Ketika kunjungan ke Dongwan, memang terasa sekali geliat kota ini tidak sama dengan lima tahun lalu. Menurut teman sejak global crisis tahun 2008 , lambat namun pasti satu demi satu pabrik yang berorientasi eksport bertumbangan. Tentu meninggalkan masalah yang tidak kecil, seperti pemutusan hubungan kerja dan juga berimbas kepada rekanan pabrik yang selama ini hidup bergantung dengan kegiatan produksi pabrik. Kehidupa kota juga berpengaruh besar. Banyak toko yang tutup karena lesunya konsumen. Banyak apartament yang ditinggalkan oleh penghuninya. Tempat hiburan yang kehilangan geliat konsumen asing dan semakin meredub seiring semakin ketatnya pemerihtah membatasi jam kerja tempat hiburan. Dongwan adalah symbol pertumbuhan kota yang bertumpu pada industry borientasi eksport dan jasa, yang akhirnya harus menerima nasip sebagai bagian dari crisis dunia.
Sahabat saya yang juga pengusaha di China , saya tanyakan solusi apa yang bisa dilakukan oleh pemerintah china dengan situasi ini. Teman itu menjawab dengan tegas bahwa tidak ada solusi. Ini masalah structural. Dimana kota dirancang untuk meraih peluang dari keberadaan pasar eksport dengan menempatkan keunggulan china dalam hal upah yang murah serta kurs yang lemah terhadap Negara tujuan eksport. Ini mengakibatkan harga barang china menjadi murah dan merajai pasar dunia. Namun berlalunya waktu, Negara tujuan eksport terkena dampak yang massive akibat banyaknya industry mereka yang tumbang akibat kalah bersaing dengan produksi dari China. Ketika China meraih pertumbuhan tinggi, Negara lain mulai melambat pertumbuhannya dan kini akibat global crisis , semua menjadi melambat. Hukum pasar akan berlaku dengan efektif terhadap situasi China kini, free entry free fall. Demikian kesimpulan teman itu.
Akankah china Fall ? Ketika bertemu dengan pejabat China , hal ini sempat saya tanyakan. Namun pejabat itu tersenyum. Dia mengatakan bahwa sector industry yang berorientasi eksport sejak tahun 2000 sudah semakin kecil sumbangannya terhadap GDP. Kalau tahun 2000 sumbangan eksport terhadap GDP sebesar 40% namun kini tinggal 23 %. Ini karena kebijakan jangka panjang pemerintah yang menempatkan sector pertanian dan pasar domestic sebagai ujung tombak dan sekaligus fondasi kokoh bagi pertumbuhan china yang berkelanjutan. Jadi kalaupun kini banyak industry yang tutup karena lemahnya permintaan export , itu sudah diantisipasi oleh pemeritah jauh sebelumnya. Proses penyesesuaian struktur ekonomi china yang berlandaskan kepada kekuatan komunitas dalam negeri akan terjadi dengan sendirinya secara efektif , terutama dengan adanya krisis global ini. Banyak industry asing yang hengkan dan akhirnya dibeli oleh pengusaha local untuk memenuhi pasar dalam negeri.
Namun hal yang menarik dari dialogh dengan teman maupun dengan pejabat china itu , bahwa dalam kondisi ekonomi booming maupun lesu, masyarakat china tidak berubah banyak secara materi. Sudah menjadi budaya mereka untuk bekerja keras mendapatkan hasil namun tidak memanjakan diri dengan segala kelebihan yang mereka dapatkan. Ketika keadaan memburuk bahkan terburukpun, rakyat tetap kuat diatas budaya hidup hemat dan sederhana. Mereka tetap percaya dengan pemerintah untuk bersama sama mengatasi masalah. Sudah menjadi keyakinan mereka bahwa kehidupan ini adalah berkah tak terbilang yang harus disyukuri. Dibalik banyak kesulitan dan derita akibat keinginan tak terpenuhi , ada rasa syukur. Mereka tak bekeluh kesah dengan keadaan dan terus bekerja serta menyesuaikan keinginan dengan keadaan. Ya mereka berdamai dengan diri mereka sendiri diatas banyak keinginan yang tak terpenuhi akibat crisis ekonomi, tanpa menyalahkan siapapun, temasuk tak menyalahkan pemerintah.
Saya tidak tahu bagaimana budaya rasa syukur itu terbangun di masyarakat China, namun yang saya tahu bahwa budaya rasa syukur itu merupakan ajaran akhlak dalam Islam. Allah dengan kehebatan dan keperkasaan yang termaha, berkata “"... sekiranya kalian menghitung-hitung nikmat Allah, nescaya kalian tidak akan dapat menghitungnya ..." (Ibrahim: 34). Demikian besar nikmat Allah yang telah dianugerahkan kepada kita. Dunia ini, beserta apa yang ada di dalamnya telah diciptakan Allah untuk kita, tetapi kebanyakan kita tidak pernah menyedarinya. Bagaimana mungkin kita meneikmati kehidupan tetapi tidak pernah mengetahuinya. "... Dia telah memberikan nikmat-nikmatnya secara sempurna kepada kalian, baik yang zahir mahupun yang batin ..." (Luqman: 20).
Kita cemas memikirkan tabungan yang menyusut, bisnis yang oleng, tagihan menggunung yang semakin sulit terlunasi. Kita berkeluh kesah dan lupa bahwa masalah itu umbernya adala kita lupa besyukur kepada Allah karena dibutakan oleh keinginan yang belum terpenuhi atau keinginan yang terganggu karena sesuatu sebab, yang sebetulnya adalah cara Allah untuk melatih kita agar semakin sadar akan nikmat Allah tanpa harus hidup diperbudak oleh kehendak nafsu yang tak terpuaskan.