Ketika waktu dan ruang masih menjadi bagian kehidupan kita, maka tak pernah kita menganggap kematian itu sesuatu yang pasti. Ketika orang yang kita cintai sedang menghadapi gelombang sakratul maut , kita terus berjuang dengan mengandalkan kekuatan ilmu dan harta untuk menyembuhkan orang yang kita cintai. Pada detik detik menuju kematian itu sebetulnya adalah pelajaran berharga bagi yang masih sehat untuk menarik hikmah bahwa umur pasti berakhir. Hikmah terbesar bagi setiap manusia adalah kematian itu sendiri. Bila semua orang sadar setiap saat maut akan menjemputnya tanpa bisa menolak , tentu kebaikan , kebenaran dan keadilan akan berterbaran dimuka bumi.
Pernah satu peristiwa di tahun 1990. Sahabat saya meminta saya menemaninya untuk membawa orang tuanya berobat ke Singapore. Saya menyanggupi. Apalagi ticket dan hotel disediakannya. Ketika sampai dibandara, sayapun terkejut karena satu pesawat isinya semua anggota keluarga dan sahabat sahabat dekatnya. Orang tuanya ditempatkan di first class dengan didampingi oleh putra putrinya. Sementara para sahabat dan kerabat jauh duduk di ekonomi class.
Selama dalam perjalanan udara itu, Saya mendengar satu sama lain berbicara tentang banyak hal dan tidak ada yang membicarakan tentang orang tua teman ini yang sedang sakit keras. Tak ada yang bercerita tentang kebaikannya. Masing masing terdengar berbicara soal urusan business diatanra mereka. Ada juga yang tergelak,. Tak tahu apa yang digelakan. Padahal dikelas utama pesawat ada sisakit dalam keadaan kritis untuk berharap keajaiban dari rumah sakit terkenal di Singapore.
Sesampai di Bandara Singapore , petugas Rumah Sakit sudah menanti didepan pintu pesawat dan ambulancepun standby dibawah untuk segera membawa pasien ke rumah sakit. Benar benar layanan first class. Itulah yang saya rasakan melihat situasi itu. Kamipun dilayani oleh petugas PR yang ramah dan membawa kami ke hotel berbintang lima. Sehari dirumah sakit, kamipun mendapat kabar bahwa orang tua teman ini telah menemui ajalnya.
Kami melihat dirumah sakit para anggota keluarga sibuk sekali. Wajah duka menyelimuti semua anggota keluarga. Tapi itu tak berlangsung lama. Apalagi beberapa agent terkenal dibidang cargo sudah datang ke Rumah sakit untuk mempersiapkan pengangkutan jenazah ke tanah air. Didalam pesawat , sebagian kami menempati tempat duduk first class dan sementara jenazah orang tua teman ini berada dicabin pesawat sebagai sebuah cargo. Disamping saya teman sempat berbisik “ Tadi ketika berangkat orang tuanya duduk di first class tapi sekarang dia ada di cabin cargo bersama tumpukan bagasi kita “
Sesampai di Jakarta , keluarga sibuk mengbungi agent untuk kremasi dan segala tetek bengek upacara yang diperlukan untuk penghormatan kepada jenazah. Setelah upacara selesai , para keluarga sibuk menghubungi notaries dan pengacara serta beberapa ahli dibidang keuangan untuk mengatur pembagian harta warisan dan penempatan harta direkening bank terkemuka di luar negeri. Begitulah sepenggal pengalaman yang saya lihat. Yang membuat saya bertanya, “ Untuk apakah semua yang kita perjuangkan ? bila kematian itu menempatkan kita sama seperti bagasi yang biasa ditempatkan dicabin. Bahkan dalam islam , mayat hanya dibungkus dengan kain putih. Tak lebih. Begitulah kerendahan jasad kita" hakikat manusia memang bukanlah jasadnya tapi ruh yang bersemayam didalam dirinya. Kematian adalah perpindahan ruh dari alam fana ke alam baqa.
Memahami umur adalah memahami bergeraknya waktu menuju kepada kepastian, kematian. Waktu terus bergerak kedepan. Dari detik menuju menit dan menit sampai ke jam. Dari jam menuju hari dan akhirnya keminggu dan terus kebulan dan tahun terlewati untuk mengulang kembali. Tak terasa usia bertambah. Kebanyakan manusia tak siap ditinggalkan oleh orang yang dicintainya. Samahalnya tak siap untuk menghadap maut. Apalagi merasa perkasa menghadapi maut. Itu disebabkan oleh kecintaan berlebihan kepada dunia dan akibatnya melupakan hakikat kehidupan sebenarnya bahwa manusia tak berhak apapun terhadap kehidupan ini kecuali Allah. Semua adalah milik Allah yang setiap saat berhak memberi dan mengambilnya.
Hanya orang bodoh dan tolol yang tak bisa belajar dari kematian…
Pernah satu peristiwa di tahun 1990. Sahabat saya meminta saya menemaninya untuk membawa orang tuanya berobat ke Singapore. Saya menyanggupi. Apalagi ticket dan hotel disediakannya. Ketika sampai dibandara, sayapun terkejut karena satu pesawat isinya semua anggota keluarga dan sahabat sahabat dekatnya. Orang tuanya ditempatkan di first class dengan didampingi oleh putra putrinya. Sementara para sahabat dan kerabat jauh duduk di ekonomi class.
Selama dalam perjalanan udara itu, Saya mendengar satu sama lain berbicara tentang banyak hal dan tidak ada yang membicarakan tentang orang tua teman ini yang sedang sakit keras. Tak ada yang bercerita tentang kebaikannya. Masing masing terdengar berbicara soal urusan business diatanra mereka. Ada juga yang tergelak,. Tak tahu apa yang digelakan. Padahal dikelas utama pesawat ada sisakit dalam keadaan kritis untuk berharap keajaiban dari rumah sakit terkenal di Singapore.
Sesampai di Bandara Singapore , petugas Rumah Sakit sudah menanti didepan pintu pesawat dan ambulancepun standby dibawah untuk segera membawa pasien ke rumah sakit. Benar benar layanan first class. Itulah yang saya rasakan melihat situasi itu. Kamipun dilayani oleh petugas PR yang ramah dan membawa kami ke hotel berbintang lima. Sehari dirumah sakit, kamipun mendapat kabar bahwa orang tua teman ini telah menemui ajalnya.
Kami melihat dirumah sakit para anggota keluarga sibuk sekali. Wajah duka menyelimuti semua anggota keluarga. Tapi itu tak berlangsung lama. Apalagi beberapa agent terkenal dibidang cargo sudah datang ke Rumah sakit untuk mempersiapkan pengangkutan jenazah ke tanah air. Didalam pesawat , sebagian kami menempati tempat duduk first class dan sementara jenazah orang tua teman ini berada dicabin pesawat sebagai sebuah cargo. Disamping saya teman sempat berbisik “ Tadi ketika berangkat orang tuanya duduk di first class tapi sekarang dia ada di cabin cargo bersama tumpukan bagasi kita “
Sesampai di Jakarta , keluarga sibuk mengbungi agent untuk kremasi dan segala tetek bengek upacara yang diperlukan untuk penghormatan kepada jenazah. Setelah upacara selesai , para keluarga sibuk menghubungi notaries dan pengacara serta beberapa ahli dibidang keuangan untuk mengatur pembagian harta warisan dan penempatan harta direkening bank terkemuka di luar negeri. Begitulah sepenggal pengalaman yang saya lihat. Yang membuat saya bertanya, “ Untuk apakah semua yang kita perjuangkan ? bila kematian itu menempatkan kita sama seperti bagasi yang biasa ditempatkan dicabin. Bahkan dalam islam , mayat hanya dibungkus dengan kain putih. Tak lebih. Begitulah kerendahan jasad kita" hakikat manusia memang bukanlah jasadnya tapi ruh yang bersemayam didalam dirinya. Kematian adalah perpindahan ruh dari alam fana ke alam baqa.
Memahami umur adalah memahami bergeraknya waktu menuju kepada kepastian, kematian. Waktu terus bergerak kedepan. Dari detik menuju menit dan menit sampai ke jam. Dari jam menuju hari dan akhirnya keminggu dan terus kebulan dan tahun terlewati untuk mengulang kembali. Tak terasa usia bertambah. Kebanyakan manusia tak siap ditinggalkan oleh orang yang dicintainya. Samahalnya tak siap untuk menghadap maut. Apalagi merasa perkasa menghadapi maut. Itu disebabkan oleh kecintaan berlebihan kepada dunia dan akibatnya melupakan hakikat kehidupan sebenarnya bahwa manusia tak berhak apapun terhadap kehidupan ini kecuali Allah. Semua adalah milik Allah yang setiap saat berhak memberi dan mengambilnya.
Hanya orang bodoh dan tolol yang tak bisa belajar dari kematian…
No comments:
Post a Comment