Friday, March 26, 2010

Kebebasan ?

Tidak sulit bagi siapapun untuk mendapatkan situs Porno di internet. Dunia private ini , tak lagi jadi private oleh sebuah system informasi yang mendunia. Jangan terkejut bila anak sekolah SD sampai SMA sudak akrab dengan pornographi. Tidak sulit pula untuk mendapatkan informasi yang berisi apapun yang bersitat menghujat ,fitnah dan segala analisa dangkal untuk memprovokasi public membenci pemerintah dan menyampaikan kemarahan kepada pemerintah. Inilah kenyataan dari hadirnya cyber world. Masyarakat modern tidak bisa melepaskan diri dari system informasi ini. Demi alasan kebebasan dan demokrasi maka tak ada kekuatan budaya dan agama yang boleh mengatur kebebasan system ini. Negara ditempatkan sebagai pecundang bila mencoba menghalangi kebebasan ini.

Hak Azasi Manusia sebagai sebuah hak public harus dihormati’ Demikian tanggapan sebagian orang yang tidak menginginkan ada pembatasan situs dalam dunia cyber. Mereka juga beranggapan bahwa pendidikan sex harus diajarkan sedari dini kepada anak anak. Agar mereka cerdas dan terhindar dari prilake sex yang salah. Banyak sekali analisa dan tanggapan ilmiah dari sudut psikologi, sosiologi , budaya , yang kesemuanya membenarkan kebebasan itu. Kebebasan menyampaikan aspirasi lewat dunia cyber juga bagian dari HAM. Orang bebas bicara apa saja. Tak penting apakah kata katanya itu benar atau salah, Tak penting apakah itu bernada provokatif , fitnah. Yang penting , adalah kebebasan harus diatas segala galanya.

Begitulah dunia HAM yang kita maknai. Begitulah kebebasan yang kini kita akui dalam global komunitas. Sebuah tesis sedang dipertaruhkan untuk masa depan. Bahwa kepatuhan dan kesantunan hanya bisa lahir dari kebebasan. Itulah yang membuat China menentang habis kehadiran Google di China kecuali Google bersedia mengakui bahwa “ kepatuhan, dan kesantunan hanya bisa lahir dari kekuasaan. China hanya percaya bahwa kekuasaan harus digaris depan mendesign dan menentukan kebebasan. Titik. Para pegiat HAM international mengecam cina anti kebebasan dan melanggar dasar HAM. Kita bertanya siapakah yang benar ? Apakah china salah dengan sikapnya ataukah HAM international yang salah ?

Menurut saya kebebasan adalah mutlak. Harus dihormati. Masalahnya adalah meluruskan tentang kebebasan itu sendiri. Tidak ada yang melarang anda untuk makan. Itu hak anda. Tapi tidak boleh makan milik orang lain. Harta itu milik anda. Hak anda. Bebas digunakan untuk apapun. Tapi anda tidak boleh menggunakannya untuk berjudi dan memperolehnya dari judi. Sex itu adalah hak dasar dan hak spiritual anda. Tapi anda tidak boleh menjadikan sex sebagai komoditi. Tentu tidak ada orang yang senang bila istrinya diambil orang lain dengan alasan kebebasan. Dari sini dapat disimpulkan bahwa kebebasan berhubungan dengan kepatutan social dan budaya yang jadi dasar manusia beradab. Negara tidak bisa membiarkan kebebasan itu kalau pada akhirnya merusak tatanan budaya. Negara harus bertanggung jawab untuk mengamankan budaya dan agama agar tidak tercemari oleh suatu alasan demi kebebasan.

Rakyat China yang komunis, yang tidak mengenal pancasila. Yang tidak menempatkan sila Ketuhanan yang Maha Esa sebagai philosopi Negara, tapi percaya bahwa konten multimedia lewat internet harus dibatasi demi tegaknya akar budaya kesantunan dan kepatutan sebagai makhluk social. Pemerintah China dan elitenya tahu bagaimana mencintai rakyat tanpa harus mengikuti kebebasan cara asing. Beda dengan kita, dimana SBY menegur MenKom yang mengajukan Rancangan Peraturan Menteri (RPM) Konten Multimedia. Sebuah hak inisiatif dari kader patai islam telah tumbang dan terlupakan…Kini UU Penistaan Agama, sedang digugat lewat Mahkamah Konstitusi oleh LSM demi alasan kebebasan dan HAM.. Mau kemana lagi kita berkiblat ? Apakah kita masih mengakui Pancasila ?

Kualitas elite rendah..

  Dari diskusi dengan teman teman. Saya tahu pejabat dan elite kita   berniat baik untuk bangsa ini. Namun karena keterbatasan wawasan dan l...