Wednesday, September 29, 2010

Kalamullah

Kemarin saya telp ibu saya untuk menanyakan keadaan kesehatannya. Terdengar suara ibu saya seperti orang menahan tangis. “ Sekolah TK kami akan ditutup oleh Dinas bila sampai minggu depan Toilet tidak disediakan. Kami sudah berusaha cari donator tapi tidak dapat. Juga berusaha cari pinjaman , juga tidak dapat. Amak sedih bila memikirkan murid murid harus berhenti sekolah kalau sampai TK itu ditutup. Para orang tua murid tidak bisa diharapkan membantu karena mereka orang miskin. “ Demikian ibu saya berkata. “ Kenapa amak sedih “ aku bertanya. Dia terdiam agak lama kemudian dia berkata “ Barusan amak kerumah orang kaya. Mobilnya ada empat. Dia sendiri suruh datang kerumah untuk mengambil uang zakat untuk membantu TK itu tapi lebih dua jam amak tunggu di teras, jangankan bantuan diterima , air putihpun tidak tersedia.. Betapa sulitnya berjuang menegakkan kalamullalh. Semoga Allah memberikan kesabaran buat kami semua.

Saya sempat tersentak. Yang saya tahu ibu saya tidak pernah serapuh ini. Karena dia terlatih sebagai kader Muhammadiah dan ditempa lebih dari 30 tahun dalam perjuangan. Bahkan saya melihat di album tua, nampak Ibu saya sedang hamil saya sedang berdiri di podium berceramah dalam kegiatan social Aisyiah dikota kelahiran saya di Pagar Alam--kota kecil di kaki Gunung Dempo. Muhammdiah tidak memberikan gaji atau tunjangan bagi para pengurus. Semua pengurus menjadikan muhamadiah sebagai ladang berjihad. Setela reformasi anggaran social semakin kecil dan kalaupun anggaran itu ada hanya untuk keperluan belanja rutin dinas social di PEMDA. Kementerian Pendidikan mempunyai standard compliance untuk izin berdirinya sekolah. Mereka tidak peduli apakah sekolah itu untuk social atau tidak. Apabila tidak memenuhi compliance maka terpaksa ditutup. Walau karena itu akan mengorbankan murid dari keluarga miskin.

Itulah yang dirasakan oleh Ibu saya, bahwa tantangan perjuangan menegakkan kalamulllah semakin tahun semakin berat. Walau Indonesia sudah tergabung dalam G20 , walau UUD 45 pasal 34 telah mengamanatkan agar negara bertanggung jawab kepada orang miskin tapi tanggung jawab social negara kepada rakyat hanya sebatas formal yang tercantum dalam APBN tapi kenyataannya berdasarkan hasil survey ADB masih ada sekolah Dasar di Bekasi yang tidak punya bangku sekolah. Bayangkanlah, Bekasi yang lokasi hanya sejengkal dari kantornya Menteri dan Presiden mengalami seperti itu apalagi daerah terpencil lainnya. Bahkan sebagian besar guru Sekolah Dasar masih banyak yang tamatan SMU. Ibu saya menyadari itu, Dia tidak mengeluh hanya sedih saja. Nalurinya sebagai pegiat Aisyiah mengatakan bahwa semakin tidak peduli negara , semakin tidak bersahabatnya system negara kepada orang miskin , itu artinya semakin luas ladang ibadah bagi orang beriman untuk menegakkan kalamullah.

Apakah kalamullah itu ? “ Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim, dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin. Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya, orang-orang yang berbuat riya, dan enggan (menolong dengan) barang berguna (al-mâ’un),” (QS Al-Ma’un [107]: 1-7). “ Ketika Muhammdiah berdiri , ini gerakan itjihad para ulama hebat yang percaya bahwa sumber kemiskinan adalah kebodohan. Kebodohan rakyat akan membuat penjajahan terus terjadi. Penjajahan yang dimaknai oleh Muhammdiah adalah terbentuknya kelas orang pintar dan orang bodoh. Perbedaan kelas ini sengaja dikekalkan agar system menjajah do exist. Penindasan hak orang lemah terus terjadi. Dari keyakinan inilah Muhammadiah berserta organisasi dibawahnya berjihad memberikan akses kepada orang miskin akan pendidikan. Itulah yang membuat ibu saya sedih karena terancam sekolah TK nya akan ditutup hanya karena tidak ada toilet.

Selama ini kita gemar membangun mesjin dengan mewah. Soal ini ibu saya mempunyai pendapat dan ini tak pernah saya lupa, "ketahuilah kesalehan ritual tanpa diimbangi dengan kesalehan sosial adalah amalan yang salah dalam praktik agama". Seusai ibu saya menelphone, sayapun langsung mengirim uang untuk keperluan biaya membuat Toilet TK nya itu.. Ibu saya berkata " Amak baru merasa lega kalau perjuangan ini diaspirasi oleh mayarakat khususnya oleh pemerintah bukan hanya oleh anak anak amak saja. " Begitulah Ibu saya yang selalu punya semangat untuk memberikan kesempatan bagi siapa saja untuk dekat ke ALlah lewat spiritual sosial. " Bukan jumlah yang kita tuju tapi ikhlasnya. "Demikian ibu saya.

Ibu saya tidak pernah masuk perguruan tinggi. Tapi dia pernah memimpin Aisyiah tingkat Propinsi dan acap menghadiri pertemuan tingkat nasional. Pasih bahasa arab dan mampu berkomunikasi dalam bahasa inggeris dengan baik. Ayah saya bukan aktifis Muhammadiah . Ayah saya orang miskin tapi selalu memberikan dukungan kepada ibu saya untuk aktif. Setelah Ayah saya tidak ada maka kini tentu tugas kami para putra putrinya untuk mendukungnya dan menjadi pewaris semangatnya untuk menegakkan kalamullah agar tidak di cap oleh Allah sebagai orang yang “lalai “ sholat. Atau orang yang sholat tapi tidak melaksanakan pesan pesan yang ada dalam sholat. Atau disebut sebagai orang yang mendustakan agama atau munafik…

No comments:

Akhlak atau spiritual

  Apa pendapat bapak soal kenaikan pajak PPN 12 % “ tanya Lina. Peningkatan tarif PPN tujuannya tentu untuk meningkatkan penerimaan negara d...