Wednesday, June 16, 2010

Allah

Ketika Muhammad pertama kali mendapat wahyu sebagai bentuk pengangkatannya sebagai Rasul Allah , beliau sebetulnya tidak merasa menyerukan sesuatu yang baru. Beliau hanya berusaha menyampaikan sesuatu perbaikan penyempurnaan dari yang sudah ada sebagai bentuk keyakinannya kepada leluhurnya Nabi Ibrahim yang monoteisme. Seperti halnya Rasul tidak menyebut Tuhan tapi Allah. Kalimat Allah itu dalam bahasa arab terdiri dari Al dan Ilah. Al berarti “ yang itu “sedangkan lah adalah bentuk penghilangan bunyi dalam percakapan dari kata ilah yang berarti ‘tuhan”. Allah dengan demikian berarti “ Tuhan”. Inilah inti dalam Islam yang dibawa oleh Muhammad.

Nabi Muhammad tidak berbicara tentang ‘tuhan yang ini “ versus “tuhan yang itu. Rasul tidak mengatakan “percayalah pada Tuhan yang disebut “lah” karena Dia adalah tuhan yang terbesar dan terkuat atau bahkan bahwa “lah” adalah satu satunya tuhan sejati” dan semua yang lain adalah palsu. Pada waktu itu gagasan itu dianggap lelucon. Karena orang masih begitu percaya dengan gagasan soal tuhan yang bisa dilihat atau disimbolkan sebagai kekuatan adialami. Mungkin mahkluk seperti Zeus memiliki keabadian seperti bayangan mereka dan putranya seperti Herkules yang mampu merobohkan benteng besar dan selusin harimau. Muhammad datang sebagai pembaharu ide yang berasal langsung dari Tuhan.Yang mengajarkan sesuatu yang berbeda dan lebih besar. Beliau mengajarkan ada satu Tuhan yang mencakup semua dan universal sehingga tidak bisa dihubungkan dengan gambaran tertentu, atribut tertentu, gagasan tertentu, batasan tertentu

Hanya ada Allah dan semua yang lain adalah ciptaan Allah. Inilah pesan yang beliau sampaikan kepada siapa saja yang “mau mendengarkan” Hakikat Allah itu adalah pemahaman tauhid yang hanya bisa dipahami dengan mempelajari islam secara utuh. Islam sebagai sebuah project sosial yang membawa manusia kepada pesan pesan “kebenaran” yang bersumber dari Allah. “Kebenaran “ itu berasal dari Allah.Bukan dari manusia. Muhammad tidak pernah berkata tentang kebenaran itu berasal dari dirinya. Kebenaran Allah termaha luas mencakup segala sendi kehidupan materi maupun non materi. Hingga tidak diperlukan lagi berbagai tesis untuk memahami kehidupan dunia ini.Karena semua sudah disampaikan dan diajarkan oleh Allah secara “benar” lewat kitab mulia. Sebagai sebuah sumber pembelajaran maka Al Quran bukan cara yang sulit. Wahyu Allah mudah dicerna selagi hati manusia berkiblat kepada Allah.

Kini, kita melihat begitu banyak kekecewaan oleh sistem negara didunia. Yang komunis dan sosialis meradang karena kelebihan produksi. Yang kapitalis meradang karena kelangkaan likuiditas. Kita sebagai bangsa kebingungan diantara dua kubu sosialis dan kapilitas ,yang akhirnya nasionalis tinggal cerita demi kebebasan pasar. Biang persoalannya adalah kita men-tuhan-kan sesuatu yang bisa kita lihat. Uang telah menjadi the real god. Kita menyembah simbol simbol materialistis yang menawarkan kesenagan dunia, kehormatan , kemanjaan dan akhirnya kekuatan untuk menindas yang lemah. Kita terjebak soal kebebasan , HAM, demokrasi, Sosialis, Kapitalis . komunis yang nilai luhurnya tidak bertentangan dengan islami namun tercemarkan ketika dia menjadi tesis manusia untuk diterapkan dalam kehidupan sosial. Apalagi cara berpikir manusia itu tidak menjadikan Al Quran sebagai dasar berpijak. Tidak menjadikan AL Quran sebagai visi project sosial maupun politik.

Pengeran Charles berkata kepada publik bahwa islam adalah solusi dalam mengatasi krisis lingkungan dewasa ini. Bahkan Pangeran Charles mengatakan islam satu satunya solusi untuk membuat manusia keluar dari krisis dunia. Ini mungkin sebagai suatu pembenaran seperti ungkapan Robert T Kiyosaki yang mengatakan bahwa sistem kapitalis adalah sistem penipu terbaik diplanet bumi ini yang hanya menguntungkan penguasa dan pengusaha. Yang telah menciptakan kerusakan lingkungan secara massive. Juga pembenaran apa yang dibongkar habis oleh Jonathan Gabay tentang bobroknya sistem propaganda demokrasi yang menjadi pedagang jiwa untuk meraih kekuasaan.

Bagaimana dengan sistem negara kita. Adakah pemimpin atau elite politik kita mau merubah langkahnya untuk kembali kepada syariat Islam. Keliatannya sulit, jangankan mau merubahnya, mengakui kejujuran seperti ungkapan Pangeran Charles saja tidak berani ,apalagi kejujuran seperti Robert T Kiyosaki atau Jonathan Gabay...kalau kejujuran bersikap sulit maka kebenaran diperdagangkan dan kehancuran ada didepan mata...Sadarlah.!

Monday, June 07, 2010

Jihad dan Makna

Kebanyakan orang pasti tahu apa yang dimaksud dengan Jihad, umumnya dipahami sebagai panggilan untuk berperang. Secara etimologis “jihad” bukan berarti “perang” melainkan “ berjuang" dan meskipun bisa diterapkan untuk melawan musuh,itu bisa juga digunakan untuk perjuangan melawan godaan maksiat, perjuangan menegakkan keadilan, atau mengembangkan sikap belas kasih. Kata Jihad dalam pengertian “berperang “ muncul dalam Al Quran , namun terkait secara eksplisit dengan membela diri, ayat ayat itu diturunkan ketika kaum quraisy berusaha menghapuskan islam dari muka bumi. Dalam konteks itu, tidak berlebihan untuk berpendapat bahwa pertempuran itu memiliki dimensi moral: jika komunitas kaum beriman adalah mereka yang mampu menciptakan keadilan maka mereka yang terus membiarkan ketidak adilan terjadi berarti membantu setan dan wajib di perangi !

Namun kesan Jihad menjadi lain ketika di era Kalifah Umar Bin Khatap. Umar menyerukan sebuah “jihad” untuk menaklukan Kerajaan Sassania (Persia). Ketika itu Kerajaan Sassania adalah kerajaan super power didunia. Umar menyerukan kepada kaum muslimim untuk menggulingkan kerajaan Sassania, sebuah usulan dengan keberanian tinggi: semut bersumpah akan menjatuhkan gajah. Tekad itu datang karena sikap bangsa persia yang tak henti meracuni kaum muda muslim dengan budaya yang sesat. Lewat agent terbaiknya, bangsa persia terus melancarkan propaganda melemahkan semangat kaum muda terhadap aqidah islam. Menebarkan kemaksiatan didaerah taklukan islam. Umar tidak bisa melarang agent agent itu tapi dia langsung pada sumber masalah , yaitu menaklukan Persia. Kalau sekarang sama seperti Iran mau menaklukan Amerika.

Mengapa generasi pertama islam begitu berani bersikap menghadapi kezoliman dan resiko pasti.? Karena Kerinduan mereka akan makna adalah kebutuhan mendasar yang tak berbeda seperti kebutuhan makan dan minum. Kehidupan sehari hari memberi manusia sedikit kesempatan untuk jenis makanan ini, yang merupakan salah satu alasan mengapa orang bisa terhanyut oleh narasi yang menjadikan mereka pemain kunci dalam drama apokaliptik, Pejuang muslim pada masa khalifah Umar memiliki pengertian yang demikian tentang kehidupan mereka. Pembangunan sosial yang diterapkan Umar menjaga idealisme mereka terus hidup, karena Umar menanamkan apa yang ia amalkan dan mengamalkan apa yang ia katakan. Dibawah kepemimpinannya, Madinah mencerminkan nilai nilai persaudaraan, keadilan, harmoni, kesopanan, partisipasi demokrasi dalam pengambilan keputusan, kesetaraan dan kasih sayang. Paling tidak komunitas islam ketika itu mencontohkan kehidupan yang tak pernah ada dimasa kerajaan sebelum islam datang.

Sejak keberhasilan Pasukan Islam menguasai Persia, istilah jihad terus dikumandangkan dalam setiap operasi penaklukan. Penaklukan menimbulkan gelombang naik tetapi tetap terpisah dari ajakan untuk berpindah agama. Tidak ada’ dipaksa masuk Islam dengan pedang”. Kaum muslimin bersikeras menegakkan kekuasaan politik disetiap wilayah taklukan , tetapi tidak memaksa orang menjadi muslim. Sebaliknya kemanapun pasukan muslim mengalir, transmisi budaya ikut bergulir, Berita tentang proyek sosial muslim menyebar dengan cepat karena perluasan itu meliputi cukup banyak wilayah sejarah dunia yang dipersatukan bersama sama oleh rute perdagangan kuno yang terbentuk dilaut dan didarat. Perluasan kekuasaan Islam ternyata lebih banyak tidak melalui pertempuran tapi transmisi budaya kasih sayang yang merupakan ide ide yang memang tak baru tapi diterapkan dengan keteladanan tinggi oleh komunitasnya.

Kaum muslimin perdana itu merasa berjuang untuk sesuatu yang hebat secara apokaliptik. Mereka merasa bahwa berjuang dengan tujuan yang pasti yaitu membuat hidup mereka bermakna dan juga akan memberikan arti bagi kematian mereka. Mereka menyadari bahwa mereka akan menghadapi rintangan yang luar biasa dan bertahan menghadapi kesulitan besar, jika mereka berpikir bahwa usaha itu akan memberi makna bagi kehidupan mereka. Umar berhasil mendefinisikan cara hidup Islam untuk membangun komunitas khusus dengan tujuan mengubah dunia. Banyak agama berkata kepada pengikutnya' Dunia ini korup, tetapi engkau dapat menghindarinya. Islam berkata kepada pengikutinya " Dunia ini korup, tetapi engkau dapat mengubahnya"

Tapi , era kini, kita larut dalam perdebatan makna Jihad. Kita takut menyebutkan istilah Jihad karena kawatir di cap “teroris”, anti pluralis, anti demokrasi. Padahal jihad adalah berjuang untuk sebuah “makna” kehidupan sebagai muslim. Bila melihat muslim di Negeri kita sekarang dan menengok kebelakang maka kita sampai pada sebuah memori tentang kesempurnaan komunitas rahmatan lilalamin, namun telah mengabur dari keseharian kita...dan mungkin juga telah hilang.

Wednesday, June 02, 2010

Bahasa

Al Quran menyampaikan kata kata lewat bahasa yang bukan bahasa Arab asli. Ini bahasa Allah. Hebatnya Allah hadir dalam bentuk bahasa disekitar kita sampai kini. Tak ada satupun bangsa di dunia yang menggunakan bahasa Al quran dalam berkomunikasi, kecuali Allah. Mengapa ? Tiada bacaan bahasa seperti Al-Quran yang bukan hanya susunan redaksi dan pemilihan kosakatanya, tetapi juga kandungannya yang tersurat, tersirat bahkan sampai kepada kesan yang ditimbulkannya. Tiada bahasa seperti Al-Quran yang diatur tatacara membacanya, mana yang dipendekkan, dipanjangkan, dipertebal atau diperhalus ucapannya, di mana tempat yang terlarang, atau boleh, atau harus memulai dan berhenti, bahkan diatur lagu dan iramanya, sampai kepada etika membacanya. Adakah buku bacaan atau kitab suci yang menyerupai Al-Qur’an dari aspek-aspek tersebut? Semua manusia berhak untuk memahami bahasa itu dan memang diharuskan tanpa ada hak ekslusifitas. Al Quran adalah sandi berkomunikasi yang merupakan perpaduan antara akal, jiwa dan syariat.

Bahasa purba adalah bahasa yang hanya dipahami bila dikatakan melalui mulut (oral).. Bangsa Asia yang peradabannya lebih dulu maju terbukti mempunyai bahasa tidak hanya dalam bentuk kata kata juga diiringi oleh tekanan nada suara. Tekanan nada suara itu berhubunngan dengan jiwa. Jadi bahasa merupakan gabungan ungkapan jiwa dan oral. Makanya budaya asia tak selalu “diam” berarti tidak setuju dan begitu pula sebaliknya. Tak bisa berkata “tidak “ tapi gerakan tubuh dan roman wajah sudah cukup menyampaikan pesan“tidak” . Kehalusan budaya yang tinggi itulah membuat bangsa Asia dikesankan oleh orang barat yang berbudaya purba sebagai sikap “ plin plan” atau tidak bisa tegas. Sebetulnya ini karena perbedaan budaya yang sangat jauh rentang sejarahnya. Tidak akan pernah mudah dipahami oleh budaya barat.

Makanya sistem voting didepan publik tidak dikenal dalam budaya Asia. Ini bahasa purba menyampaikan pendapat. Kekuatan pemahaman bahasa seseorang teraktualkan dari kemampuannya mendengar suara oral maupun suara jiwa orang lain. Musyawarah adalah ungkapan bahasa oral dan mufakat adalah kekuatan jiwa untuk mengerti orang lain dan saling menghargai perbedaan untuk mengedepankan akal sehat dan nurani. orang jawa bilang "tepo selero", orang padang bilang "tenggang patenggangkan", orang china tidak bisa mengatakan " "tidak bisa ditawar", tapi mereka menyebutnya "tidak ada jalan ( wo fu sing) " Bahasa ini menempatkan nilai nilai rasa hormat dan rasa malu diatas segala galanya. HIngga mudah sekali mengetahui orang lain yang tak bermoral dan disebut tak "berbudaya", atau orang padang bilang " indak mampek"

Bahasa Asia adalah bahasa panutan. Orang yang dituakan dan dihormati akan didengar dengan telinga dan jiwa, kemudian diikuti dengan kepatuhan. Karena proses menjadi terhormat tidak didapat dengan cara cara tidak terhotmat. Proses itu didapat dari kematangan bahasa oral dan jiwa kepada pengikutnya. Dia tumbuh berakar dari proses yang panjang. Dapat dimaklumi, menggabungkan kekuatan akal dan jiwa dalam satu bahasa yang cepat dimengerti orang lain tidak bisa didapat dari pendidikan formal. Ia membutuhkan teladan sebagai bagian dari sandi berkomunikasi kepada orang lain. Hingga dia menjadi sermpurna dimana bahasa oral, gerakan tubuh dan teladan menyatu sebagai seni berkata kata kepada orang lain. Dalam Islam inilah yang disebut dengan sidiq, amanah, tawadhu dan segala sifat mulia lainnya.

Apa yang membuat kita kehilangan indentitas sebagai bangsa, tak lain ketika kita kehilangan bahasa itu sendiri. Bahasa kita kini sudah terisolasi dan terpartial , dan tak ada integrasi antara bahasa oral, jiwa dan teladan. Bahasa oral telah terkontaminasi oleh bahasa iklan. Kecap KS No. 1. Bahasa jiwa telah terkontaminasi dengan pakaian dan aksesoris bermerek. Keteladanan telah tergantikan dengan propaganda publik image. Semuanya adalah packaging yang menipu dan rasa malu terhalau,apalagi tepo selero. .Dari keadaan inilah kita hidup dipaksakan untuk terus berinteraksi dengan bukan bahasa kita sesungguhnya. Kitapun hidup diantara dua ruang, Asia dan Barat,. Asia, telah lapuk, ke Barat pun tak diterima. Tak lebih seperti cerita Roman “ Salah Asuhan”. Ya, kita memang salah asuhan akibat sistem pendidikan sekular , yang selalu percaya bahwa segala yang berasal dari Barat itu baik.

China dapat tumbuh berkembang dengan pesat mengalahkan Eropa dan Amerika yang membangun beratus tahun peradapan “modern”. Itu pula sebabnya Vietnam, Kamboja dapat cepat bangkit dari kehancuran perang. Itu sebabnya Iran mampu mandiri ditengah embargo international. Karena mereka membangun tanpa kehilangan indentitas ke Asiaanya. Padahal Indonesia , yang mayoritas Islam dengan Al Quran dan Hadith sebagai panutan serta budaya leluhur yang tinggi tersilaukan oleh budaya yang dibawa oleh barat. KIta membangun melihat keluar dan melupakan mutiara indah yang ada didalam diri kita sendiri.

Thursday, May 27, 2010

Teater

“Apakah kamu kecewa dengan sebuah pentas “ demikian teman saya berkata ketika usai menonton sebuah teater. Kisah tentang kebenaran yang selalu menang. Saya senang ceritanya walau ini hanya sebuah teater. Ilusi belaka. Karena apa ? Sesuatu yang tak mungkin kudapatkan didunia kalkulasi , ada di teater. Kalau orang butuh keadilan , pasti akan kecewa dengan demokrasi. Kalau orang butuh kebenaran, pasti akan kecewa dengan Hukum di Indonesia. Kita semua tahu dan paham betul dua conclusion ini. Itulah realitas yang setiap hari kita tonton, sebuah teater yang menyesakkan dada.

Lebih dari ribuan tahun kekuasaan dibangun diatas kepatuhan mutlak. Kemudian tumbang ketika kepala Claude Lefort jatuh kebumi sebagai tanda dimulainya sebuah revolusi di Francis. Sejak itu, tak ada kepala yang menggiring orang kepada satu kiblat. Tokoh dibangun dari creativitas media massa untuk dijual dengan cara cara kapitalis. Dari situlah kekuasaan tak lagi punya dasar sakral. Dari situlah konstitusi di create sesuai kehendak pasar. Dari situlah kreatifitas propaganda berkembang pesat untuk melahirkan rakyat yang malas berpikir tentang kebenaran sedang diselewengkan

Kreatifitas ini diagungkan sejak terjadinya revolusi di Francis , kemudian Revolusi Industri di Inggeris. Ada harapan tentang keadilan akan dibangun diatas kehendak orang banyak. Diatas keyakinan demi lahirnya Freedom, Peace , Equality. Tak aneh bila beberapa decade demokrasi telah melahirkan creativitas nilai. Demokrasi demi sosialime, Demokrasi demi kapitalisme. Ini dapat terjadi begitu mudahnya dan tak ada yang perlu diperdebatkan untuk dipahami orang banyak. Kemana nilai demokrasi itu ? Tergantung kapitalisme atau sosialisme. Mengapa ini sampai terjadi. Karena demokrasi adalah sebuah system yang didasarkan atas tak adanya sebuah “dasar”. Setelah idiologi, agama, terpenggal dari tubuh politik maka kepala bisa dalam bentuk apa saja. Tak ada lagi yang mutlak kecuali kehendak pasar.

Itulah mungkin yang membuat para pendiri negara resah ketika harus mendirikan republic ini. Resah karena tak mungkin sebuah negara dibangun tanpa landasan filosofi yang kuat. Apakah agama sebagai landasan ? Budaya ? Ada keraguan untuk berkiblat pada satu titik. Pemikiran kemerdekaan berangkat dari sejarah kekecewaan dengan sistem otokrat keagamaan. Kecewa dengan sosialisme dan komunisme yang feodalis. Kecewa dengan demokrasi barat yang arogan. Tapi itu pasti bukan negara agama , tapi juga bukan negara sekterian. Radjiman Widiodiningrat, yang terpengaruh filsafat Kent dan Hegel, mendesak agar konstitusi di create dari sebuah nilai nilai universal dan semangat gotong royong. Maka Pancasila dirumuskan tapi dasar negara adalah Ketuhanan Yang Maha Esa.

Pancasila sebuah inspirasi multi dimensi. Pancasila penghapus keresahan ketika dipersimpangan jalan mencari perekat kesatuan visi. Mungkin juga sebuah kompromi final yang tak selesai. Karena didalamnya mengakomodasi nilai nilai spiritual, dan keagungan sosialisme. sebuah mimpi tentang keadilan social bagi siapa saja. Mimpi spiritual socialisme memang tak aman dari serangan kaum bermodal yang rakus--sebagai kelanjutan dari sisten colonialisme berupa Neo colonialisme--. Apa arti kekuasaan tanpa tiran, demikian kata mereka maka Lahirlah demokrasi liberal , demokrasi kaum bermodal. Yang pada akhirnya Pancasila hanya menjadi jargo ketika upacara naiknya berdera merah putih. Ia tinggal romantisme diatas kehebatan propaganda pasar untuk meyakinkan agar kapitalisme punya ruang menganeksasi rakyat. Inilah kehebatan demokrasi, sebuah grey area

Rich Dad’s , Conspiracy of the rich , dari Robert T. Kiyosaki menyebutkan ada empat hal yang membuat demokrasi harus dipertahankan oleh kapitalisme yaitu perlunya uang sebagai kekuataan dan karenanya perlu inflasi untuk memeras rakyat, perlu hutang untuk menggadaikan resource dan perlunya konsumsi untuk membuat orang tergantung terhadap pasar. Sebuah sistem nilai yang hebat tentang konspirasi orang kaya dan penguasa untuk menjajah yang lemah. Dari waktu kewaktu krisis ekonomi terjadi karena sistem ini, dengan korban kemanusiaan yang massive.

Demokrasi beranak cucu menjadi neoliberal, sebuah sistem yang melahirkan budaya cinta bersyarat tanpa bandrol. Sebagai cara sistematis membuat kelas terbentuk tanpa bisa digugat. Sebuah realitas yang membuat china tersenyum bersama komunisme sebagai "dasar"...yang membuat Iran unggul bersama islam sebagai "dasar". Keliatannya benarlah bahwa kapitalisme hanya bisa dijinakan oleh sebuah idiologi ( "dasar ") dan menjadi monster ganas ketika dia bebas ( demokrasi liberal dan neoliberal). Itulah yang kita lupa dalam membangun sebuah bangsa. Lupa bahwa Pancasila bukanlah produk konpromi politik tapi sebuah baiat kepada Allah. Melawan itu, adalah kehancuran.

Wednesday, May 19, 2010

SOP dalam Islam


Seorang teman sempat nyeletuk ketika saya menyinggung soal SOP ( Standard operating procedure ). “ ya SOP itu sama dengan rukun Islam kita” . Saya sempat terdiam sebentar. Kata katanya sederhana. Tentu kita semua tahu tentang Rukun Islam tapi memahami Rukun Islam sebagai sebuah SOP kehidupan ini jadi lain. SOP itu biasanya didesign oleh orang yang membuat program kerja atau mesin yang membutuhkan keteraturan, keselarasan dari program atau mesin. Apabila SOP dilabrak maka mesin akan rusak. Organisasi akan kacau balau. Computer akan hang. Begitupula tubuh manusia, didesign oleh Allah dan tentu Allah tahu précis bagaimana memastikan tubuh kita ini dapat berjalan sempurna sebagai khalifah dimuka bumi. Makanya Allah membuat SOP dalam bentuk rukun Islam.

Tubuh kita terdiri dari tiga unsur. Yaitu ruh, Jiwa dan Raga. Ketiga hal ini menyatu dalam tubuh kita dan saling berinteraksi. Ketiga hal ini harus terjadi keteraturan dan keseimbangan. Ruh, adalah sesuatu yang gaip tapi ada. Jiwa dapat dirasakan namun tak tahu dimana dia berada. Raga , nampak dengan jelas namun dunia tercengang ketika mengetahui susunan DNA manusia dalam proses “nyala/padam” dipengaruhi oleh jiwa dan energi suci ( ruh ). Ternyata ketiganya benarlah merupakan satu kesatuan yang harmonis. Tak ada ilmu pengetahuan dunia sekarang yang mampu menjelaskan keseimbangan ketiga hal ini. Terbukti begitu banyak penyakit yang tak ada obatnya. Begitu banyak orang masuk rumah sakit jiwa., Begitu banyak stress. Ini membuktikan relasi antara raga , jiwa, ruh merupakan sebuah system.

Rukun Islam sebuah SOP.. Islam adalah agama syariat yang membutuhkan SOP untuk terlaksananya fungsi manusia sebagai rahmat bagi alam semesta. Berbeda dengan agama tauhid lainnya yang tak dilengkapi oleh SOP dengan ketat dan selalu berharap miracle dari Allah. Manusia akhir zaman adalah manusia yang paling sempurna eskistensinya. Didalamnya ada SOP dan comnpliance yang menyatu. Kehebatan manusia sebagai mahluk terbaik dibanding makhluk ciptaan Allah lainnya adalah terletak dari SOP itu sendiri. Sedikit saja melanggar SOP itu maka system kesempurnaan tidak akan berjalan.

Membaca dua kali masyahadat adalah sebagai bentuk applikasi masuk dalam system SOP. Atau dalam dunia computer ini adalah password. Maklum saja , SOP itu tidak bisa berjalan tanpa memastikan orang yang terlibat adalah orang yang qualified. Syarat untuk qualified adalah dia mengakui Rukun Iman ( In deep trust ). Kemudian, Baca sahadat ! , access terbuka untuk mengikuti SOP kehidupan. Apabila Access terbuka maka didalamnya ada protocol yang harus dilalui. Tak banyak protocol itu , hanya sholat, puasa, zakat dan pergi haji bila mampu. Ini susunan yang harus dilaksanakan secara teratur sesuai urutannya. Tidaka ada gunanya pergi haji kalau puasa malas dan sholat jarang. Tidak ada gunanya berzakat kalau sholat malas. Tidak ada gunanya puasa kalau zakat malas. Ini SOP kita dalam beragama. Harus comply dan tak boleh cacat sedikitpun.

Dalam ritual sholat terdapat gerakan yang menstimulate seluruh organ tubuh kita bergerak secara harmonis. Ini SOP untuk raga kita. Untuk memastikan seluruh organ tubuh kita didalam maunpun diluar bergerak mengikuti irama aliran darah. Tapi agar irama aliran darah itu seirama dengan detak jantung maka kita diwajibkan untuk membaca doa dalam setiap gerakan itu. Doa ( bacaan ) yang khusu akan menimbulkan getaran pada sel saraf otak sebelah kanan dan memadamkan otak sebelah kiri kita. Kita jadi relax dan tentram. Bila dalam sehari lima kali kita melakukan sholat maka secara otomatis dalam sehari tubuh kita di protection untuk tetap stabil ditengah kesibukan otak kiri yang menyesakan untuk melaksanakan syariat mendapatkan rezeki Allah.

Untuk menjaga organ dalam tubuh kita maka SOP berikutnya adalah puasa. Lagi lagi ini berkaitan dengan raga kita. Puasa secara medis kini terbukti untuk menjaga pencernaan kita tetap stabil dan sekaligus beperan membuang racun d ( Toxin ) dalam tubuh. Namun karena raga berhubungan dengan jiwa maka puasapun berinteraksi dengan jiwa kita. Jiwa kita jadi terlatih menahan ambisi untuk tidak rakus, terlatih menjadi sabar menahan selera lahir maupun batin. Ini merupakan system keseimnbangan yang sangat hebat dan menjaga keteraturan berlangsung terus ditengah interaksi yang hebat antara raga dan jiwa. Bila raga dan jiwa stabil maka Ruh akan memperkokoh kedua hal itu. Aura kita bercahaya dan tubuh kita sehat , hngga kita menjadi tangguh untuk menjadi kalifah dimuka bumi untuk menjaga bumi.

Bila jiwa dan raga kita kokoh maka kini saatnya kita memberikan makan kepada Ruh kita. Sesuatu yang gaip namun perlu untuk menjaga energi ruh semakin kuat didalam diri kita. Santapan ruh adalah Zakat. Ini rukun Islam ke empat. Tubuh yang sehat , jiwa yang kuat tentu orang yang hebat. Tentu berharta, berilmu dan kuat. Ini nikmat Allah sebagai konsekwensi mereka menerapkan SOP dengan benar. Tentu secara otomatis manusia akan terdorong untuk membelanjakan hartanya untuk cinta dan kasih sayang. Membelanjakan ilmunya untuk kasih sayang. Membelanjakan jabatannya untuk cinta dan kasih sayang. Ruh hanya berbicara satu hal yaitu Cinta dan kasih sayang dan nutrisinya adalah zakat.

Terakhir adalah pergi Haji, Tubuh yang sehat dan jiwa yang kuat dan ruh yang bercahaya tentu rindu untuk datang ke baitullah. Ini puncak dari proses SOP ketika orang sampai pada titik kepuasan untuk tak pernah berhenti bersyukur kepada Allah. Puncak dari SOP itu memang berujung kepada rasa sukur kepada Allah. Dari rasa sukur inilah akan lahir manusia yang ikhlas berbagi dan berkorban untuk rahmat bagi alam semesta.

Jadi bila kita melaksanakan Rukun Islam sebagai sebuah SOP maka itu tak lebih adalah nikmat yang Allah berikan kepada kita sebagai manusia. Tidak ada imbalan sorga bila kita hanya melaksanakan SOP sebagai sebuah ritual saja, kecuali bila SOP itu membuat kita tangguh untuk tampil dimuka bumi sebagai penyebar kebaikan, kebenaran, keadilan dalam situasi dan posisi apapun. Bila umat islam masih doyan korup, masih doyan marah, masih doyan zina, masih doyan menumpuk harta malas berbagi , masih doyan zolim, fitnah , malas kerja, malas cari ilmu maka tentu kita tidak menjalankan SOP dengan benar. Kita gagal memenuhi compliance dari eksitensi kita sebagai manusia yang di design oleh Allah dengan sempurna. Kita termasuk orang yang merugi dan tak lebih sama dengan binatang, yang hidup untuk dikorbankan dan mati tanpa makna.

wallahualam

Wednesday, May 12, 2010

al-kautsar

Ketika awal Nabi Muhammad menyiarkan agama islam, tak banyak orang mau mendengarkan seruannya. Umumnya yang tertarik adalah kaum duapha dan hamba sehaya ( budak).. Para pedagang kaya raya dan terhormat di Kota Makkah mengejeknya dan kadang menyakitinya. Nabi tetap teguh dalam menyampaikan risalahNya. Tentu dalam proses perjuangan menegakan kalamulah dapat kita bayangkan tentang sesuatu yang tidak mudah. Nabi , dituntun Allah untuk terus melangkah melewati berbagai rintangan. Bahkan ketika Nabi sampai pada titik terendah semangat perjuangannya, Allah memerintahkan Jibril untuk membawa rasul menuju Mi’raj untuk menghadap singgasana Allah. Ini sebagai cara Allah meyakinkan Rasul untuk jangan lemah dan teruslah bergerak.

Setelah sepuluh tahun di Madinah , setelah sepuluh tahun hijrah dari kota kelahirannya Makkah, Nabi kembali ke kota Makkah dengan 10,000 bala tantara muslim yang siap bertempur bila kaum kafir makkah mengingkari perjanjian Hudaibiyah dan tentu tujuan utama adalah menciptakan perdamaian. Kedatangan Nabi , disambut dengan suka cita oleh penduduk Makkah karena kelompok Kafir dibawah pimpinan Abu Sofian melarikan diri. Nabi dan pasukannya tidak memburu kelompok kafir dan bahkan menghormatinya. Tidak nampak sama sekali sikap Nabi layaknya pemenang perang. Dua puluh tahun perjuangan masa ke Nabiannya yang lebih banyak dukanya berhadapan dengan kaum kafir , tak menyiratkan dendam apapun. Pada saat itulah Allah berfirman Innâ a‘thainâ ka al-kautsar fashalli lirabbika wanhar inna syâni’aka huwa al-abtar “Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu Al-Kautsar. Maka salatlah kamu, dan berkurbanlah. Sesungguhnya pembenci-mu itulah yang akan binasa. (QS Al-Kautsar, 108:1-3).

Ketika sampai pada puncak kemenangan, Janji Allah terpenuhi sudah kepada Rasul “sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata (Q.S. Al-Fath)., namun pada waktu bersamaan Allah memerintahkan Rasul untuk “Sholatlah ( tegakan sholat ) dan berkorbanlah. Allah memberi Alkautsar kepada Rasul. Ini adalah nikmat yang berlebih. Apakah nikmat itu ? yaitu nikmat untuk berbuat kebaikan; dorongan untuk menegakkan kebenaran ( menegakan sholat ), dan ikhlas dalam melakukan apapun karena Allah. TIdak ada perintah Allah untuk menumpuk harta dan kekuasaan setelah mencapai kemenangan. . TIdak ada. Secara universal dapat ditegaskan bahwa perintah kepada orang yang mendapatkan kekuasaan dan harta , ilmu adalah perintah untuk semakin dekat kepada orang miskin, semakin berani menegakkan kebenaran, semakin ikhlas melakukan itu semua.

Orang kaya, berilmu, berkuasa adalah tiga kelompok yang paling bertanggun jawab untuk melaksanakan kebaikan sebanyak mungkin dimuka bumi ini. Karena mereka telah diberi nikmat berlebih oleh Allah dibandingkan orang lain. Ditangan tiga kelompok inilah perubahan dapat terjadi. Semuanya sangat mudah berubah bila dilakukan oleh salah satu dari tiga kelompok ini apalagi bila dilakukan secara berjamaah. Dapat dibayangkan bila orang berilmu, kaya, dan berkuasa berkolaborasi untuk menindas kaum lemah ( duafa ) maka kerusakan secara sistematis dengan korban massive dapat terjadi dengan mudah. Namun bila mereka berkolaborasi untuk kebaikan maka kesejahteraan bagi orang banyak dapat terjadi dengan mudah. Inilah makna dari alkautsar. Diminta kepada orang kaya, berilmu dan berkuasa untuk ikhlas menegakan sholat ( kebenaran) dan berkorban.

Yang menyedihkan diakhir zaman ini adalah orang kaya, berilmu, berkuasa semakin besar kemaruk soal harta. Sangat sulit menemukan orang kaya yang ikhlas berkorban harta untuk orang miskin. Sangat sedikit orang berilmu yang mengajari orang dengan gratis atau tidak mengutamakan bayaran. Sangat sedikit penguasa yang ikhlas mengorbankan kepentingan politiknya demi kebenaran dan keadilan bagi rakyatnya. Mereka ini telah gagal melaksanakan perintah Allah karena kesuksesan mereka tidak dalam berkah Allah dan mereka tentu tidak pantas disebut sebagai Al Kautsar (orang yang banyak memberi untuk jalan meraih kebahagiaan di dunia dan akhirat).

wallahualam bissawab

Sunday, May 09, 2010

Pertemuan

Tahun 2003 saya pergi menunaikan ibadah Haji. Ketika itu usia saya genap 40 tahun. Saya bersyukur karena dalam usia tergolong muda saya mendapatkan kesempatan melaksanakan ritual rukun islam kelima yang memang membutuhkan phisik yang kuat. Walau keluarga dan teman teman menyarankan agar saya pergi dengan ONH plus tapi saya lebih memilih Haji Generic alias Haji Mandiri. Memang betul betul mandiri. Mengurus diri sendiri tanpa ada guide. Kami mengorganisir diri kami dengan membentuk rombongan. Tentu rombongan itu ada ketuanya. Kami menyebutnya “Karo”. Dari rombongan ini dibentuk lagi regu , yang juga ada ketuanya , disebut Karu. Anda bisa bayangkan qualifikasi anggota rombongan haji mandiri ini. Mereka bukanlah orang kaya berlebih harta. Mereka orang sederhana namun berniat besar untuk pergi haji. Diantara mereka ada yang pekerjaan sehari hari tukang sate di Tanah Abang, yang PNS bukanlah kelas pejabat tapi pegawai rendahan. Umumnya usia mereka tidak lagi muda. Rata rata diatas 40 tahun. Bahkan ada yang sudah diatas 50 tahun. Mungkin saya termuda diantara rombongan Haji dari Tanah Abang – Jakarta Pusat.

Keakraban ketika melaksanakan ibadah haji sangat terasa. Kami selalu bersama sama. Bila ada yang sakit , kamipun bersama sama menolong, Bila ada yang kekurangan uang, kamipun tergerak untuk saling berbagi. Saya menduga kebersamaan itu hanya sebatas melaksanakan ibadah haji. Tapi setelah kembali ketanah air ,kamipun sepakat untuk berhubungan terus sebagai sebuah ikatan keluarga besar ex Rombongan haji tahun 2003.. Acara arisan dan pengajian dijadikan perekat diantara kami. Tak terasa lebih enam tahun berlangsung. Selama kurun waktu itupula kami selalu berkumpul. Bukan hanya diacara rutin, tapi bila ada anggota yang sakit atau menikahkan anaknya , seluruh anggota datang berkumpul. Tak terasa diantara mereka kebanyakan sudah pension dan rumah mereka tidak lagi berada di Jakarta Pusat. Ada yang sudah pindah ke Bandung, Serang, Cikampek, Depok. Tapi walaupun begitu , kami tetap saling berkunjung dalam setiap acara rutin.

Ada yang unik dalam setiap pertemuan itu kami tidak pernah mengundang ustadz untuk memberikan ceramah. Kami membuat kesepakatan diantara kami untuk masing masing harus mampu menjadi penceramah. Tuan rumah yang mendapat giliran acara pertemuan rutin itu akan bertindak sebagai penceramah. Setelah ceramah agama usai, kamipun melakukan diskusi agama. Siapapun bebas untuk bercerita apa saja yang berhubungan dengan akidah dan muamalah. Ketika ada yang cerita, yang lainnya mendengar. Kadang berbagai problem keluarga dan keseharian dikantor, ditempat usaha , dibicarakan., Kami selalu setia menjadi pendengar bila ada yang merasa gundah. Mungkin tak banyak yang bisa kami perbuat namun kebersamaan itu telah memberikan dorongan moral, bahwa kami peduli dan akan salalu saling mendoakan.

Ada teman yang juga pergi haji tiga tahun lalu nampak terkejut ketika mengetahui acara pertemuan rombongan haji saya terus berlangsung. Karena menurut dia , paling lama acara itu dipertahankan selama setahun. Setelah itu saling melupakan. Mungkin karena kesibukan atau memang tidak ada urusan untuk bertemu lagi. Bukankah di era sekarang orang ingin bertemu karena ada kepentingan pribadi yang diukur dari laba dan rugi. Alhamdulillah , bagi kami pertemuan itu bertahan bukan karena kepentingan materi tapi karena kami memang saling merindukan. Bertemu karena Allah dan rindu karena Allah.

Saya tidak tahu apakah kami termasuk haji yang mabrur atau tidak. Yang pasti hal yang sangat sulit dalam hidup diakhir zaman ini adalah mempertahankan silahturahmi tanpa ada kepentingan apapun kecuali karena dorongan cinta Allah. Kerinduan untuk saling menjaga, peduli dan tentu saling mendoakan. Inilah yang sulit. Dan kami telah diuji selama lebih enam tahun untuk semakin dekat dalam ikatan silahruhmi tanpa ada maksuh lain kecuali kecintaan kepada sahabat dengan tulus. Bukankah Silaturahmi adalah kunci terbukanya rahmat dan pertolongan Allah SWT. .

Derita rakyat desa...

  YMP Prabowo mengatakan dalam pidato kenegaraannya. “Janganlah kita bangga diterima sebagai anggota G-20 (kelompok negara berpendapatan tin...