Tuesday, March 17, 2009

Cara yang benar

Sebentar lagi pemilu.Para menteri dan pejabat lainnya sudah pada sibuk menghadapi Pemilu.Soal urusan kerjaan sehari hari sebagai pejabat negara atau abdi negara tentu menjadi side activity. Mereka tidak lagi serius seperti awalnya terpilih sebagai pejabat negara. Kini masalahnya soal kalah atau menang maka kepentingan pribadi atau golongan harus lebih diutamakan. Tugas memang tidak diabaikan namun tidak lagi menjadi prioritas. Itulah kenyataan yang ada.

Saya tidak tahu apa yang ada didalam pikiran pejabat negara yang sedang sibuk ini.Saya hanya tahu bahwa negara ini dalam situasi yang genting oleh masalah perut jutaan rakyat, ditengah krisis global yang melanda. Ditengah ketidak berdayaan negara yang serba tergantung dengan bantuan luar negeri, sementara sumber bantuan semakin sulit dan mahal. Tapi tak nampak sebagai sesuatu yang is not usual. Kita hanya tahu hari hari kedepan akan ada pesta demokrasi terindah didunia,dimana puluhan partai dari berbagai golongan maju bersama sama memeriahkan pesta demokrasi. Pejabat kita boleh berbangga tetang sytem demokrasi yang hebat ini. Di forum international kita dipuja sebagai negara yang paling demokratis dibanding negara pengekspor paham demokratis itu sendiri.

Bagaimanapun system demokrasi sudah menjadi pilihan walau itu bukanlah pilihan yang seratus persen tepat. Bagaimana tidak ? Negeri ini memiliki populasi 242 juta orang dengan tingkat pertumbuhan penduduk rata rata 1,5% pertahun. Artinya setiap tahun ada jumlah penduduk baru yang muncul sebanyak 3.600.000 atau sepuluh kali penduduk Brunei atau sama dengan penduduk Singapore. Ini bukanlah jumlah yang sedikit. Karena para penduduk yang terus bertambah itu menuntut kesiapan dan kecepatan aparatur negara untuk mengambil keputusan dan berbuat untuk menyediakan segala sarana dan prasarana. Satu hari saja keputusan lambat diambil dan tidak ada tindakan maka , ketahuilah ada hampir 10.000 orang pendatang baru yang tidak siap dilindungi. ! apa jadinya bila itu terjadi berbulan bulan ?

Berjalannya waktu segala upaya pemerintah sebelumnya menjadi tak nampak karena jumlah penduduk yang begitu besar , yang tak sebanding dengan kekuatan kinerja pemerintah. Pemerintah mungkin sudah benar karena mengikuti system demokrasi yang sudah ada tapi system ini membuat banyak keputusan dan operasinal berjalan sangat lambat . Bahkan lebih lambat dibandingkan peningkatan jumlah penduduk. Maka jangan kaget bila program ideal yang digelar tak memberikan dampak luas bagi kesejahteraan rakyat. Semua yang dibangun menjadi tidak ada artinya , bahkan untuk memperbaikinya semakin sulit karena dorongan pertambahan penduduk yang juga berperan besar rusaknya lingkungan, moral dan budaya.

Keandaan lambatnya proses pengambilan keputusan dan operasional aparatur negara dapat dilihat dari rendahnya tingkat penyelesaian APBN ditangan Pimpro. Semua pihak dan elite politik tidak pernah melihat masalah ini sebagai suatu hal yeng mendasar sebagai akibat dari pemiskinan rakyat secara systematis. Apapun upaya tidak akan ada artinya, selagi selagi system tidak dirubah. Kita memang terbiasa melihat keluar yang baik bagi orang lain maka kita berharap baik pula bagi kita. Padahal tidak ada satupun system yang ideal bagi kesejahteraan rakyat kecuali mengikuti ketentuan yang sudah ditetapkan oleh Alquran dan Hadith.

Waktu terus berjalan dan kita terus bereksprimen ditengah situasi yang dinams untuk mencari cara yang terbaik tapi kita menutup diri dari kebenaran terbaik sebagai jalan yang benar. Allah telah memberikan cara itu lewat Al Quran dan Nabi , telah memberikan teladan bagaimana membangunn komunitas yang benar. Tapi, lagi lagi kita lupa. Makanya Allah berfirman “ Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). (QS. Ar-Ruum, 30:41).

Sunday, March 08, 2009

Kebebasan

“Hal yang esensi dalam perdamaian adalah derajat hidup individual yang pantas bagi pria maupun wanita semua bangsa. Kebebasan dari rasa takut berkaitan dengan kebebasan dari kekurangan. Orang yang hidup dalam kekurangan bukanlah orang yang bebas.” Kata kata ini disampaikan oleh President Rossevelt di tahun 1944 ketika menyatakan Piagam Hak Hak Ekonomi.

Hak Hak Ekonomi itu sekarang dipertanyakan oleh seluruh rakyat AS yang terancam kebebasannya karena krisis ekonomi yang parah di AS. Program Ekonomi yang dicanangkan oleh Obama justru memperparah ekonomi AS dengan ditandai jatuhnya Wall street. Berita CNN tadi malam mengatakan bahwa sudah diatas 12 juta orang kehilangan pekerjaan di AS. Yang lainnya yang belum kehilangan pekerjaan terancam kehilangan pekerjaan. Ada pertanyaan yang mengemuka oleh public AS , “ Apakah pekerjaan yang aman dari krisis dan karir apakah dimasa depan yang stabil.” Pemerintah Obama tidak bisa menjawab kecuali berkeyakinan bahwa We did the right thing !

Jargon demokrasi yang dimotori oleh AS adalah kebebasan individu. Jargon inilah yang dijual keseluruh dunia hingga membuat jatuhnya sosialis di Eropa Timur. Namun perjalanan waktu , AS sendiri kena boomerang dari jargon kebebasan itu.Karena kebebasan diartikan kebebasan kapitalis untuk bebas menentukan harga dan bebas membangun image lewat rating dan media massa. Hingga pemerintah kehilangan control terhadap hal yang essential untuk menciptakan komunitas yang kuat dan kemandirian.

Demokrasi bukanlah kebebasan yang kita maknai secara essential. Ia hanya ada untuk mengukuhkan kelembagaan yang hanya ada ketika PEMILU digelar. Untuk kemudian melahirkan segerombolan orang mengatur negeri ini tanpa hak kontrol langsung dari rakyat. Proses kontrol menjadi sangat birokratis hingga tak mampu ditembus oleh rakyat ditingkat komune terendah.Yang mencoba memaksa akan berhadapan dengan lembaga yang dihasilkan oleh sytem demokrasil. Polisi yang garang siap berbicara demi undang undang untuk menangkap siapa saja yang berani bicara diluar kuridor demokrasi.

Apakah kebebasan diartikan hanya untuk media massa bebas menyampaikan berita. Apakah kebebasan diartikan dalam hal berserikat untuk menyampaikan hak politik dan bikin partai politik ?. Apakah arti kebebasan hanya kebebasan berdemontrasi? Itukah nilai nilai demokrasi yang dibanggakan ? bila pada akhirnya rakyat gagal membangun komunitas yang kuat. Apakah arti kebebasan itu bila pada akhirnya rakyat hidup dalam kekurangan dan akhirnya tak lagi bebas mengakses modal yang semakin sulit, mengakses pasar yang semakin competitive, mengakses pendidikan yang terlanjur mahal, mengakses kesehatan yang mahal, mengakses tekhnologi yang semakin banyak dipatenkan, mengakses layanan social yang sudah diprivatisasi. Lantas dimana HAM yang kita perjuangkan ?

Padahal untuk terjaminnya kebebasan yang sejati ,kita tidak butuh demokrasi , sosialis atau kapitalis , kita butuh hak kesetaraan rakyat untuk mengorganisir dirinya yang secara otomatis mendapat dukungan active dari elite potitik formal. Contohnya bila ada pedagang kaki lima, tidak usah diusir tapi dibina dan dibantu mendapatkan kios yang murah. Kalau rakyat dapat hidup tenang dengan usaha kelontongan maka jangan izinkan pedagang besar hadir. Kalau ada rakyat mengusahakan tambang , maka jangan dilarang. Tapi dibina dengan memberikan izin dan tekhnologi serta permodalan yang pantas. Kalau ada rakyat tinggal dirumah kumuh maka jangan diusir demi keindahan kota tapi dibina untuk dimanusiakan demi kota yang manusiawi.Kalau ada perseteruan antara tuan tanah dengan rakyat penggarap maka belalah rakyat lemah itu karena itu yang mereka butuhkan.

Dan akhirnya kita hanya melihat sebuah lembaga yang berganti baju dari seragam militer menjadia jas berdasi. Reformasi ada tanpa menghasilkan apa apa. Mungkin benar kata Woodrow Wilson dalam Encyclopedia of Social Science bahwa Demokrasi adalah bentuk pemerintahan yang paling sulit.Padahal mengelola rakyat negeri ini tidaklah sulit. Karena rakyat negeri ini sangat kreatif menyelesaikan masalahnya sendiri dan tahu bagaimana mengorganisir dirinya untuk bertahan hidup. Yang diperlukan hanya kepeduliaan dan keberpihakan..itu saja.

Tuesday, March 03, 2009

Wajah

Didepan cermin kita melihat sang wajah kita sendiri. Tapi setiap orang melihat wajah orang lain dalam perspective berbeda beda. Ketika masih kanak kanak, saya meliat ibu seperti wajah sang pahlawan. Namun setelah dewasa , saya meliat ibu sebagai wajah ketulusan dan cinta kasih tak bertepi. Bagi orang lain melihat ibu saya sebagai wajah pekerja sosial yang setiap minggu mendatangi penjara dan rumah sakit untuk berdakwah. Tapi bagi penghuni penjara, ibu saya adalah wajah sejuk yang berbeda dengan wajah sipir penjara yang garang, atau berbeda dengan wajah rumah sakit yang memeras.

Apakah arti sebuah wajah ? wajah adalah sebuah tampilan yang bisa dilihat oleh semua orang. Lewat wajah kita bisa mengenang seseorang tentang kebaikan dan keburukan. Dua duanya dapat mempengaruhi kita. Itu sebabnya wajah begitu berartinya. Karena perkebangan zaman akhirnya wajah tak lagi sesungguhnya wajah.. Cermin tak lagi menjadi ukuran dari sang wajah. Salon kecantikan tak pernah sepi. Bukan hanya untuk kalangan wanita yang ingin mepercantik tampilan wajahnya tapi juga pria. Tujuannya tak lain agar menggoda Kita hidup terperangkap dalam komunikasi sang wajah. Semakin banyak tampil dan diliat lewat poster dan iklan tv, sang wajah akan diingat sesuai kreasi yang diinginkan. Tak peduli bila wajah itu hasil dari create liptik semata , yang segera dapat dihapus.

Sebuah politik berperan mengatur tampilan sebuah wajah pemerintahan.Dimata keluarga Bakrie , pemerintah adalah wajah sang protector yang setia. Bagi rakyat yang terkena korban Lapindo, pemerintah adalah wajah orang sakit mental. Ditangan pengemplang BLBI wajah pemerintah bagaikan wanita cantik yang harus dibelai dan dicintai dengan segala pengorbanan. Dibenci tapi dirindu. Jinak jinak merpati. Wajah sang binal yang menggemaskan diruang remang remang. Bagi pengusaha perikanan besar dan kapal besar bermitra dengan asing, pemerintah adalah wajah malaikat pembawa rezeki siang dan malam, Tapi bagi nelayan, pemerintah adalah wajah yang tak berupa,yang hanya dapat didengar tapi tak nampak. Bagi pengusaha yang mendapatkan konsesi bisnis import bibit, pupuk, pestisida , wajah pemerintah adalah keperkasaan dan kebijakan. Tapi bagi petani , wajah pemerintah nampak bagaikan lukisan abstrak penuh warna darah.

Ketika kita melihat dan mengakui sebuah system lahir dari ruang AC digedung parlemen, kita dihadapkan pada design sang wajah itu sendiri. Bentuk dan ukuran serta tatariasnya adalah cetakan untuk memastikan orang melihat yang sama , dari sudut manapun. Suka tidak suka , terimalah wajah itu dalam keseharian kita. “ Tak ada wajah yang sempurna dan memuaskan semua orang “ begitu philosophy nya. Semua boleh berbeda tapi sang wajah tetaplah sang wajah bila itu lahir dari gedung parlemen. Kini dan hari hari berikutnya kita menyaksikan begitu banyak orang tampil untuk berbicara dan bicara. Mereka ada karena sebuah system demokrasi untuk melahirkan wajah baru republic ini kedepan.

Lantas wajah apakah yang mereka tawarkan untuk kita nikmati, kita pandangi? Bila kita semua tahu bahwa begitu banyak wajah pemerintahan bertopengkan malaikat pemberi dan pelindung seperti halnya sosialisme namun pada akhirnya itu hanya topeng untuk menutupi wajah sang monster dictator untuk mengangkangi hak rakyat. Ada juga yang bertopengkan kebebasan individu , kesetaraan , kedamaian, bagaikan peri keadilan namun sebetulnya menutupi sang wajah kapitalis drakula yang gemar menghisap darah rakyat lewat harga, oligopoly, kartel , privatisasi layanan public. Dari topeng topeng ini, kita mendengar banyak retorika tentang keadilan, kesetaraan , tapi sebetulnya tak ada yang baru kecuali lipstiknya.

Negara adalah cermin yang selalu bersih bagaikan wajah ibu , yang memancarkan sinar terang. Tempat kita berkumpul untuk bersyariah demi tegaknya keadilan dan kemakmuran bagi siapa saja. Tempat yang teduh untuk kita tidur lelap dalam mimpi indah. Tapi ketika kita terjaga semuanya berbeda. Bukan salah bunda mengandung buruk suratan tangan sendiri. Bagaimana wajah pemerintah kita, berpulang kepada kita semua. Jangan salahkan negara atau jangan ada buruk wajah cermin dibelah.

Sunday, February 22, 2009

Umur

Ketika waktu dan ruang masih menjadi bagian kehidupan kita, maka tak pernah kita menganggap kematian itu sesuatu yang pasti. Ketika orang yang kita cintai sedang menghadapi gelombang sakratul maut , kita terus berjuang dengan mengandalkan kekuatan ilmu dan harta untuk menyembuhkan orang yang kita cintai. Pada detik detik menuju kematian itu sebetulnya adalah pelajaran berharga bagi yang masih sehat untuk menarik hikmah bahwa umur pasti berakhir. Hikmah terbesar bagi setiap manusia adalah kematian itu sendiri. Bila semua orang sadar setiap saat maut akan menjemputnya tanpa bisa menolak , tentu kebaikan , kebenaran dan keadilan akan berterbaran dimuka bumi.

Pernah satu peristiwa di tahun 1990. Sahabat saya meminta saya menemaninya untuk membawa orang tuanya berobat ke Singapore. Saya menyanggupi. Apalagi ticket dan hotel disediakannya. Ketika sampai dibandara, sayapun terkejut karena satu pesawat isinya semua anggota keluarga dan sahabat sahabat dekatnya. Orang tuanya ditempatkan di first class dengan didampingi oleh putra putrinya. Sementara para sahabat dan kerabat jauh duduk di ekonomi class.

Selama dalam perjalanan udara itu, Saya mendengar satu sama lain berbicara tentang banyak hal dan tidak ada yang membicarakan tentang orang tua teman ini yang sedang sakit keras. Tak ada yang bercerita tentang kebaikannya. Masing masing terdengar berbicara soal urusan business diatanra mereka. Ada juga yang tergelak,. Tak tahu apa yang digelakan. Padahal dikelas utama pesawat ada sisakit dalam keadaan kritis untuk berharap keajaiban dari rumah sakit terkenal di Singapore.

Sesampai di Bandara Singapore , petugas Rumah Sakit sudah menanti didepan pintu pesawat dan ambulancepun standby dibawah untuk segera membawa pasien ke rumah sakit. Benar benar layanan first class. Itulah yang saya rasakan melihat situasi itu. Kamipun dilayani oleh petugas PR yang ramah dan membawa kami ke hotel berbintang lima. Sehari dirumah sakit, kamipun mendapat kabar bahwa orang tua teman ini telah menemui ajalnya.

Kami melihat dirumah sakit para anggota keluarga sibuk sekali. Wajah duka menyelimuti semua anggota keluarga. Tapi itu tak berlangsung lama. Apalagi beberapa agent terkenal dibidang cargo sudah datang ke Rumah sakit untuk mempersiapkan pengangkutan jenazah ke tanah air. Didalam pesawat , sebagian kami menempati tempat duduk first class dan sementara jenazah orang tua teman ini berada dicabin pesawat sebagai sebuah cargo. Disamping saya teman sempat berbisik “ Tadi ketika berangkat orang tuanya duduk di first class tapi sekarang dia ada di cabin cargo bersama tumpukan bagasi kita “

Sesampai di Jakarta , keluarga sibuk mengbungi agent untuk kremasi dan segala tetek bengek upacara yang diperlukan untuk penghormatan kepada jenazah. Setelah upacara selesai , para keluarga sibuk menghubungi notaries dan pengacara serta beberapa ahli dibidang keuangan untuk mengatur pembagian harta warisan dan penempatan harta direkening bank terkemuka di luar negeri. Begitulah sepenggal pengalaman yang saya lihat. Yang membuat saya bertanya, “ Untuk apakah semua yang kita perjuangkan ? bila kematian itu menempatkan kita sama seperti bagasi yang biasa ditempatkan dicabin. Bahkan dalam islam , mayat hanya dibungkus dengan kain putih. Tak lebih. Begitulah kerendahan jasad kita" hakikat manusia memang bukanlah jasadnya tapi ruh yang bersemayam didalam dirinya. Kematian adalah perpindahan ruh dari alam fana ke alam baqa.

Memahami umur adalah memahami bergeraknya waktu menuju kepada kepastian, kematian. Waktu terus bergerak kedepan. Dari detik menuju menit dan menit sampai ke jam. Dari jam menuju hari dan akhirnya keminggu dan terus kebulan dan tahun terlewati untuk mengulang kembali. Tak terasa usia bertambah. Kebanyakan manusia tak siap ditinggalkan oleh orang yang dicintainya. Samahalnya tak siap untuk menghadap maut. Apalagi merasa perkasa menghadapi maut. Itu disebabkan oleh kecintaan berlebihan kepada dunia dan akibatnya melupakan hakikat kehidupan sebenarnya bahwa manusia tak berhak apapun terhadap kehidupan ini kecuali Allah. Semua adalah milik Allah yang setiap saat berhak memberi dan mengambilnya.

Hanya orang bodoh dan tolol yang tak bisa belajar dari kematian…

Saturday, February 14, 2009

Intervensi Tuhan

Intervensi Tuhan diabad kini dalam derap kehidupan bukanlah hal yang memuaskan untuk dijelaskan dikampus kampus secular. Tapi tidak bagi Jhon Bar Penkaye yang termenung di Biaranya yang jauh terpencil ditepi Sungai Tigris yang mengalis deras, dipegunungan yang kini disebut Turki Tenggara. Samahalnya dengan Jimmy Carter yang termenung ditempat peristirahatannya di Cam David ketika mendengar laporan bahwa operasi Gurun telah gagal total di Iran , bahkan memalukan.

Betapa tidak ? Bagi Jhon ketika ditahun 680 mencoba menulis sejarah tentang zamannya ihwal penaklukan bangsa Arab di Timur Tengah, yang masih tersimpan dalam ingatan. Kala merenungkan berbagai peristiwa dramatis ini, perasaannya dipenuhi oleh teka teki. “ bagaimana bisa, “ ia bertanya, “ Orang orang tanpa senjata lengkap, berkuda tanpa baju baja atau perisai berhasil memenangkan pertempuran..dan meruntuhkan semangat kebanggaan diri orang orang Persia”.

Ia semakin terhenyak, “ hanya dalam periode yang sangat singkat seluruh dunia diambil alih orang orang Arab; mereka menguasai seluruh kota yang dikelilingi benteng, mengambil alih pengawasan dari laut ke laut, dan dari timur ke barat- Mesir , dari Crete ke Cappadocia, dari Yaman ke Gerbang Alan , bangsa Armenia, Syiria, Persia, Byzantium dan Mesir serta seluruh wilayah disekitarnya “ tangan tangan mereka ada dimana mana”.

Jimmy Carter , bangga dengan kehebatan detail operasi dari panglima angkatan bersenjata; dengan pesawat khusus tak terlacak oleh radar serta prajurit terlatih untuk sebuah operasi penyelamatan terhadap penyanderaan pejabatan di kedutaan AS- Teheran di tahun 1979. Bagaimana mungkin , Iran tanpa perlindungan senjata anti pesawat , tanpa dukungan pelacak anti radar , dengan sendirinya membuat jatuh pesawat tempur AS. Tak ada perang yang sesungguhnya kecuali AS harus menanggung malu akibat operasi yang gagal.

Lehman Brother, dan juga para petinggi otoritas Moneter AS tidak pernah membayangkan bila kehebatan analisis keuangan yang didukung lulusan terbaik Harvard, produk derivative keuangan yang didukungan oleh system clearing super canggih, akhirnya dalam hitungan hari rontok. Seluruh system keuangan tak berdaya menghadapi global resesi yang datang bagaikan tornando menyapu semua pemain dan pemanja kapitalisme. Bagaimana mungkin kemakmuran yang digayuh bertahun tahun, kebanggaan yang melekat bertahun tahun akhirnya menjadi ratapan sesal tak bertepi?

Jhon, Jimmy , dan juga Lehman, tentu akhirnya menyadari ini semua karena kehendak Tuhan. Tuhan melakukan intervensinya. Sejarah selalu mencatat keberadaan intervensi Tuhan. Ketika logika menjadi Tuhan, maka Tuhan diatas sana tentu bersikap untuk menunjukan tentang kesejatiannya. Disisi lain memperlihatkan bahwa tidak ada keabadian, kebanggaan, kehebatan, kebesaran selain Allah. Inilah yang ingin dan selalu diingatkan Allah kepada seluruh umat manusia dari masa ke masa.

Akal terlalu lemah untuk mengatur dunia. Akal tak pernah selesai dengan tesisnya untuk kemakmuran dan kebahagiaan. Akal hanyalah perangkai warna dan garis menjadi sebuah fotomorgana didepan kita, hingga berlalunya waktu semua sirna. Lantas, apakah perlu sebuah intervensi dari Tuhan untuk membuktikan semua itu. Padahal Allah telah menunjukan semua kata katanya lewat kitab mulia dan para utusannya. Allahpun telah memberikan contoh dari masa kemasa , dan sejarah mencatatnya dengan rapi. Tapi kita selalu lupa dan lupa, hingga sampai datangnya kita bertanya “ Bagaimana mungkin” ?

Sunattulah selalu berhubungan dengan akal dan sebab akibat. Itulah kehebatan Allah yang mengatur existensi Aku dan Makhluk. Dia sang penguasa yang semaunya merubah ketetapan ( sunatulah ) yang dibuatnya. Walau sesungguhnya kasih sayang Nya terlalu banyak kompromi kepada mahluk ciptaanya. Namun bila batas kompromi terlewati maka Allah bersikap dengan caranya, Impossible is nothing.

Sunday, February 01, 2009

Catatan dari Davos

Islam tumbuh dengan subur menjangkau pulau dan benua di seluruh dunia. Dinasti islam bermunculan, Alquran dan Hadith digali untuk memperluas Ilmu pengetahuan. Masyarakat semakin berkembang dan pahampun beraneka ragam . Manusia semakin percaya kehebatan ilmu pengetahuan yang didapatnya. Isme dari pemikiran ditebar semakin meminggirkan keberadaan Al quran dan Hadith. “ Yaa Nabiyar Rahmah. Inikah fitnah besar itu ? “

Tak ada fitnah yang lebih besar kecuali manusia sudah menganggap dirinya dapat hidup tanpa keberadaan Allah;. Para pemimpin lupa akan amanahnya. Para orang kaya semakin jauh dari orang miskin. Para ulama bangga dengan ilmunya dan minta dibayar bila berbicara dan menulis. Tempat ibadah dibangun megah tapi kumuh jihad sosialnya. Para janda miskin dan anak yatim semakin banyak yang melata lapar dijalanan. Tempat maksiat bertebaran dimana mana. Alquran dan hadith dijadikan silang sengketa soal salah dan benar. Orang pandai menipu orang bodoh. Wanita berlaku sebagai pria , dan pria berlaku seperti wanita. Agamapun dipinggirkan dalam bersyariat dan yang teguh berjihad dituduh teroris untuk diburu sebagai pesakitan.

Ego disembah dan nafsu dibelai, orang lemah ditindas. Kekuasaan telah menjadi dogma baru sepeninggal Nabi untuk diburu dan disembah. Agama hanya dijadikan symbol. Dijadikan alat politik untuk menarik yang jauh dan merekat yang dekat. Hakikat agama semakin jauh dan jauh jalan bergeser ketempat kemaksiatan. Tidakah kita menyadari bahwa Alquran telah menceritakan tentang kaum yang musnah karena inkar kepada Allah. Agar kita sadar untuk kembali kepada hakikat kita diciptakan untuk meninggikan kalimat Allah.

Allah telah menyampaikan betapa pedihnya azabNya kepada kaum sebelum kita karena ingkar. Tapi kita abaikan itu. Padahal tanda tanda kehancuran alam secara structural telah kita ketahui . Global warming. ! Namun kita lebih memikirkan nasip nafsu yang mulai kehilangan tenaga untuk terus bermanja. Kita terus berpikir dan bekerja keras mengembalikan keseimbangan system ekonomi global. Kita masih percaya dengan cara cara kita yang bangga dengan kehebatan pikiran kita sendiri. Senyatanya berkali kali krisis terjadi sebagai akibat pemikiran yang rakus tapi tidak pernah disadari. Bahwa pemikiran akibat mempertuan nafsu pada akhirnya adalah kelelahan yang tak berujung. Tak ada nikmat kecuali kecemasan demi kecemasan.

Kita tak bisa menarik waktu mundur kebelakang. Global Warming akibat ulah kita, telah menjadi bom waktu yang setiap saat dapat menimbulkan bencana secara global. Ingatlah Alquran berkata. Sesuatu yang tadinya dirahmati oleh Allah akhirnya berubah menjadi bencana. Hujan yang tadinya pembawa rahmat (QS al-An'am/6:99), tiba-tiba menjadi sumber malapetaka banjir yang memusnahkan areal kehidupan (QS al-Baqarah/2:59). Gunung-gunung yang tadinya sebagai pasak bumi (QS al-Naba'/78:7), tiba-tiba memuntahkan debu, lahar panas, dan gas beracun (QS al-Mursalat/77:10). Angin yang tadinya mendistribusi awan (QS al-Baqarah/2:164) dan menyebabkan penyerbukan dalam dunia tumbuh-tumbuhan (Q.S. al-Kahfi/18:45), tiba-tiba tampil begitu ganas memorak-porandakan segala sesuatu yang dilalewatinya (QS Fushshilat/41:16).

Laut yang tadinya begitu pasrah melayani mobilitas manusia (QS al-Haj/22:65), tiba-tiba mengamuk dan menggulung apa saja yang dilaluinya (QS al-Takwin/81:6). Kilat dan guntur tadinya menjalankan fungsi positifnya, melakukan proses nitrifikasi (nitrification process) untuk kehidupan makhluk biologis di bumi (QS al-Ra'd/13:12), tiba-tiba menonjolkan fungsi negatifnya, menetaskan larva-larva betina (telur hama) yang kemudian memusnahkan berbagai tanaman para petani (QS al-Ra'd/13:12). Disparitas flora dan fauna tadinya tumbuh seimbang mengikuti hukum-hukum ekosistem (QS al-Ra'd/13:4), tiba-tiba tumbuh dan berkembang menyalahi keseimbangan dan pertumbuhan deret ukur kebutuhan manusia (QS al-A'raf/7:132).

Semua itu hanya masalah waktu. Kelak semua bencana yang pernah datang secara partial dan regional akan terjadi serentak diseluruh wilayah di bumi ini. Inilah akibat dari proses fitnah besar itu yang telah berlangsung berabad abad. Yang telah mengabaikan Alquran dan Hadith sebagai tuntunan kejalan yang lurus Krisis ekonomi akibat dari krisis moral,. Krisis moral mengakibatkan krisis spiritual. Krisis spiritual akan mengakibat bencana Alam secara systematis dan comprehensive.

Dari Davos, di Forum Ekonomi Dunia, kita menyampaikan pesan. Sadarlah sebelum datang masanya. Jadilah orang yang selamat..marilah sholat marilah mencapai kemenangan. Bersama Allah kita bisa!

Monday, January 26, 2009

Masjid

Dua minggu lalu bunda maksa saya untuk datang melihat Masjid Kubah Mas di daerah Depok. Nama Masjid itu sebetulnya adalah Dian Al - Mahri. Mungkin karena kubahnya berwarna kuning keemasan makanya disebut Kubah Mas. Saya sebetulnya berat untuk melangkah ke sana. Karena bagi saya sholat dimanapun bagi Allah sama saja. Yang penting bukan tempatnya yang megah tapi kekhusuan sholat berjamaah itulah yang utama. Tapi karena desakan Bunda maka saya tak ada pilihan untuk tidak mengantarnya. Setelah melewati gerbang Satpam dan Parkir , maka kamipun masuk kedalam Masjid megah itu. Setelah keluar dari masjid itu saya berpikir , andaikan uang untuk membangun masjid yang megah ini dikelola secara professional dan hasilnya dipergunakan untuk kemanusiaan , tentu banyak sekali orang miskin yang dapat dibantu. Apalagi donator masjid ini juga siap dengan dana untuk membantu orang miskin.

Sebetulnya didalam Al Quran amalan yang paling sering disebut adalah memberikan makan orang miskin. Pembangunan masjid malah tidak ada dalam Al Quran. Bahkan ada pembangunan masjid yang dikecam dalam Al Quran yaitu pembangunan Masjid Dhirar ( QS. Taubah (9) Ayat 107.). Tapi mengapa pembangunan masjid di Indonesia menjadi tradisi ? Bahkan Inilah negeri dengan jumlah masjid terbanyak didunia. Hal ini tak lepas dari cara para Sultan terdahulu yang selalu menempatkan Masjid besar didepan alun alun. Tujuannya adalah agar penduduk dapat dipersatukan dalam dimensi agama. Sehingga para sultan tidak kesulitan untuk menggiring masyarakat sebagai perekat kekuasaan. Cara ini juga sebagai motivasi lahirnya icon kesatuan dari tingkat desa , kecamatan sampai ketingkat pusat dimana sang penguasa bertahta.

Selanjutnya dari masa kemasa Masjid terus bermunculan dan dibangun dengan segala daya dan upaya untuk tampil megah. Bahkan Yayasan Dakap dizaman Pak Harto bertugas menggalang dana untuk membangun masjid seantero nusantara. Model dan rancangannya yang serba segi lima sebagai bentuk penyamaan paham dimana pancasila sebagai azas tunggal. Kemudian para orang kaya pun berlomba lomba membangun masjid dengan namanya sendiri atau nama yayasannya. Sebatas nampak dari luar sebagai upaya untuk syiar agama maka itu dapat diterima. Hanya saja yang menjadi kekawatiran adalah apabila pembangunan masjid itu bertujuan untuk politik kekuasaan atau sebagai wahana untuk aktualisasi diri para pengurus dan donator pembangunan masjid. Karena apapun dalihnya selain karena untuk mencari ridho Allah maka itu adalah perbuatan sombong dan takabur.

Bukan rahasia umum bila pengurus masjid dan donator masjid selalu ditempatkan pada tempat yang terhormat dimasjid. Selalu ada dibarisan depan. Walau dia datang terlambat. Bahkan pejabat yang ikut memberikan santunan dinanti oleh pengurus masjid didepan gerbang dan ditempatkan pada posisi terhormat. Kadang sikaf ini melupakan masjid adalah milik Allah dan semua orang dihadapan Allah adalah sama. Tradisi seperti inilah yang merupakan sarana ampuh bagi Iblis untuk menggelincirkan orang kaya dan penguasa kepada sirik social , yang bahkan menimbulkan sifat sombong dan takabur. Padahal dalam Islam sebaiknya sumbangan itu tidak perlu ada orang yang tahu selain Allah. Tangan kanan memberi tanpa diketahui oleh tangan kiri. Begitu sunnah rasul.

Esensi masjid bukanlah dari keindahan masjid. Bukan. Tapi ramainya orang datang berjamaah dengan khusu serta dijalin oleh rasa persaudaraan yang tinggi. Sholat berjamah dan masjid adalah ujud social culture umat dalam memahami syariat Agama. Bahwa kebersamaan itu adalah segala galanya,. Masjid harus berfungsi tidak hanya sebagai tempat sholat dengan kemegahannya untuk dilihat tapi lebih kepada sebagai sarana perjuangan umat untuk meninggikan kalimat Allah. Dari berkumpulnya umat dalam satu tempat , banyak hal tentang syariat berjihad dapat diorganisir.Yang utama adalah bagaimana membantu mereka yang lemah dan terzolimi. Para ulama harus sebagai mentor untuk memeriahkan masjid dalam nafas perjuangan itu. Sehingga tak lagi nampak Masjid harus dijaga oleh Satpam, Tak harus masjid terkunci rapat ketika tidak dipergunakan untuk sholat berjamaah. Masjid 24 jam terbuka bagi siapa saja yang ingin berjihad.

Kita tidak perlu masjid megah tampilannya tapi kumuh program sosialnya. Kita cukup masjid yang sederhana tapi megah program sosialnya. Mungkinkah ?

Kualitas elite rendah..

  Dari diskusi dengan teman teman. Saya tahu pejabat dan elite kita   berniat baik untuk bangsa ini. Namun karena keterbatasan wawasan dan l...