun perang terhadap perdagangan wanita harus dimenangkan. BIla negara tidak peduli maka kitalah sebagai pria yang harus melindungi wanita. Islam mengajarkan bahwa setiap pria
berkewajiban untuk melindungi wanita. Bagi wanita janda atau yatim maka orang tua atau anak , kakak
atau adik yang harus melindunginya. BIla orang tuan atau anak, adik atau kakak tidak ada
maka pamanlah yang harus melindungi wanita itu. Bila paman tidak ada maka
kerabat dekat yang harus melindunginya. Bila kerabat dekat tidak ada maka kerabat jauh yang harus melindungi namun bila tidak ada maka
masyarakatlah yang harus melindungi wanita.
No comments:
Post a Comment