Friday, October 01, 2010

Ibu

Dalam perjalanan diluar negeri, saya pernah melihat seorang ibu sedang memungut makanan dari tong sampah. Saya pikir si ibu itu akan menelan makannya tapi ternyata saya salah. Makanan itu dari mulutnya langsung disuapkan kedalam mulut anak balitanya. Suapan dari mulut kemulut ini berlangsung ditengah hilir mudik orang ramai yang melirik peristiwa itu. Saya sempat terkejut. Karena saya sadar bahwa si Ibu menggunakan mulutnya untuk membersihkan makanan itu dari kotoran dan setelah bersih dia tidak menelannya tapi dia justru memberikannya kepada anak balitanya. Inilah pengorbanan yang fantastic. Sulit diterjemahkan dengan akal sehat. Tapi kehidupan ini memang ada karena berkat pengorbanan orang yang tak banyak dicatat oleh sejarah.

Dulu ketika saya tamat SLP dan diterima di SMU. Karena tidak ada uang untuk membeli seragam sekolah, ibu saya , dari sore sampai keesokan paginya tanpa istirahat , dalam keadaan sakit batuk menjahit celana panjang untuk saya dan celana itu bahannya dari celana yang dimiliki oleh ayah saya. Itu dia lakukan agar keesokan paginya saya bisa sekolah dengan seragam baru. Ketika saya berangkat sekolah, yang saya lihat tak ada nampak sedikitpun kelelahan dari ibu kecuali rasa bahagianya karena melihat saya tersenyum untuk pertama kalinya menggunakan celana panjang kesekolah. Ayah sayapun tersenyum walau celana terbaiknya harus dikorbankan untuk seragam sekolah saya. Mereka sendiri tidak tahu apakah selanjutnya saya bisa terus sekolah. Tapi kekuatan cintanya pada hari itu adalah titik awal yang membuat saya dewasa.

Apa yang dialami oleh ibu, juga berlaku bagi kita sebagai bentuk apa yang disebut dengan detachment - buah dari iman dan kedahsyatan. Ketika dia berkorban , “Aku “ bukan lagi subject yang bertindak. Tak ada rasa sakit, sedih , cinta, harapan, ketakutan, tak ada aku. Semuanya adalah titah-Mu. Sejenis pengorbanan diri yang sublime. Berkorban adalah peniadaan ganda. Meniadakan aku dan meniadakan apa yang bagian dari diriku. Apa yang luar biasa dari kisah pengorban itu ? Apa yang luar biasa adalah bahwa kita jarang mengingat bahwa secara DNA anak itu bukanlah milik Ibu. Dia milik sang Ayah. Tapi dia berbuat dengan pengorbanan untuk sesuatu yang bukan miliknya.. Keikhlasan karena titah illahi dan di design untuk itu. Memang sebuah pengorban yang sublime

Bagaimana si Ibu bisa begitu tegar dan ikhlas berkorban untuk anaknya ? Padalah kebanyak ibu tidak pernah sekolah ke pribadian bahkan tidak paham ilmu spikologi anak. Ya inilah kekuasaan Allah. Ketika Allah menciptakan wanita, maka Allahpun menyiapkan software “ pengorbanan “ itu Jadi antara hardware dan software sudah di build up oleh Allah Selanjutnya dalam perkembangan ketika dia berkeluarga, Allahpun mendidiknya secara langsung bagaimana bersikap dan berkorban itu. Walau kadang anak terlahir dari Ayah yang bejat namun tidak ada dendam ibu kepada anak yang notabene secara genetik adalah milik ayah. Anakpun dididiknya untuk tidak ikut membenci ayahnya. Luar bisa. ! Ikhlas, tawadhu tanpa dendam.

Karena Allah mendesign wanita untuk berkorban maka Allahpun menegaskan bahwa “ jangan menyembah selain aku dan berbuat baiklah kepada kedua orang tuamu ((QS. Al Isra’:23). Kewajiban menyembah kepada Allah bersanding dengan kewajiban berbuat baik kepada kedua orang tua. Inilah keadilan Allah. Karena ketika Ibu berbuat berkorban sebetulnya itulah repliksi cinta Allah yang hadir dalam kehidupan kita. Mencintai dan menghormati ibu adalah repliksi kecintaan kepada Allah itu sendiri. Bila cinta ibu tak bertepi maka begitulah cinta Allah yang juga tidak bertepi kepada makhluk yang bernama Manusia. Rasa syukur kepada Allah haruslah terujudkan dengan senantiasa menghormati dan berkorban kepada kedua orang tua kita , khususnya ibu ( QS-Luqman 14 ).

Saya baru berangkat ketanah suci setelah memberangkatkan terlebih dulu ibu saya pergi menunaikan ibadah haji. Atau seperti teman yang saya temui di Mekkah, suami istri begitu memuliakan ibunya dengan menjaga dan melayani kebutuhan ibunya ditengah kesibukan beribadah. Itu salah satu cara meng hilangkan “aku”, ketika berbuat baik kepada ibu dan tentu masih banyak lagi contoh yang kesemuanya bermuara karena rasa syukur kepada Allah dan tentu juga berterimakasih kepada kedua orang tua.

Wednesday, September 29, 2010

Kalamullah

Kemarin saya telp ibu saya untuk menanyakan keadaan kesehatannya. Terdengar suara ibu saya seperti orang menahan tangis. “ Sekolah TK kami akan ditutup oleh Dinas bila sampai minggu depan Toilet tidak disediakan. Kami sudah berusaha cari donator tapi tidak dapat. Juga berusaha cari pinjaman , juga tidak dapat. Amak sedih bila memikirkan murid murid harus berhenti sekolah kalau sampai TK itu ditutup. Para orang tua murid tidak bisa diharapkan membantu karena mereka orang miskin. “ Demikian ibu saya berkata. “ Kenapa amak sedih “ aku bertanya. Dia terdiam agak lama kemudian dia berkata “ Barusan amak kerumah orang kaya. Mobilnya ada empat. Dia sendiri suruh datang kerumah untuk mengambil uang zakat untuk membantu TK itu tapi lebih dua jam amak tunggu di teras, jangankan bantuan diterima , air putihpun tidak tersedia.. Betapa sulitnya berjuang menegakkan kalamullalh. Semoga Allah memberikan kesabaran buat kami semua.

Saya sempat tersentak. Yang saya tahu ibu saya tidak pernah serapuh ini. Karena dia terlatih sebagai kader Muhammadiah dan ditempa lebih dari 30 tahun dalam perjuangan. Bahkan saya melihat di album tua, nampak Ibu saya sedang hamil saya sedang berdiri di podium berceramah dalam kegiatan social Aisyiah dikota kelahiran saya di Pagar Alam--kota kecil di kaki Gunung Dempo. Muhammdiah tidak memberikan gaji atau tunjangan bagi para pengurus. Semua pengurus menjadikan muhamadiah sebagai ladang berjihad. Setela reformasi anggaran social semakin kecil dan kalaupun anggaran itu ada hanya untuk keperluan belanja rutin dinas social di PEMDA. Kementerian Pendidikan mempunyai standard compliance untuk izin berdirinya sekolah. Mereka tidak peduli apakah sekolah itu untuk social atau tidak. Apabila tidak memenuhi compliance maka terpaksa ditutup. Walau karena itu akan mengorbankan murid dari keluarga miskin.

Itulah yang dirasakan oleh Ibu saya, bahwa tantangan perjuangan menegakkan kalamulllah semakin tahun semakin berat. Walau Indonesia sudah tergabung dalam G20 , walau UUD 45 pasal 34 telah mengamanatkan agar negara bertanggung jawab kepada orang miskin tapi tanggung jawab social negara kepada rakyat hanya sebatas formal yang tercantum dalam APBN tapi kenyataannya berdasarkan hasil survey ADB masih ada sekolah Dasar di Bekasi yang tidak punya bangku sekolah. Bayangkanlah, Bekasi yang lokasi hanya sejengkal dari kantornya Menteri dan Presiden mengalami seperti itu apalagi daerah terpencil lainnya. Bahkan sebagian besar guru Sekolah Dasar masih banyak yang tamatan SMU. Ibu saya menyadari itu, Dia tidak mengeluh hanya sedih saja. Nalurinya sebagai pegiat Aisyiah mengatakan bahwa semakin tidak peduli negara , semakin tidak bersahabatnya system negara kepada orang miskin , itu artinya semakin luas ladang ibadah bagi orang beriman untuk menegakkan kalamullah.

Apakah kalamullah itu ? “ Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim, dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin. Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya, orang-orang yang berbuat riya, dan enggan (menolong dengan) barang berguna (al-mâ’un),” (QS Al-Ma’un [107]: 1-7). “ Ketika Muhammdiah berdiri , ini gerakan itjihad para ulama hebat yang percaya bahwa sumber kemiskinan adalah kebodohan. Kebodohan rakyat akan membuat penjajahan terus terjadi. Penjajahan yang dimaknai oleh Muhammdiah adalah terbentuknya kelas orang pintar dan orang bodoh. Perbedaan kelas ini sengaja dikekalkan agar system menjajah do exist. Penindasan hak orang lemah terus terjadi. Dari keyakinan inilah Muhammadiah berserta organisasi dibawahnya berjihad memberikan akses kepada orang miskin akan pendidikan. Itulah yang membuat ibu saya sedih karena terancam sekolah TK nya akan ditutup hanya karena tidak ada toilet.

Selama ini kita gemar membangun mesjin dengan mewah. Soal ini ibu saya mempunyai pendapat dan ini tak pernah saya lupa, "ketahuilah kesalehan ritual tanpa diimbangi dengan kesalehan sosial adalah amalan yang salah dalam praktik agama". Seusai ibu saya menelphone, sayapun langsung mengirim uang untuk keperluan biaya membuat Toilet TK nya itu.. Ibu saya berkata " Amak baru merasa lega kalau perjuangan ini diaspirasi oleh mayarakat khususnya oleh pemerintah bukan hanya oleh anak anak amak saja. " Begitulah Ibu saya yang selalu punya semangat untuk memberikan kesempatan bagi siapa saja untuk dekat ke ALlah lewat spiritual sosial. " Bukan jumlah yang kita tuju tapi ikhlasnya. "Demikian ibu saya.

Ibu saya tidak pernah masuk perguruan tinggi. Tapi dia pernah memimpin Aisyiah tingkat Propinsi dan acap menghadiri pertemuan tingkat nasional. Pasih bahasa arab dan mampu berkomunikasi dalam bahasa inggeris dengan baik. Ayah saya bukan aktifis Muhammadiah . Ayah saya orang miskin tapi selalu memberikan dukungan kepada ibu saya untuk aktif. Setelah Ayah saya tidak ada maka kini tentu tugas kami para putra putrinya untuk mendukungnya dan menjadi pewaris semangatnya untuk menegakkan kalamullah agar tidak di cap oleh Allah sebagai orang yang “lalai “ sholat. Atau orang yang sholat tapi tidak melaksanakan pesan pesan yang ada dalam sholat. Atau disebut sebagai orang yang mendustakan agama atau munafik…

Wednesday, September 22, 2010

Istri ?

Saya punya kakak perempuan seorang guru dan suaminya PNS di Pemda. Walau keduanya bekerja namun kehidupan rumah tangga mereka sangat harmonis. Bagi kami bersaudara , kakak kami itu menjadi panutan. Betapa tidak ? walau suaminya bekerja sebagai bendahara di PEMDA namun mereka tetap hidup sederhana. Suaminya sangat jujur dan Kakak saya sendiri Guru SD yang juga sangat tinggi dedikasinya. Walau kakak saya punya pendidikan yang lebih tinggi dibandingkan suaminya namun rasa hormatnya kepada suaminya sngat tinggi. Ketika saya tanya jawabnya sederhana sekali " Saya bekerja karena izin suami. Kalau dia larang saya bekerja itu adalah haknya. Jadi tak ada alasan saya menepuk dada dengan pekerjaan saya." Sementara suaminya berkata " Saya menghormati dia karena dia ikhlas membantu saya mencari nafkah. Karena kamu tahulah berapa gaji bagi PNS seperti saya. " Saya melihat keluarga kakak saya , saya melihat bagaimana Al Quran menempatkan keistimewaan seorang suami yang memimpin keluarga dan bagaimana menempatkan istri sebagai yang dipimpin.

Istri menyadari dan menerima dengan ikhlas bahwa kaum laki-Iaki adalah pemimpin kaum wanita. (An-Nisa’: 34).. Artinya istri menyadari bahwa hak (kedudukan) suami setingkat lebih tinggi daripada istri. (Al-Baqarah: 228). Dan yang lebih penting adalah soal kewajiban bahwa ”Istri wajib mentaati suaminya selama bukan kemaksiatan. (An-Nisa’: 39). Tidak ada alasan istri untuk tidak taat kepada suami kecuali bila suami menyuruh berbuat maksiat. Apapun yang lakukan oleh istri itu haruslah atas permintaan suami termasuk bekerja diluar rumah. Nilai ibadahnya bukan soal pekerjaanya tapi kepada ketaatannya kepada suami. Jadi bagi istri yang tinggal dirumah tanpa pembantu tidak perlu kecewa karena setiap keringatnya dihitung sebagai ibadah oleh Allah. Bagi istri yang bekerja diluar rumah atas permintaan suami tidak perlu merasa superior bila penghasilannya lebih besar dari suami karena tanpa izin suami maka penghasilannya itu haram. Ingatlah bahwa Allah hanya memberi satu syarat bagi istri untuk bisa masuk sorga yaitu bila dia taat dan setia kepada suaminya , dan tentu dia harus beriman.

Jadi kewajiban istri hanya satu yaitu taat kepada suami. Sekilas nampak sangat tiran. Lantas bagaima soal hak istri ? Hak itu melekat pada kewajiban suami terhadap istri termasuk cara memperlakukan istri agar suami tidak berlaku sewenang wenang. Dalam hubungan ini, memang terkesan ada kesetaraan antara istri dan suami. Seperti - Suami istri, hendaknya saling menumbuhkan suasana mawaddah dan rahmah. (Ar-Rum: 21). Karenanya harus saling mempercayai dan memahami sifat masing-masing pasangannya. (An-Nisa’: 19 - Al-Hujuraat: 10). agar terjadi suasana pergaulan yang harmonis. (An-Nisa’: 19). Dan mau menempatkan rasa hormat untuk saling menasehati dalam kebaikan. (Muttafaqun Alaih). Emansipasi itu terletak pada human being bukan soal hak dan kewajiban yang sudah jelas diatur oleh Allah.

Akhirnya yang lebih penting adalah “ Suami hendaknya menyadari bahwa istri adalah suatu ujian dalam menjalankan agama.” (At-aubah: 24). Namanya ujian tentu bukanlah hal yang mudah dan murah. Mungkin banyak hal yang tidak disukai terhadap istri tapi ketahuilah dibalik yang tidak disukai itu ada kebaikan. Begitulah Allah menguji keimanan kita. Segala sifat mulia harus teaktualkan dalam berhubungan dengan istri. Rasul bersabda “Orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah, yang paling baik akhlaknya dan paling ramah terhadap istrinya/keluarganya. (Tirmudzi). Dari suami yang sholeh tentu akan mendapatkan istri yang juga sholeh. Karena Allah mengajarkan kepada semua pria sholeh untuk berdoa agar mendapatkan istri yang sholeh. (AI-Furqan: 74).

Dari keluarga kakak saya , itu semua terurai dengan begitu indahnya. Tidak ada lain yang nampak dipermukaan kecuali rasa hormat satu sama lain untuk menjadikan semua sebagai ibadah kepada Allah. Semoga persepsi tentang emansipasi wanita tidak sampai pada melawan firman Allah. TIdak sampai menempatkan istri merasa superior dan akhirnya suami merasa rendah. Maha benar Allah atas segala firmanNya.

Wallahualam

Monday, September 20, 2010

Amerika Serikat.

Tidak ada satupun lembaga atau individu yang tidak bersinggungan dengan Bank. Bank adalah barometer kesehatan ekonomi suatu negara. Ini berhubungan dengan system bagaimana negara mengatur urat nadi yang begitu pital terhadap uang. Bahkan dalam kebijakan ekonomi modern , peran bank begitu pentingnya sebagai agent of development untuk menggerakan semua sektor sesuai dengan program pemerintah. Tak berlebihan bila krisis global jauh lebih dahsyat gaungnya ketimbang krisis pangan. Karena krisis global berhubungan dengan krisis keuangan dan tentu bersinggungan dengan dunia perbankan. Jatuhnya pamor partai Republik di AS lebih disebabkan oleh terjadinaya krisis keuangan di AS. Itulah yang terjadi sekarang pada pada AS dan negara yang follower AS

Sejak usai perang dunia kedua,AS memimping perubahan disegala bidang. Hal ini disebabkan oleh kehebatan system AS mengatur dunia keuangannya. Hampir sebagian bersar negara didunia mengikuti platform moneter AS. Mata Uang Dollar Amerika Serikat dijadikan patokan bagi banyak negara untuk menentukan kursnya dan otomatis menjadikan dollar Amerika Serikat sebagai cadangan devisa setelah berlelah menguras energi berproduksi dan menguras sumber daya alam. Bila negara lain menerbitkan Surat Hutang ( obligasi ) makan lembaga rating yang berkantor di New York berhak untuk menentukan qualitas Surat Hutang itu. Tapi kalau AS menerbitkan surat hutang maka tidak boleh di rating. Tbill AS dinyatakan dengan tegas sebagai No Risk. Lembaga the last lending resource seperti IMF dikuasai mayoritas sahamnya oleh AS. World Bank yang bertugas membantu program pembangunan banyak negara di kendalikan oleh AS.

Begitulah kehebatan AS. Kalau diibaratkan kehidupan maka uang itu sama dengan air. Tanpa air manusia tidak bisa hidup. Tanpa uang manusia tidak bisa berbuat. Memang uang bukanlah segala galanya tapi segala galanya butuh uang di era sekarang. Kemakmuran AS dalam mengendalikan uang atau air kehidupan percis sama dengan digambarkan oleh Allah dalam kisah kaum Saba. Saba’ adalah nama kaum keturunan Nabi Hud. Mereka memiliki kerajaan yang bernama Sabaiyyah dengan ibukota Ma’arib. Al Quran menceritakan tentang negeri ini yang makmur berkat adanya bendungan raksasa bernama Ma’aarif. Zaman dulu kala , ketersediaan air dan bendungan adalah berkah tak terhingga apalagi letak negeri itu berada diwilayah Yaman yang termasuk langka akan air. Bagi AS bendungan air itu sama dengan IMF dan World Bank serta Federal Rerserved. Semua uang dari seluruh dunia mengalir ke AS dan di bendung oleh Federal reserved di New York

Kehancuran kaum Saba karena Allah mendatangkan badai hujan deras (saiful Arim ) hingga menjebol bendungan raksasa itu. Akibatnya negeri kaum Saba mengalami kekeringan dan kerajaannyan menjadi lemah dan akhirnya dipermalukan oleh kaum sekitarnya. Inilah azab Allah karena kaum Saba inkar kepada Allah dan memusuhi Rasul Allah yang berusaha menyampaikan kabar kebenaran dari Allah. Hal ini tak ubahnya dengan Amerika Serikat yang dilanda badai moneter yang dipicu oleh kredit perumahan. Federal Reserved yang merupakan Bendungan terkuat dan raksasa uang ,jebol setelah berkali kali mem bail out lembaga keuangan yang bermasalah. Tahun 2009 sudah lebih 140 bank yang dibekukan dan tahun 2010 diperkirakan jumlahnya akan berlipat dua kali. IMF sebagai penyangga reputasi dan trust AS sudah di restrukture dan AS tidak lagi sebagai pengontrol utama. Begitupula dengan World bank.

Karena Bendungan uang jebol dan tentu mengakibatkan kekeringan likuiditas dimana mana. Banyak perusahaan yang tak mampu berkembang karena bank sedang berdarah darah dan kehausan akan uang. Akibatnya banyak program sosial yang tadinya begitu mudah pemerintah AS jelontorkan untuk rakyatnya kini tak mampu lagi karena tak ada lagi aliran dana masuk ke AS. Kalaupun ada itu bukanlah dana yang bisa dibendung sesukanya. Itu hot money yang mudah masuk dan mudah pula pergi. Upaya perbaikan struktur yang dilakukan Team Ekonomi Obama tidak bisa berjalan dengan mulus. Ini akan semakin memperparah situasi ekonomi AS dimasa depan. Permasalahannya adalah AS tidak pernah menyadari bahwa bencana ekonomi itu adalah hukuman dari Allah sebagai akibat bangkrutnya spiritual. Tak ubahnya dengan kaum Saba.

Bagi kita, apa yang terjadi di AS adalah pelajaran berharga dan merupakan penguat iman..Apabila kesombongan suatu kaum sudah keterlaluan dan tak ada lagi yang mampu untuk melawannya maka Allah lah yang akan menghadapinya. Bahwa Allah berbuat dengan sesukanya. Sudah saatnya para pemimpin berkiblat kepada ulama dan jangan lagi berkiblat kepada professor Harvard atau ekonom World Bank atau IMF. Semua hal untuk mengatur kehidupan telah Allah ajarkan didalam Al Quran dan Rasul telah mencontohkan bagaimana peradaban yang dirahmati Allah dibangun . Ulama yang merupakan titisan Rasul akan selalu bersedia untuk diajak bicara bagaimana mengelola bangsa untuk menjadi rahmat bagi alam semesta. Kembalilah sebelum terlambat.

Saturday, September 04, 2010

Budaya Mudik

Budaya mudik pada hari libur keagamaan di Asia sangat fantastic khususnya di China dan Indonesia. Tak ada satupun imbauan atau aturan negara yang memaksa orang untuk mudik. Tapi komunitas yang jumlahnya tak terbilang itu menjadi gerombolan yang terorganisir dengan baik untuk bergerak kesatu arah yang sama , yaitu kekampung halaman. Para komunitas ini tidak peduli dengan ongkos yang harus dikeluarkan, berlelah lelah dalam perjalanan adalah hiburan tersendiri bagi komunitas ini. Ini terjadi bukan hanya satu generasi tapi dari generasi kegenerasi. Sudah menjadi budaya yang tak lekang oleh panas dan lapuk oleh hujan. Dunia boleh canggih. Satelit boleh bertebaran diangkasa, Internet boleh mewabah dimana saja, namun komunikasi tatap muka dan cium tangan bersama handai tolan tak tergantikan.

Air pancuran jatuh melewati bambu. Agama mengalir melewati Budaya. Agama berkata, adat memakai. Suatu kombinasi termaha agung yang menyatukan manusia , alam dan Tuhan. Inilah fitrah manusia sesungguhnya. Inilah yang disebut dengan geopolitik dan geostrategis dalam kebijakan mengelola komunitas. Siapapun pemimpin yang ingin membangun peradaban tanpa memperhatikan geopolitk, geostrategis akan mandul ditengah jalan. Kebijakan hanya ada dalam catatan buku besar namun tak pernah sampai diterapkan secara memuaskan. Ilmu hebat dibidang ekonomi, sains hanya sampai dilaboratorium dan memenuhi perpustakaan. Sementara peradaban yang diimpikan oleh para cerdik pandai tak bertemu dengan kenyataan karena kebijakan yang dibuat tidak membumi. Kebijakan lepas dari orbit.

Pemimpin boleh berganti tapi gunung selalu ditempatnya. Bukit tak pernah pergi dari dudukannya. Mengelola komunitas adalah mengelola wilayah dan budaya. Ketika Majapahit berkuasa di Nusantara ini, ketika itulah Islam masuk ditanah Jawa yang dibawa oleh para wali yang sebagian besar berasal dari tanah daratan China. Para wali tidak menghilangkan budaya lokal tapi memoles budaya itu dalam nuasa Islam. Makanya lambat laun islam menyebar luas di Nusantara dan yang lebih penting lagi tidak ada sedikit pertentangan dengan kerajaan Majapahit karena mereka melihat Islam datang tidak menawarkan sebuat revolusi tapi reformasi budaya untuk kedamian dan kesejahteraan. Dari budaya islami dengan kearifan lokal, aqidah ditegakkan. Kerajaan Majapahitpun runtuh tanpa revolusi bau amis darah, yang digantikan oleh kerajaan Islam.

Hal tersebut diatas adalah fakta sejarah. Bukan hanya terjadi di Indonesia tapi hampir diseluruh dunia penyebaran agama islam melalui misi social dan budaya. Karena sebelum agama diperkenalkan Manusia sudah berinteraksi lebih dulu dengan alam dan tentu Allah yang mengajarkan manusia untuk beriteraksi itu secara turun temurun. Orang minang berkata ” Alam terkembang Jadi guru ” Islam adalah project sosial dari sebuah gerakan akhlak untuk meninggikan agama Allah. Tak sulit untuk dipahami oleh seluruh budaya didunia bila kearifan islam tampil untuk cinta dan kasih sayang membangun peradaban yang lebih baik. Tentu tak sulit bila syariah Islam ditegakan tanpa menyinggung budaya lokal. Inilah yang terjadi pada budaya mudik.

Romantisme budaya untuk selalu ingat kampung halaman , untuk ingat kepada orang tua , kepada teman , kepada handai tolan adalah bagian yang tak dipertentangkan oleh ajaran Islam dan bahkan inilah ujud tertinggi akhlak mulia untuk rindu saling menyapa dan berkasih sayang sebagai mana Islam mengajarkan bahwa kecintaan kepada sesama mekhluk adalah repliksi kecintaan kepada Allah. Andaikan para pemimpin Negara, pemimpin agama , para intelektual , para ahli rekayasa sains dapat melahirkan sebuah platform membangun peradaban dalam satu kuridor budaya dan agama, alangkah indahnya. Karena platform ini tidak butuh propaganda untuk dimengerti rakyat. Ia akan mengalir dengan sendirinya dan langsung diterima oleh rakyat sebagai sebuah kepatutan tanpa paksaan, seperti budaya mudik. Negara tinggal memberikan kanal dengan seluas mungkin agar proses pembangunan berjalan dengan tertip dan aman.

Apa yang terjadi sekarang ? Para pemimpin sibuk membangun dengan platform dari luar. Budaya rakyat yang gemar bermusyawarah menyelesaikan masalah dipaksa untuk melakukan sistem voting. Budaya bertengkar dipertontonkan didepan khalayak ramai lewat tayangan televisi. Disetiap sudut kampung ada warung kecil untuk memenuhi kebutuhan hari hari komunitas. Tapi bukan itu saja, warung itu juga berfungsi sebagai jaring pengaman sosial membantu yang tak beruntung untuk berhutang. Tapi budaya ini dilabrak habis dengan membangun jaringan ritel modern berskala kecil sampai modern dengan konsep ” Tak ada uang tak ada barang.” Ulama sibuk ikut membudayakan jalan jalan ke Makkah dengan standard VVIP sementara rakyat miskin di Sitiung bingung ada Musholla tapi tidak ada guru ngaji..

Dari budaya mudik, dihari yang Fitri , kita bukan hanya bersilahturahami dan bermaafan tapi juga mengingatkan kita agar kembali kefitrah kita. Kembali kepada kesejatian kita untuk membangun dan membumi. Kalau itu dilaksanakan maka peradaban di rahmati Allah akan terjadi kini dan disini...

Wednesday, September 01, 2010

Waktu Sholat

Bukankah sholat dilakukan pada dua bagian siang dan disebagian dari malam sebanyak lima waktu. Artinya sholat itu berhubungan dengan cahaya matahari. Lantas bagaimana dengan daerah lain yang pergantian siang dan malam itu jauh sekali. Di St Peterburgs, pada tanggal tertentu dibulan juni , pada malam hari matahari masih nampak. Di Finlandia, malam hanya satu jam. ” Demikian kata teman saya ketika kami berdiskusi soal agama.” Kalau memang Islam itu untuk seluruh umat manusia , saya rasa ibadah sholat dan Puasa benar benar kacau bagi masyarakat diluar wilayah tropis yang jauh dari lahirnya agama islam. Dan kalau kita berpatokan dengan waktu sholat yang ada sekarang , bukankah jam baru ditemukan ketika era Khalifah Harun Al-Rasyid. Sebelumnya tidak ada. ” katanya kemudian. Saya dan mungkin sebagian orang Indonesia yang selama in diajarkan tentang pergantian siang dan malam sebagai hakikat waktu sholat dan puasa. Memang bisa bingung juga..

Apa yang diungkapkan teman itu berangkat dari persepsi dan fiqih yang terdapat dalam firman Allah ( Qs. Al Israa 17:78 ) Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan (dirikanlah pula shalat) subuh.. Sesungguhnya shalat subuh itu disaksikan (oleh malaikat). Dan ( QS. Huud 11:14) dirikanlah sholat itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat” Dari dua ayat ini, kita mengetahui kata kata tentang gelap malam yang berhubungan dengan eksistensi cahaya matahari. Kita diwilayah tropis dan siapapun yang berada diwilayah tropis seperti Arab dan Afrika, tentu tidak ada masalah untuk melaksanakan ritual sholat dan puasa sesuai dengan eksistensi cahaya matahari. Bahkan dari dulu kala kita menggunakan tongkat istiwa’ (istilah Jawa: bencet) di setiap (depan) masjid Arah bayangan tongkat yang diterpa matahari itulah yang dijadikan dasar menentukan waktu sholat.

Tapi bagaimana dengan daerah subtropis ? yang keberadaan cahaya sangat minim seperti ungkapan teman saya itu ? Ada dua hal menjawab tentang cahaya ini. Pertama , mungkin cahaya matahari bukan berarti pengertian cahaya seperti kita didaerah tropis, dimana matahari bersinar terang dan bila malam langit kelam. Bisa saja malam seperti kita di daerah tropis tidak sekelam seperti orang di daerah subtropis. Atau siang di daerah tropis tidak seperti siang didaerah subtropis. Perbedaan ini berhubungan dengan sunnatullah, factor abiotik yang tiap wilayah berbeda beda karena dipengaruhi oleh iklim dan lainnya. Tentu semua manusia mempunyai kemampuan untuk beradaftasi dan karena waktu pula yang mempengaruhi kualitas cahaya untuk manusia bekerja dan istirahat. Ini bagian ekosistem kita dibumi. Jadi tidak bisa menjustifikasi cahaya matahari seperti wilayah tropis adalah harus sama dengan wilayah subtropis, ya kan.

Kedua, sebagaimana firman Allah pada (QS. 17:12) “Dan Kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda, lalu Kami hapuskan tanda malam dan Kami jadikan tanda siang itu terang, agar kamu mencari kurnia dari Rabbmu, dan supaya kamu mengetahui bilangan tahun-tahun dan perhitungan. Dan segala sesuatu telah Kami terangkan dengan jelas”. Nah dari firman Allah semakin jelas bahwa istilah malam dan siang “sebagai sebuah tanda “ , agar kita ”mengetahui bilangan tahun-tahun dan perhitungan”. Ada arahan dari Allah untuk kita mengetahui ”perhitungan” , yang bisa kita gunakan pula untuk menentukan jadwal sholat. Seorang sahabat bertanya kepada Rasul ”Wahai Rasul, bagaimana dengan daerah yang satu harinya (sehari-semalam) sama dengan satu tahun, apakah cukup dengan sekali shalat saja". Rasul menjawab "tidak... tapi perkirakanlah sebagaimana kadarnya (pada hari-hari biasa)". Istilah perkirakan ini berhubungan dengan ” perhitungan” waktu. Dan kita semua tahu walau kini kita sudah menguasai matematika namun dalam konteks ruang dan waktu, itu tetap relative ( perkiraan).

Prinsip perhitungan waktu adalah berdasarkan “garis Bujur “ peta bumi ( Globe map), dimana wilayah Utara, Equator, Selatan memiliki waktu yang sama pada bujur yang sama. Juga disepakati bumi mengedari matahari secara teratur. Keliling bumi 360 derajat. Sehari 24 jam atau 1440 menit atau 86400 detik. Maka setiap derajat ( 86400/360 derajat ) sama dengan 4 menit. Nah dari sinilah koordinat wilayah menentukan jam waktu sholatnya. Tapi bukankah jam baru dikenal manusia ketika era Khalifah Harun AL Rasyid. Lantas bagaimana cara manusia berhitung soal waktu sebelum itu. ? Saya hanya mengingatkan bahwa jauh ribuan tahun lalu Allah telah memberikan muzizat kepada Nabi Idri AS. Bahwa beliau adalah manusia pertama yang mempunyai kemampuan berhitung,menulis dan menerangkan tata surya dan rasi. Inilah cikal bakal lahirnya peradaban modern seperti sekarang ini..

Agama Tauhid turun secara berevolusi sesuai dengan zamannya dan mencapai puncak kesempurnaannya ketika Era Nabi Muhammad (QS. Al Maidah (5) : 3 ) ”Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu menjadi agama bagimu.” Kesempurnaan itu terletak kepada ilmu pengetahuan untuk melaksanakan syariat dengan benar, untuk semakin beriman kepada Allah. Jadi , kita harus bijak untuk menyikapi fenomena modern dewasa ini , apalagi menjustifikasi firman Allah tidak universal. Islam adalah agama berlaku untuk semua dan dimana saja dibumi ini.

Nah kini sudah ada jadwal sholat yang ditentukan berdasarkan perhitungan matematika itu untuk seluruh wilayah dibumi. Dimanapun anda berada, anda tetap sholat sesuai waktu yang ditentukan dan dilakukan secara teratur lima kali sehari. Begitupula puasa sesuai jadwal ( rentang waktu ) yang sudah diperkirakan pula.

Wallahualam.

Wednesday, August 25, 2010

Aqidah, Idiology


“ Daun daun kering berguguran, untuk menumbuhkan daun daun muda yang segar. “ Sepenggal syair yang dibacakan oleh Nyoto ( tokoh PKI) ketika menjemput hukuman mati dihadapan Mahmilub. Dia tersenyum menerima maut. Mengapa Nyoto begitu tegarnya menghadapi maut. Jawabannya adalah idiologi. Dia sangat memahami cita cita idiologi yang diajarkan oleh Karl Max. Umat Islam memahami agama sesuai dengan mazhap yang diyakininya , seperti Imam Maliki, Imam Hanafi, Imam Syafii dan Imam Hambali. Ilmunya kita dalami tapi kita tidak pernah mendalami karakter beliau dalam menegakkan kebenaran, kebaikan dan keadilan demi idiologi. Padahal karakternya itulah hakikat ilmunya.

Ketika Khalifah Al Manshur menunaikan haji dari Baghdad ke Mekkah, dia singgah di Madinah dan berkemah diluar kota. Dia memerintahkan ajudannya memberi tahu kepada Imam Malik bahwa dia ingin bertemu. Dia meminta Imam Malik untuk datang kekemahnya. Segera Imam Malik menjawab “ Jika amirul mukminin berkenan sudilah datang ke tempat saya.” Ajudan itu terkejut mendengar sikap Imam Malik. “ Al- Ilmu yu’ta wa la ya’ti, Ilmu itu didatangi bukan mendatangi” Bayangkanlah di era sekarang, Bila ulama dipanggil ke Istana tentu akan sangat bangga dan bersegera datang dengan pakaian terbaiknya. Kita juga membaca kisah Imam Hanafi yang menolak jabatan Qadhi Besar kerajaan Bani Abbas dan lebih suka berjualan kain daripada jadi pegawai yang harus membuat fatwa sesuai kehendak Raja bukan berdasarkan Al Quran dan hadith . Akhirnya beliau dipenjara sampai mati.

Ketika terjadi pertentangan keras antara keluarga Bani Abbas yang berkuasa dengan Bani Al bin Abi Thalip, semua orang harus membenci keluarga Ali Bin Abi Thalip demi memuaskan sang penguasa. Tapi Imam Syafii yang sedang berada di Yaman sebagai guru agama, dengan tegas mengatakan beliau mencintai keluarga Ali Bin Abi Thalip sebagiamana beliau mencintai Rasul. Karena sikapnya itu beliau difitnah sebagai musuh negara. Beliau ditangkap . Dari Yaman beliau dibawa ke Baghdad dalam keadaan kaki dan tangannya dirantai. Murid pengikutinya sebanyak 9 orang dihukum pancung. Namun Imam Safii pada akhirnya dibebaskan dari hukuman karena tidak terbukti beliau berencana untuk maker kecuali memegang teguh prinsipnya mencintai keluarga rasul.

Ketika Khalifah Al Ma’mun mengadakan dokrinisasi kepada para ulama dengan mengatakan bahwa AL Quran itu adalah makhluk dan harus diterima ini sebagai paham. Sama seperti sekarang penguasa yang memaksakan paham secular untuk menggantikan paham agama. Tapi Imam Hambali tidak mau tunduk kepada dokrin itu. Bagi beliau AL Quran adalah kalamullah , dengan tidak membawa manusia membicarakan apakah dia makhluk atau qadim. Filsafat jangan dicampur adukan dengan aqidah agama. Akibatnya beliau dimasukan kedalam penjara dengan tuduhan tidak taat pada dokrin khalifah. Didalam penjaran beliu dipaksa untuk tunduk. Disiksa dengan cemeti hingga mengalir darah disetiap tubuhnya

Itulah sejarah para Imam yang kita ikuti sebagai mazhap. Kal Max tidak pernah mengalami siksaan seperti para Imam itu untuk menegakkan idiologi komunis tapi para pengikutnya menghadang maut untuk tegaknya idiologi komunis. Tapi, kita tidak pernah berani meneladani imam itu dalam bersikap menegakan aqidah Islam namun ritualnya kita agungkan dan bahkan kita siap bertengkar dengan penganut mazhap lain , seakan ahli dalam beragama. Islam. Sebab itu pelajarilah dasar aqidah Islam sehingga mantap, lau kuatkan dengan ibadah , sampai jadi darah daging. Kita harus menyatu dengan islam sebagai the way of live, sebagai idiologi membangun peradaban , sebagai platform project social, politik. Apabila kita sudah menyatu maka kita tidak akan pernah takut untuk menghadapi segala penderitaan, siksaan, fitnah, penjara demi prinsip menegakakn kalamullah, menegakan agidah, menegakan idiologi.Dengan tegaknya aqidah dikuatkan dengan ibadah, kian lama kian leburlah diri kedalam cita cita. Sehingga kian tumbuhlah dalam jiwa kita kepercayaan, bahwa kita manusia ini hanyalah alat Tuhan belaka, buat menegakan apa yang diperintahkanNya. Kita tidak lagi menghitung ukuran cita dengan ukuran umur. Para Imam kita bukan hanya mencerahkan kita untuk bagaimana melaksanakan ritual agama seperti Rasul tapi juga menelandankan kepada kita bagaima cita cita islam dibangun dan mati demi cita cita itu, terbenam kedalam idiologi, atau dalam kata yang lebih mesra, karena aqidah.!

Kualitas elite rendah..

  Dari diskusi dengan teman teman. Saya tahu pejabat dan elite kita   berniat baik untuk bangsa ini. Namun karena keterbatasan wawasan dan l...