“Semua orang masih terlelap, udara masih tipis, dan sulit untuk benapas. Anda terbangun, tercekik, dan merasa anda akan mati. Anda melihat tembok besi disekeliling anda, Tidak ada cara untuk menembusnya “ Demikian Lu Xun berkata dan itu yang dirasakan oleh Liu Chuanzhi ketika bangun pagi membaca pengumuman dengan tinta warna merah didepan kantornya “ Kantor ini ditutup .” Kantornya adalah lembaga riset yang menampung ribuan peneliti hebat dan kini harus menerima kenyataan hidup tanpa anggaran. Dia tidak marah kepada Pemerintah China, Dia tidak protes kecuali berharap agar proposalnya diterima untuk memakai facilitas riset itu dengan system sewa. Dia tidak digaji lagi dan justru harus membayar setiap inci ruang yang dipakainya untuk riset. Uang sewanya diperlukan china memberikan kesempatan pendidikan bagi semua.
Mungkin bagi kita , apa yang dialami Liu adalah mimpi buruk,. Betapa tidak, Bertahun tahun hidup dengan gelimang status dan facilitas, kini harus meradang tanpa digaji dan kehilangan semua facilitas. Tapi , apa arti semua facilitas yang ada bila dibandingkan dengan kebebasan yang kini diraihnya. Reformasi Deng telah memberikan kebebasan untuk semua. Dari sebuah kebebasan itulah dia bersama para ribuan intelektual china akan bangkit menjadi naga kecil untuk suatu perubahan. Liu berguman dihadapan teman temannya ketika mereka harus memulai segala sesuatunya dari nol. “ Jika situasi secara keseluruhan tidak bisa diubah, cobalah untuk mengubah hal hal yang sederhana. Jika ini tidak dapat diubah juga, cobalah beradaptasi dengan situasi yang ada dan tunggulah kesempatanmu.
Dua puluh lima tahun setelah itu. Dua puluh lima tahun terpanjang dan terberat dalam menggapai peluang dan kesempatan ditengah kelangkaan dukungan pemerintah. Liu bersama teman temannya telah berhasil menciptakan perubahan sangat hebat di China. Mereka digaris depan membawa china unggul dalam persaingan tekhnologi tinggi. Dibawah bendera , Lenovo, Liu berhasil mengambil alih perusahaan paling dibanggakan di AS, yaitu IBM. Saya sebagai generasi 80an memang boleh sedih dan merasa rendah dihadapkan pada perjuangan Liu dan kawan kawannya. Mungkin saya termasuk generasi yang gagal dan larut dalam hidup yang serba disubsidi oleh pemerintah era Soeharto. Kamipun jadi kumpulan manusia yang tak bosan memelas facilitas kepada negara untuk diberi status sebagai pengusaha, pegawai dan jongos. Tak ada sesungguhnya perubahan yang berarti diatara kami untuk dikenang oleh sejarah.
Generasi kami generasi yang miskin visi dan malas berkreasi.Kami suka mencari jalan singkat ,jalan pintas untuk percaya dengan Rostow membangun dan akhirnya semua sudah dikuasai asing. Kami marah kepada pemerintah dan system yang brengsek tapi sebetulnya kemarahan kepada kebodohan kami sendiri. Atau setidaknya sebuah excuse untuk tidak dikatakan tolol oleh generasi muda sekarang. Jujur, saya merasakan itu semua dan menyesali umur terpanggal tanpa suatu yang bernilai. Generasi saya sudah mendekati akhirnya. Ada yang hanya sibuk menumpuk harta agar tetap aman. Ada juga yang menumpuk penyakit karena didera kemiskinan, Ada juga yang menumpuk lara karena lebih banyak berzikir tapi lupa berkreasi. Kami generasi gagal dari generasi yang gagal pula.
Ditengah kesedihan dan sesal ini, ada secercah harapan ketika saya menemukan sahabat muda di Facebook. Dari note yang saya baca dan comment nya , saya harus jujur berkata , akan ada koreksi dari kesalahan generasi sebelumnya. Kaum muda kini mempunyai akses informasi tak terbatas, Mereka tak lagi mudah dibodohi dan mereka pandai membaca sesuatu yang nampak dan tak nampak. Ada harapan akan lahirnya perubahan..Yang lebih menentrankam hati adalah bangkitnya kekuatan intelektual spiritual kaum muda untuk perubahan yang lebih significant. Inilah yang selama ini yang kurang dipahami oleh generasi kami dan tak pernah diingatkan oleh generasi kami sebelumnya.. Akibatnya kami mudah percaya apapun yang berbau asing dan akhirnya kami tak lagi berpijak dibumi dan diruh kami.
Dari semangat kaum muda, dari keterbukaan informasi , dari kebebasan yang kini didapat, semoga dimasa depan akan lahir generasi yang beriman, bertakwa namun tidak puritan ditengah kompetisi ilmu pengetahuan dunia untuk lahirnya komunitas rahmatan lillamin.