Didepan cermin kita melihat sang wajah kita sendiri. Tapi setiap orang melihat wajah orang lain dalam perspective berbeda beda. Ketika masih kanak kanak, saya meliat ibu seperti wajah sang pahlawan. Namun setelah dewasa , saya meliat ibu sebagai wajah ketulusan dan cinta kasih tak bertepi. Bagi orang lain melihat ibu saya sebagai wajah pekerja sosial yang setiap minggu mendatangi penjara dan rumah sakit untuk berdakwah. Tapi bagi penghuni penjara, ibu saya adalah wajah sejuk yang berbeda dengan wajah sipir penjara yang garang, atau berbeda dengan wajah rumah sakit yang memeras.
Apakah arti sebuah wajah ? wajah adalah sebuah tampilan yang bisa dilihat oleh semua orang. Lewat wajah kita bisa mengenang seseorang tentang kebaikan dan keburukan. Dua duanya dapat mempengaruhi kita. Itu sebabnya wajah begitu berartinya. Karena perkebangan zaman akhirnya wajah tak lagi sesungguhnya wajah.. Cermin tak lagi menjadi ukuran dari sang wajah. Salon kecantikan tak pernah sepi. Bukan hanya untuk kalangan wanita yang ingin mepercantik tampilan wajahnya tapi juga pria. Tujuannya tak lain agar menggoda Kita hidup terperangkap dalam komunikasi sang wajah. Semakin banyak tampil dan diliat lewat poster dan iklan tv, sang wajah akan diingat sesuai kreasi yang diinginkan. Tak peduli bila wajah itu hasil dari create liptik semata , yang segera dapat dihapus.
Sebuah politik berperan mengatur tampilan sebuah wajah pemerintahan.Dimata keluarga Bakrie , pemerintah adalah wajah sang protector yang setia. Bagi rakyat yang terkena korban Lapindo, pemerintah adalah wajah orang sakit mental. Ditangan pengemplang BLBI wajah pemerintah bagaikan wanita cantik yang harus dibelai dan dicintai dengan segala pengorbanan. Dibenci tapi dirindu. Jinak jinak merpati. Wajah sang binal yang menggemaskan diruang remang remang. Bagi pengusaha perikanan besar dan kapal besar bermitra dengan asing, pemerintah adalah wajah malaikat pembawa rezeki siang dan malam, Tapi bagi nelayan, pemerintah adalah wajah yang tak berupa,yang hanya dapat didengar tapi tak nampak. Bagi pengusaha yang mendapatkan konsesi bisnis import bibit, pupuk, pestisida , wajah pemerintah adalah keperkasaan dan kebijakan. Tapi bagi petani , wajah pemerintah nampak bagaikan lukisan abstrak penuh warna darah.
Ketika kita melihat dan mengakui sebuah system lahir dari ruang AC digedung parlemen, kita dihadapkan pada design sang wajah itu sendiri. Bentuk dan ukuran serta tatariasnya adalah cetakan untuk memastikan orang melihat yang sama , dari sudut manapun. Suka tidak suka , terimalah wajah itu dalam keseharian kita. “ Tak ada wajah yang sempurna dan memuaskan semua orang “ begitu philosophy nya. Semua boleh berbeda tapi sang wajah tetaplah sang wajah bila itu lahir dari gedung parlemen. Kini dan hari hari berikutnya kita menyaksikan begitu banyak orang tampil untuk berbicara dan bicara. Mereka ada karena sebuah system demokrasi untuk melahirkan wajah baru republic ini kedepan.
Lantas wajah apakah yang mereka tawarkan untuk kita nikmati, kita pandangi? Bila kita semua tahu bahwa begitu banyak wajah pemerintahan bertopengkan malaikat pemberi dan pelindung seperti halnya sosialisme namun pada akhirnya itu hanya topeng untuk menutupi wajah sang monster dictator untuk mengangkangi hak rakyat. Ada juga yang bertopengkan kebebasan individu , kesetaraan , kedamaian, bagaikan peri keadilan namun sebetulnya menutupi sang wajah kapitalis drakula yang gemar menghisap darah rakyat lewat harga, oligopoly, kartel , privatisasi layanan public. Dari topeng topeng ini, kita mendengar banyak retorika tentang keadilan, kesetaraan , tapi sebetulnya tak ada yang baru kecuali lipstiknya.
Negara adalah cermin yang selalu bersih bagaikan wajah ibu , yang memancarkan sinar terang. Tempat kita berkumpul untuk bersyariah demi tegaknya keadilan dan kemakmuran bagi siapa saja. Tempat yang teduh untuk kita tidur lelap dalam mimpi indah. Tapi ketika kita terjaga semuanya berbeda. Bukan salah bunda mengandung buruk suratan tangan sendiri. Bagaimana wajah pemerintah kita, berpulang kepada kita semua. Jangan salahkan negara atau jangan ada buruk wajah cermin dibelah.
Apakah arti sebuah wajah ? wajah adalah sebuah tampilan yang bisa dilihat oleh semua orang. Lewat wajah kita bisa mengenang seseorang tentang kebaikan dan keburukan. Dua duanya dapat mempengaruhi kita. Itu sebabnya wajah begitu berartinya. Karena perkebangan zaman akhirnya wajah tak lagi sesungguhnya wajah.. Cermin tak lagi menjadi ukuran dari sang wajah. Salon kecantikan tak pernah sepi. Bukan hanya untuk kalangan wanita yang ingin mepercantik tampilan wajahnya tapi juga pria. Tujuannya tak lain agar menggoda Kita hidup terperangkap dalam komunikasi sang wajah. Semakin banyak tampil dan diliat lewat poster dan iklan tv, sang wajah akan diingat sesuai kreasi yang diinginkan. Tak peduli bila wajah itu hasil dari create liptik semata , yang segera dapat dihapus.
Sebuah politik berperan mengatur tampilan sebuah wajah pemerintahan.Dimata keluarga Bakrie , pemerintah adalah wajah sang protector yang setia. Bagi rakyat yang terkena korban Lapindo, pemerintah adalah wajah orang sakit mental. Ditangan pengemplang BLBI wajah pemerintah bagaikan wanita cantik yang harus dibelai dan dicintai dengan segala pengorbanan. Dibenci tapi dirindu. Jinak jinak merpati. Wajah sang binal yang menggemaskan diruang remang remang. Bagi pengusaha perikanan besar dan kapal besar bermitra dengan asing, pemerintah adalah wajah malaikat pembawa rezeki siang dan malam, Tapi bagi nelayan, pemerintah adalah wajah yang tak berupa,yang hanya dapat didengar tapi tak nampak. Bagi pengusaha yang mendapatkan konsesi bisnis import bibit, pupuk, pestisida , wajah pemerintah adalah keperkasaan dan kebijakan. Tapi bagi petani , wajah pemerintah nampak bagaikan lukisan abstrak penuh warna darah.
Ketika kita melihat dan mengakui sebuah system lahir dari ruang AC digedung parlemen, kita dihadapkan pada design sang wajah itu sendiri. Bentuk dan ukuran serta tatariasnya adalah cetakan untuk memastikan orang melihat yang sama , dari sudut manapun. Suka tidak suka , terimalah wajah itu dalam keseharian kita. “ Tak ada wajah yang sempurna dan memuaskan semua orang “ begitu philosophy nya. Semua boleh berbeda tapi sang wajah tetaplah sang wajah bila itu lahir dari gedung parlemen. Kini dan hari hari berikutnya kita menyaksikan begitu banyak orang tampil untuk berbicara dan bicara. Mereka ada karena sebuah system demokrasi untuk melahirkan wajah baru republic ini kedepan.
Lantas wajah apakah yang mereka tawarkan untuk kita nikmati, kita pandangi? Bila kita semua tahu bahwa begitu banyak wajah pemerintahan bertopengkan malaikat pemberi dan pelindung seperti halnya sosialisme namun pada akhirnya itu hanya topeng untuk menutupi wajah sang monster dictator untuk mengangkangi hak rakyat. Ada juga yang bertopengkan kebebasan individu , kesetaraan , kedamaian, bagaikan peri keadilan namun sebetulnya menutupi sang wajah kapitalis drakula yang gemar menghisap darah rakyat lewat harga, oligopoly, kartel , privatisasi layanan public. Dari topeng topeng ini, kita mendengar banyak retorika tentang keadilan, kesetaraan , tapi sebetulnya tak ada yang baru kecuali lipstiknya.
Negara adalah cermin yang selalu bersih bagaikan wajah ibu , yang memancarkan sinar terang. Tempat kita berkumpul untuk bersyariah demi tegaknya keadilan dan kemakmuran bagi siapa saja. Tempat yang teduh untuk kita tidur lelap dalam mimpi indah. Tapi ketika kita terjaga semuanya berbeda. Bukan salah bunda mengandung buruk suratan tangan sendiri. Bagaimana wajah pemerintah kita, berpulang kepada kita semua. Jangan salahkan negara atau jangan ada buruk wajah cermin dibelah.
No comments:
Post a Comment