Saya teringat dengan peristiwa dulu ketika saya membesuk putra teman yang di opname di Rumah Sakit. Ketika dia melihat saya datang , dia menangis dalam pelukan saya” Andaikan seluruh harta saya dapat mengembalikan anak saya seperti semula, saya ikhlas. Saya tidak sanggup melihat dia menderita seperti ini. Serasa seluruh langit berserta isinya ditimpakan ketubuh saya. ” Katanya. Saya perhatikan memang putranya antara hidup dan mati. Sebagian organ tubuh dalamnya terkena inspekasi akibat racun narkoba. Tubuhnya nampak kurus dengan perut membuncit. Ini sudah berlangsung lebih satu bulan dirumah sakit. Tanda tanda kematian sudah dekat namun nyawa tak kunjung tercabut dari jasadnya. Dari itu semualah teman saya ini menyaksikan dengan segala kepedihan hatinya melihat buah hatinya terbujur dalam derita. Dia tak mampu berbuat apapun walau harta yang dikumpulkanya tak terbilang banyaknya.
Teman saya ini adalah pengusaha Freight Forwarder. Saya tahu usahannya tidak bisa dilepaskan dari kepiawaiannya menembus birokrasi bea dan cukai. Dia pernah bercerita bagaimana kedekatannya dengan pejabat bea dan cukai untuk melancarkan semua urusan kepabean dari customernya. Karena kehebatannya itulah, akhirnya dia mendapatkan pelanggan yang banyak dan uangpun mengalir deras kedalam kas perusahaannya. Dulu, saya pernah ingatkan dia akan dosa perbuatannya. Dia dan para pejabat itu telah melakukan tindakan korup yang merugikan negara. Yang merugikan amanah rakyat. Tapi teman ini menjawabnya dengan senyuman, yang kadang kala terkesan mentertawarkan nasehat saya. Memang sulit untuk menjelaskan bahaya korupsi terhadap diri dan keluarga ketika orang sedang menikmati limpahan kemewahan dari harta korupsi itu. Mereka baru menyadari ketika prahara datang. Sesalpun datang namun terlambat.
Rasul pernah bersabda ” Sesungguhnya tidak akan pernah masuk ke dalam surga, daging yang tumbuh dari makanan yang haram, ia lebih utama masuk ke dalam api neraka”. Dapatkah dibayangkan makna dari hadith ini. Seorang ayah yang mendapatkan penghasilan dari tindakan korupsi dan itu diberikan kepada anak istrinya maka itu akan menjadi darah dan daging. Darah daging ini akan mempengaruhi jiwa untuk berpaling dari Allah. Itulah yang pernah saya sampaikan kepada teman itu dulu. Seberapa kerasnya dia mendidik anaknya untuk tumbuh menjadi anak yang sholeh namun akan sia sia selagi anak anaknya hidup dari hasil korupsinya. Dia baru merasakan betapa beratnya hukuman Allah kepada dirinya. Hukuman Allah tidak langsung kepadanya tapi kepada orang yang sangat dia cintai dan dia manjakan dengan segala limpahan harta.
Seakan Allah berdialogh dengan nya ” Kamu abaikan Aku dengan perbuatanmu demi orang yang kamu cintai dan kini lihatlah akibat perbuatanmu. Kamu lebih jahat dari binatang yang tega menganiaya anaknya sendiri. Karena sabda Allah ” Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai." (Al A'raaf, QS 7 : 179].
Saya teringat dengan hadith Nabi ” Sesungguhnya Allah jika menghendaki membinasakan seseorang hamba, maka Dia mencabut dari orang itu rasa malu. Jika telah tercabut darinya rasa malu, engkau tidak menjumpai orang itu kecuali bergelimang dosa. Jika engkau tidak menjumpai kecuali bergelimang dosa, dicabut (pula) dari dirinya amanah. Apabila telah dicabut darinya amanah, engkau tidak menjumpainya kecuali sebagai orang yang berkhianat dan dikhianati. Jika engkau tidak menjumpainya kecuali dalam keadaan berkhianat dan dikhianati, maka dicabut darinya rahmat (Allah). Apabila telah dicabut darinya rahmat (Allah), engkau tidak menjumpainya kecuali dalam keadaan terkutuk dan terlaknat. Jika engkau tidak menjumpainya kecuali dalam keadaan terkutuk dan terlaknat, maka dicabut darinya ikatan dengan Islam”. (Hadits Riwayat Ibnu Majah dari Abdullah bin Umar).
Tak berapa lama setelah itu, putra teman saya itu meninggal. Ketika itu saya lagi diluar negeri. Saya sempat memberikan ucapan belasungkawa melalui email. Tapi tak dibalasnya. Mungknkah teman ini kembali kepada Allah dengan peristiwa kematian anaknya ?Belakangan saya tahu , dia bercerai dengan istrinya untuk menikah dengan wanita yang lebih muda. Karena istrinya selingkuh. Itulah sepenggal kisah dari teman saya yang bukan pejabat negara tapi hidup bergelimang harta karena menyuap pejabat negara. Siapapun yang merasa korup sgeralah bertobat sebelum hukuman terberat datang. Jadi , kalau anda benar benar mencintai anak dan istri maka jangan beri nafkahi mereka dengan api neraka. ! Jangan ! Sukses tak terbilang sebagai kepala keluarga apabila memiliki anak yang sholeh dan istri yang sholeha. Dan itu haruslah makanan yang halal. !