Saturday, June 11, 2016

Hidup berbagi...


Waktu makan malam dengan mitra yang juga sahabat saya, kami saling pandangan ketika melihat salah satu mitra saya tertidur di depan meja makan seusai makan malam. Sahabat saya yang tertidur itu memang termasuk paling tua diantara kami bertiga. Usianya sudah 68 tahun. Salah satu sahabat saya berkata " lihat dia" katany menunjuk teman yang tertidur " 10 tahun lalu dia hanya tertidur kalau ada tempat tidur. Dia selalu sibuk. Andaikan waktu bisa dia beli dia akan beli karena 24 jam sehari tidak cukup untuk memenuhi ambisinya. Kini dia menua. Dua anaknya tinggal di Canada. Istrinya ikut anaknya di Canada. Di masa tuanya di hidup sendiri di Hongkong dan dilayani oleh pembantu. Sangat menyedihkan". Ada rasa iba melihat sahabat saya seperti itu.  Tapi inilah hidup. Dia telah menentukan pilihannya dan dia merasa bahagia melewatinya. Kalaupun kini dia merasa kesepian, dia akan baik baik saja walau mungkin bukan cara hidup yang menentramkan di masa tuannya.

Bagaimana dengan kamu? Tanya saya. Karena saya tahu teman ini usianya 5 tahun diatas saya. Tidak pernah menikah seumur hidupnya. " saya terbiasa hidup sendiri. Tapi bukan berarti saya ingin menyendiri. Itu sudah takdir saya jadi jomblo. Saya tidak sesali itu. Seumur hidup saya berusaha untuk berbagi kepada siapapun. Kini saya punya banyak teman dan empat orang anak angkat saya selalu ada untuk saya. Mereka mencintai saya dan selalu meyakinkan saya agar selalu sehat. Jadi hidup sebagaimana kamu katakan bahwa keluarga itu penting tapi jauh lebih penting adalah semangat berbagi atas dasar cinta. Memang keluarga prioritas tapi setiap pria tidak di lahirkan untuk berbuat hanya untuk keluarganya tapi juga untuk yang lain. Rezeki tidak harus memanjakan keluarga tapi membuat mereka bersyukur agar tahu arti mencintai. Jangan sampai seperti dia ... Katanya sambil menunjuk teman yang tertidur , betapa besarnya pengorbanan dia untuk membahagiakan keluarganya tapi apa yang dia dapat? Andaikan sepanjang usianya tadi di gunakan untuk berbagi mungkin dia tidak harus kesepian.. "

Saya tersenyum. Hidup memang bukan hal yang sulit di maknai asalkan kita sadar akan firman Allah " Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu); dan di sisi Allah-lah pahala yang besar".Cobaan itu tidak ringan. Bagi si miskin mungkin cobaan hanya menahan lapar dan keinginan. Bagi yang jomblo hanya menahan birahi. Tapi bagi yang punya harta dia harus bersabar atas dorongan harta untuk dia tidak di perbudak nafsu dan mengharuskan dia berbagi. Bukan hanya perjuangan menafkahi keluarga tapi lebih dari itu sadar bahwa mereka adalah bagian dari titipan Allah. Ada lagi titipan Allah yang harus dilaksanakan yaitu menebarkan kebaikan dengan harta yang ada. Kesalehan social harus menjadi bagian dari rasa syukur atas rezeki yang Allah beri. Dari tabungan kebaikan itu akan kembali kepada diri kita sendiri. Karena bukan tidak mungkin anak yang diharapkan sebagai tongkat kita di masa tua, tidak bisa berbuat lebih karena alasana tertentu tapi ada orang lain yang bukan siapa siapa tapi pernah merasakan kebaikan kita ,justru dialah yang selalu ada untuk kita dan menjaga kita dari ketuaan dan kelemahan kita. 

Malam telah larut. Kami bertiga jalan kaki menyusuri trotoar jalan.  Langkah kaki kami di hentikan oleh seorang biarawan yang menegur kami dan mendoakan kami. Teman saya yang lebih tua hanya tersenyum sambil berkata “ terlalu mudah dia dapatkan uang”.Tapi teman saya satunya lagi memegang  bahu biarawan sambil menyelipkan uang di dalam lipatan kertas berisi himbauan hidup berbagi. Saya hanya tersenyum meliat peristiwa itu.  Memang tidak mudah merubah sikap orang, apalagi menganggap harta itu bukan berasal dari Tuhan tapi karena kerja keras semata.  Tapi akan selalu ada orang percaya bahwa bukan soal dari mana harta itu datang tapi memberi dan berbagi itu memang indah dan membahagiakan. Apakah itu kurang cukup bukti bahwa Tuhan hadir di dalam diri kita dan meniupkan pesan tentang cinta, selalu. Masalahnya apakah kita merasakan kehadiran Tuhan yang mengharuskan kita menegakan keadian bagi mereka yang papa...

Tuesday, June 07, 2016

Mengelola nafsu


Ada komunitas budha terletak di Lembah Larung Gar dengan ketinggian 4.000 meter, sekitar 15 km dari kota Sêrtar, Prefektur Garze di wilayah Tibet Kham. Desa tersebut berada pada ketinggian 12.500 kaki dari permukaan Laut. Untuk mencapai wilayah ini bukanlah pekerjaan yang mudah, kota besar terdekat adalah Chengdu, yang berjarak 650 kilometer serta memakan waktu 13 sampai 15 jam dengan kendaraan. Namun tidak semua wisatawan bisa masuk ke wilayah ini.  Wilayah ini adalah pusat komunitas budha terbesar di dunia. Kehidupan di wilayah ini sangat sederhana. Tidak ada kehidupan modern.Tidak ada listrik. Tidak ada musik. TIdak ada internet. Tidak ada telp. Tidak ada toilet. Tidak alat pemanas. Tidak ada kendaraan. Jadi kemana pergi di wilayah itu harus jalan kaki yang menyusuri bukit di tinggian 4000 meter. Di tempat inilah berdiri Serthar Buddhist Institute yang di huni 40.000 biarawan dan biarawati. Sebagian besar di huni oleh biarawati. Melihat cara mereka melaksanakan ibadah dan melaksanakan kehidupan agamanya sangat berat. Selama disana tidak ada mitos para saolin di ajarkan berkelahi tapi justru diajarkan untuk menahan emosi dan menguasi alam dengan kekuatan jiwa penuh kasih. Penemuan diri dan kelengkapan diri adalah membunuh nafsu dunia dan kemewahan dunia. Mereka yakin kesederhaan itulah yang akan membawa mereka ke nirwana.

Saya bersyukur karena Islam tidak mengajarkan seperti agama Budha dimana orang harus menyiksa dirinya menjauh dari kemewahan hidup. Kewajiban puasa yang lebih lama ( lebih dari 2 bulan dalam setahun ) dengan syarat yang sangat ketat seperti di larang membunuh apapun yang bernyawa, dan harus tinggal di kuil. Kalau islam zakat 2,5 % tapi mereka 10% dari penghasilan.  Islam adalah agama yang mudah dan sesuai dengan fitrah manusia. Allah menghendaki kemudahan kepada umat manusia dan tidak menghendaki kesusahan kepada mereka. Sebagaimana firman Allah  “Kami tidak menurunkan Al-Qur-an ini kepadamu (Muhammad) agar engkau menjadi susah; melainkan sebagai peringatan bagi orang yang takut (kepada Allah), diturunkan dari (Allah) yang menciptakan bumi dan langit yang tinggi.” [Thaahaa: 2-4]. Bagaimana dengan Tauhid ? sulitkah ?  Mentauhidkan Allah dan beribadah hanya kepada-Nya adalah mudah. Shalat hanya diwajibkan 5 waktu dalam 24 jam. Orang yang khusyu’ dalam shalat, paling lama 10 menit, dalam hitungan hari ia melaksanakan shalatnya dalam sehari hanya 50 menit dalam waktu 24 x 60 menit. Jika tidak mampu berdiri karena sakit boleh sambil duduk atau berbaring. Jika tidak ada air (untuk bersuci), maka dibolehkan tayammum. terkena najis, hanya dicuci bagian yang terkena najis. Musafir disunnahkan mengqashar (meringkas) shalat dan boleh menjama’ (menggabung) dua shalat apabila dibutuhkan, seperti shalat Zhuhur dengan ‘Ashar, dan Maghrib dengan ‘Isya’.Sholat bisa dimana saja . Seluruh permukaan bumi ini dijadikan untuk tempat shalat dan boleh dipakai untuk bersuci (tayammum).

Puasa hanya wajib selama satu bulan, yaitu pada bulan Ramadlan setahun sekali. Orang sakit dan musafir boleh tidak berpuasa asal ia mengganti puasa pada hari yang lain, demikian juga orang yang nifas dan haidh. Orang yang sudah tua renta, perempuan hamil dan menyusui apabila tidak mampu boleh tidak berpuasa, dengan menggantinya dalam bentuk fidyah.  Zakat hanya wajib dikeluarkan sekali setahun, bila sudah sampai nishab dan haul. Haji hanya wajib sekali seumur hidup. Barangsiapa yang ingin menambah, maka itu hanyalah sunnah.  Qishash (balas bunuh) hanya untuk orang yang membunuh orang lain dengan sengaja. Syari’at Islam adalah mudah. Kemudahan syari’at Islam berlaku dalam semua hal, baik dalam ushul (pokok) maupun furu’ (cabang), baik tentang ‘aqidah, ibadah, akhlak, mu’amalah, jual beli, pinjam meminjam, pernikahan, hukuman dan lainnya.Semua perintah dalam Islam mengandung banyak manfaat. Sebaliknya, semua larangan dalam Islam mengandung banyak kemudharatan di dalamnya. Maka, kewajiban atas kita untuk sungguh-sungguh memegang teguh syari’at Islam dan mengamalkannya. Rasulullah bersabda: “Permudahlah dan jangan mempersulit, berikanlah kabar gembira dan jangan membuat orang lari.”  Nikmat apalagi yang kita dustakan.

Tapi yang mudah dan ringan bagi umat islam, masih terasa berat di lakukan..Entah bagaimana kalau kewajiban kita seperti umat budha. Dunia memang menggoda manusia, yang bisa membuat manusia lupa jalan pulang dan Allah mengajarkan Rasul cara berdoa menghadapi dunia : "Ya Rabb kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami bersalah. Ya Rabb kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Rabb kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri ma'aflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir." Apakah ada yang lebih kafir di bandingkan nafsu itu sendiri.Ia ada dalam diri kita dan karena itulah kewajiban puasa agar kita bisa mengendalikan nafsu untuk menemukan kesejatian kita bahwa dunia hanyalah senda gurau belaka dan jalan menuju akhirat adalah yang benar.  Ya bila kita mengejar dunia maka kita akan kehilangan akhirat namun bila kita mengejar akhirat maka dunia akan kita miliki,dan cara benar mengejar akhirat tidaklah sulit tapi mudah. Namun yang mudah itu kadang terasa sulit karena hati kita di kuasai nafsu dunia. Mengelola nafsu adalah keniscayaan bagi umat islam,kapan saja dan dimana saja, sepanjang usia.


Thursday, June 02, 2016

Beragama...


Sedari kecil saya sudah Islam karena lahir dari keluarga yang beragama Islam.Beriman satu hal tapi mendapatkan hidayah itu lain hal. Namun yang tak pernah saya berhenti bersyukur kepada Allah adalah keimanan itu datang bersamaan dengan hidayah datang melalui orang yang saya cintai. Memang  proses mencapai itu panjang.  Didikan agama tidak hanya saya dapat dari kedua orang tua tapi juga dari Nenek dan paman saya. Kebetulan baik ibu saya, Nenek maupun paman saya adalah aktifits keagamaan. Jadi saya di besarkan oleh keluarga yang memang aktifis keagamaan..Tentu cara mereka mendidik saya tidak hanya sebatas bagaimana agama diyakini tapi bagaimana di apply dalam bentuk spiritual sosial. Dari ibu saya di tekankan " jangan pernah meninggalkan sholat. Karena sholat itu sebagai penghubung antara kamu dengan Allah. Dengan sholat, Tuhan ada di hatimu dan Tuhan akan menjagamu siang dan malam. Yakinlah kamu akan selalu baik baik saja selagi Tuhan hadir di hatimu." Dari ayah saya , saya di tekankan agar menjadi seorang laki laki. " Menjadi pria itu tidak mudah. Kamu harus kuat lahir batin. Karena tanggung jawab kamu bukan hanya kepada keluargamu tapi juga kepada yang lain. Jangan pernah kalah dengan keadaan. Jadilah petarung. Hiduplah berakal agar kamu mati beriman."

Dari nenek saya belajar ilmu Al Quran. Dari SD saya belajar memahami Al Quran. Dan yang tak pernah saya lupa bagaimana nenek saya menceritakan kisah di setiap Ayat Al Quran dan selalu ada hikmah di setiap cerita itu agar saya memahami betapa Agama itu penuh dengan cinta dan kasih sayang. Nasehat nenek saya " Janganlah kamu sungkan atau malas melaksanakan ibadah, sebab Allah tak pernah membuatnya sulit ketika Dia mewajibkanNya. Allah tidak mewajibkan suatu perintah kecuali Allah telah penyiapkan pertolongan dan bantuan untuk menunaikannya. Sementara martabat mu lebih agung disisiNya karena kamu adalah tempat untuk mewujud apa yang Dia wajibkan kepada mu. Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan kecuali bisikan bisikan dari orang yang menyuruh mu untuk memberi sedekah, atau berbuat ma’ruf, atau mendamaikan sesama manusia. Allah memerintahkan mu untuk bersedekah karena dia mewakilkan hal itu kepada mu. Maka, janganlah kamu tolak orang yang butuh pertolongan walaupun dengan kalimat yang santun dan wajah ramah, sementara kamu tidak merasa bersalah karenanya. kamu tahu, membantu orang lain sama saja memberikan bekal hingga akhirat"

Dari Paman saya belajar secara detail pengetahuan agama. Sejak SLTP tugas pendidikan saya ada pada Paman.  Dalam setiap pengajian paman saya mengajak saya untuk belajar ilmu fikih dan hadith. Paman saya juga jadi mentor saya dalam segala hal. Apapun yang saya tanya, paman saya dapat menjawab dengan terang. " Agama itu harus di yakini karena akal kamu berfungsi. Semakin kaya pengetahuan kamu semakin efektif akal kamu dan tentu semakin dalam keimanan kamu. Jadi gunakan sepanjang usia kamu untuk terus belajar apa saja. Jangan tutup dirimu dengan satu pengetahuan saja. Mengapa ? karena ilmu  Allah sangat luas. Kemanapun wajah kamu hadapkan ayat ayat Alalh terbentang untuk kamu mendapatkan hikmah.Jika kamu melihat orang berilmu yang tidak mengamalkan ilmunya, amalkanlah ilmunya oleh mu hingga hak si ilmu tertunaikan. Waspadalah jangan sampai kamu menzalimi sesama. Sebab kezaliman adalah kegelapan pada hari kiamat. Menzalimi sesama artinya kamu mengabaikan hak hak mereka yang Allah telah mewajibkan untuk kamu tunaikan. Sama sekali jangan pernah menghina si miskin dan yang berbeda agama denganmu. Sebab, tidak ada yang berhak menghina ciptaan Allah."

Ketika tamat SMU dan berakhir masa remaja saya, pemahaman Tauhid tidak membuat saya berjarak kepada yang berbeda , tidak pernah merasa angkuh. Didikan agama membuat saya tetap kering ditengah hujan deras, tetap tawar di laut yang asin. Keimanan itu bukan untuk di sombongkan, karena sehebat apapun kita beribadah tidak menjamin kita selamat. Hidaya itu hak Allah dan Allah berhak membolak balikan hati kita. Keimanan itu harus  di syukuri dengan sikap rendah hati agar yang jauh mendekat, yang dekat merapat. Setiap kita adalah pendakwah. Dakwah yang baik itu haruslah dengan hikmah, yang menentramkan siapapun dan membuat orang lain jatuh cinta. Karena itu sampai sekarang bila saya gundah, maka yang saya buka adalah Al Quran. Hati saya melembut dan yakin bahwa sholat dan kesabaran itu adalah senjata orang mukmin untuk unggul dalam  putaran waktu.

Wednesday, June 01, 2016

Markiah...


Seusai bersibuk dengan aktifitas keseharian ,saya pulang mendekati dini hari. Walau malam telah menjemput namun Jakarta masih ramai. Masih ada beberapa tempat yang terhalang macet. Entah apa sebabnya. Ketika lampu merah , mata saya tertuju kepada wanita yang duduk di pinggir jalan. Di sampingnya ada baskom tempat dia menjual sesuatu. Di sampingnya nampak juga anak balita yang tertidur beralaskan kain. Wanita itu menatap saya dan mendekati kendaraan saya. Saya bukan kaca jendela kendaraan. Dengan tersenyum, dia menawarkan dagangannya. Saya membalas senyumnya seraya menanyakan namanya. Dia menyebut dirinya Markiah. Singkat saja nama itu. Ya, Markiah seperti wanita lainnya yang terseret arus kota yang sulit ramah kepada seorang janda miskin. Kemana suaminya? entahlah. Ketika saya beli susu kedelai yang dia tawarkan, dia tampak lelah namun tegar. Tentu. Ketika saya beri uang tanpa membeli daganganya, dia menolak dengan halus. Saya merasa terjatuh berkeping keping. Ya Tuhan maafkan aku. Aku salah menilai wanita ini sehingga aku menduga dia pengemis.

Tuhan, engkau tunjukan kepadaku wanita perkasa melawan nasip. Dia tidak menadahkan tangan. Ketika saya rasakan susu kedelai memang enak. Dengan harga 5.000 satu kantong plastik saya merasakan susu kedelai terbaik. Dia tidak hanya menjual untuk makan tapi memang menjual karena cinta, tahu berterimakasih kepada konsumen yang telah membeli produknya. Hidup memang tidak sempurna. Sekeras apapun kamu berpikir utopis dan berharap datang namun yang terjadi terjadilah. Seorang pengusaha sukses nan filantropi akhirnya hancur karena badai krisis moneter yang tak pernah dia bayangkan akan terjadi. Wanita soleha tak pernah meminta uang belanja kepada suaminya namun dia harus bertanya mengapa dia harus di madu? Seorang jenderal yang tak henti beriklan bertahun tahun dan di dukung sederet ulama hebat akhirnya hanya dapat sujud syukur palsu terpilih sebagai presiden. Nyatanya dia dikalahkan oleh tukang kayu yang bukan jenderal dan bukan pula pimpinan partai.

Ya inilah permainan Tuhan. Kalau hidup tanpa surprise, semua sempurna? Padahal ketidak sempurnaan adalah fakta yang memaksa kita rendah hati. Saya masih ingat Markiah tadi, kita malu bila masih berkeluh kesah dengan keadaan. Kadang marah kepada pemerintah yang membuat keadaan ekonomi semakin tidak menentu. Kadang merasa kawatir tentang masa depan. Senantiasa mengutuki keadaan yang tidak seperti kita mau, sehingga bertanya mengapa Tuhan tidak memberi yang aku mau. ?  terus berpikir ingin menjadi matahari padahal untuk menjadi lentera pun kita tidak sanggup. Padahal semua bukan antara kita dengan keadaan tapi antara kita dengan Tuhan. Untuk menguji keimanan kita. Bukankah tidak dikatakan seseorang beriman sebelum di uji, dan ujian itu hanya ada karena kehidupan itu memang tidak sempurna.

Kamu berkata bahwa kita bisa copy paste dengan kehidupan Madinah di era Rasul memimpin asalkan Al Quran dan Hadith sebagai pegangan kita. Ya kita harus berpegang kepada kitabullah dan Sunnah namun kita tidak seharusnya hidup dalam utopia masalalu. Kita manusia biasa yang tidak mungkin sekelas Rasul. Karenanya sadarilah bahwa zaman ideal era kepemimpinan Rasul di Madinah tak akan pernah terjadi lagi. Walau kita berusaha mencapainya kita hanya seperti menggapai surya di pangkal akanan. Kita hanya akan selalu mendapatkan hangat dari cahayanya, dan kita senantiasa berikhtiar ke sana. Tapi mungkinkah mencapai kaki langit itu, menjangkau terang itu, dengan doa, dengan laku, dengan darah, dengan pentungan. dengan bomb, sekalipun? Hidup jadi berarti bukan karena mencapai. Hidup jadi berarti, karena mencari, memberi dan mengasihi. Itulah nilai agama sesungguhnya. Tuhan ada dalam dirimu. Di hatimu ! rahasia Allah terlalu luas untuk dipahami kecuali laluilah hidup ini dengan ikhlas. Itu sudah cukup karena kita akan diadili sendiri sendiri dihadapan Tuhan.

Tuesday, May 31, 2016

Cinta ibu..


Seorang ibu yang ketika anaknya lahir, tak di lihat apakah itu laki laki atau perempuan. Si Ibu akan segera mendekap bayinya dengan cinta. Wajahnya berhias senyum kebahagiaan tak terbilang. Sakit mendera selama proses melahirkan terasa hilang begitu saja. Kali pertama manusia mendapatkan dekapan cinta adalah dari seorang Ibu. Kali pertama manusia mendapatkan rezeki di dunia adalah dari ibu lewat ASI. Malaikat tersenyum ketika melihat anak dalam dekapan ibunya, seakan berkata bahwa " Kamu akan baik baik saja karena kamu mendapatkan malaikat terbaik yang di sediakan Tuhan untuk merawatmu dalam kelemahanmu. Ia akan selalu mengkawatirkanmu sepanjang waktu , mendoakanmu sepanjang usia. Dia adalah Ibumu. ". 

Benarlah ketika anak di ketahui mempunya kekurangan di bandingkan anak lainnya maka ibu tampil menjadi melaikat terbaik bagi si anak. Tidak meratapi kekurangan apalagi mengeluh atas kekurangan anak tapi tampil meyakinkan si anak bahwa ibu akan selalu ada untuk mu nak. Mari kita hadapi dunia ini bersama sama. Begitulah seakan yang di ungkapkan oleh teman ketika mengetahui anaknya terkesan autis yang hyperaktif, yang tumbuh seakan memiliki tiga ke pribadian. Kemampuan ogika intelensi bak usia 16 tahun, fisik umur 7 tahun, namun mental sosial emosi seperti anak umur 4 tahun. Namun dia berusaha bangkit untuk menjadi sahabat terbaik bagi anaknya. Sahabat yang paling mengerti. Dia berusaha memahami anaknya dan menjadi bagian dari anaknya. Berlalunya waktu si anak dapat tumbuh dan berkembang dengan keterbatasannya. Ketika usia sekolah terpaksa di keluarkan dari sekolah. Si ibu tampil menjadi guru bagi si anak dan mengajarkannya bagaimana mengenal dunia dari keterbatasannya. Tanpa kesabaran dan kekuatan cinta ibu hampir tidak mungkin ini dapat di lakukan.

Kemudian apa yang terjadi? Anak itu mampu mengembangkan potensi inteligensianya dengan sempurna. Dari waktu ke waktu anaknya tumbuh menjadi dirinya sendiri, yang tak ragu berkompetisi menghadapi kehidupan yang tidak ramah. Kini anaknya siap bertarung menghadapi ujian masuk perguruan tinggi. Anaknya tak ragu untuk mengikuti jejak sang ibu yang almamater ITB. Akankah anak itu berhasil ? Apapun itu sang anak akan selalu baik baik baik saja karena kekuatan cinta dari ibu tak ada yang bisa menandingi. Karena itu bersumber dari kekuatan Allah.

Saya teringat akan ibu saya dan diri saya sendiri. Betapa tidak. Sejak usia balita kaki saya letter O. Dan kemampuan menghapal atau daya ingat saya sangat rendah serta tak mampu mengungkapkan pikiran saya lewat tulisan yang paling sederhana sekalipun. Namun kesabaran dan kekuatan cinta ibu saya bisa membuat kaki saya yang letter O menjadi normal. Sejak SD sampai dengan tamat SLTP , Ibu saya dengan kesabaran luar biasa menuntun saya untuk punya kemampuan menghapal dan mengungkapkan pikiran. Kini walau tidak sempurna seperti orang lain ,kemampuan daya ingat saya bisa menghapal bahasa asing sehingga saya tidak imperior berkomunikasi bisnis dengan orang dari manca negara. Dengan kemampuan mengungkapkan pikiran lewat tulisan, buku yang saya tulis sudah di terbitkan oleh penerbit terkenal. Melihat apa yang saya capai kini maka itu semua adalah kekuatan cinta dari ibu saya, yang hanya tahu bahwa beliau mendapatkan amanah dari Tuhan dan beliau menjaga amanah itu dengan sebaik baiknya yang bisa di lakukan. Doanya untuk saya tak pernah henti sepanjang usianya.

Ibu...anakmu adalah amanah terindah dari Allah. Allah tidak akan pernah salah menitipkan anak kepadamu. Kekuatanmu adalah cinta. Hadapi anak dengan cinta. Anakmu akan menjadi seperti apa yang kamu pikirkan. Ketika saya gundah dengan keadaan saya, Ibu saya berkata " Dunia tidak seburuk yang dibayangkan nak. “ Ketika saya merasa sendiri menghadapi peliknya kehidupan, ibu saya berkata “ Walau semua orang mengabaikan dan meragukanmu, ibu akan selalu ada untukmu”.Ketika saya merasa kalah dan lemah, ibu saya berkata “ Kamu adalah yang terbaik bagi ibu.”.Ketika saya mulai ragu melangkah menghadapi masa depan, ibu saya berkata “ Kamu akan baik baik saja selagi kamu dekat kepada Tuhan. Doa ibu akan selalu mengiringi langkahmu,nak. ". Dari itu semualah membuat saya tidak pernah ragu untuk percaya bahwa Tuhan hadir bersama saya melalui cinta Ibu. Makanya sampai kini di usia lebih setengah abad,dan ibu saya masih sehat, doa saya tiada henti dan pengabdian saya tidak pernah cukup untuk beliau. Karena mencintai Ibu, juga adalah mencintai Allah, dan sorga itu di bawah telapak kaki ibu. Ridho Allah adalah ridho Ibu.

Thursday, May 19, 2016

HIdup bermakna..

Minggu lalu saya datang ke Medan. Saya bertemu dengan bekas mentor bisnis saya.  Sudah lama tidak bertemu. Terakhir saya bersama dengan dia tahun 1996. Kami berpisah karena dia memutuskan untuk mundur sebagai businessman.  Usahanya di serahkan kepada professional dan dia hanya berindak sebagai presiden komisaris. Belakangan putranya berhasil menempati posisi sebagai Presiden direktur. Posisi yang di capai oleh putranya itu tidak dengan mudah.  Karena harus melalui proses berkompetisi dengan professional lainnya. Dia mendidik putranya tidak dibawah  bayang bayang dirinya tapi memang memberikan kebebasan putranya untuk berkembang. Harta tidak membuat keluarganya mabuk tapi menyadarkan keluarganya bahwa harta itu adalah berkah yang harus mereka syukuri dengan menjaganya agar menjadi sarana berbagi untuk ribuan karyawan dan mitra.

Saya tidak akan membahas tentang putranya tapi saya ingin membahas tentang dia. Setelah pension sebagai businessman , dia kembali ke daerah dimana dia pernah di lahirkan. Dia kembali ke desa dimana dia merasa pulang kepada ke sejatiannya. Setelah sekian jauh jalan di tempuh , tergiring arus besar dan di lamun ombak sehingga mengantarkan dia ke segala penjuru dunia mencari rezeki Allah. KIni dia menemukan keramahan atas dasar ketulusan. Sangat berbeda dengan kehidupan dia yang sebelumnya dimana segala sesuatu harus pamrih dan memastikan harus berujung ada uang yang di dapat. Di desa dia menemukan orang hidup dengan cara sederhana. Bukan mereka tidak butuh kekayaan dan malas bekerja keras. Tapi memang mereka tidak menjadikan hidupnya habis untuk memikirkan uang dan kehormatan. Sikap hidup seperti ini tidak salah namun tidak juga seratus benar. Hidup adalah bergerak dan berubah karena waktu. Menerima pasrah atas kehidupan tidak sesuai dengan fitrah manusia dan sunatullah.

Karenanya dengan pengalaman dan pengetahuan yang dia punya, dia ingin berbuat sesuatu terhadap penduduk desa.  Setiap hari ada saja orang kampong datang ke rumahnya untuk bersilahturahmi. Setiap waktu pula dia tidak lupa  memotivasi mereka agar berbuat sesuatu yang bisa memakmurkan mereka. Tidak elok membiarkan waktu dan potensi hilang begitu saja. Agama memang mengajarkan kita tidak perlu mengejar harta tapi Tuhan tidak pernah mengirim makanan ke sarang burung.  Kemakmuran harus di perjuangkan seperti burung yang terbang melintasi pulau menghadang musim untuk mendapatkan makan. Kepala desa mengumpulkan orang kampong untuk mendengar pencerahan dari dia. Semakin hari semakin banyak orang di sadarkan bahwa kesempatan selalu ada dan kemakmuran itu bukan hal yang tak mungkin asalkan ada kemauan untuk berubah.

Berawal dari usaha peternakan sapi dengan memanfaatkan kebun sawit yang dimilikinya dan kemudian dari rumput yang ada dari kebun sawit di samping untuk pakan ternak juga di ekspor ke Australia. Sampah pelepah pohon sawit dan cangkang sawit di olah jadi pallet untuk bahan bakar listrik yang juga di ekspor ke China. Semua di kerjakan secara gotong royong oleh penduduk desa. Bukan hanya satu desa tapi beberapa desa yang ada di sekitar perkebunan sawit  ikut bergabung. Berawal dengan niat baik untuk memperdayakan orang lain akhirnya berimbas positip terhadap dirinya sendiri. Ketika harga sawit jatuh yang membuat bisnis tidak feasible untuk di kelola, justru usaha sosialnya memberikan manfaat bagi warga desa dan ini juga di manfaatkan oleh buruh sawit, tentu memberikan pemasukan bagi perusahaan. Pemasukan itu bahkan lebih besar dari hasil kebun sawit sebelumnya. Di kala krisis datang , kebersamaan dan gotong royong mampu menyelesaikan masalah keseharian tanpa harus meratapi keadaan. Semua karena pemahaman agama dan budaya tidak hanya sampai sebatas retorika tapi mampu diterjemahkan dalam bentuk perbuatan nyata sebagai sebuah spiritual sosial yang memberikan harapan bagi semua.

Menurutnya hidup ini memang harus terus bergerak.  Ketika saya pension orientasi saya bukan lagi uang tapi social. Tapi kegiatan social yang didukung oleh pengalaman dan pengetahuan yang mumpuni bisa berguna bagi orang lain dan tentu akan membuat kita tidak pernah sendirian. Akan selalu merasa di perlukan. Inilah yang membuat hidup kita penuh energi dan cahaya. Menjadikan usia sebagai berkah Tuhan untuk berbuat dan berbagi. Karena pada akhirnya hidup bukanlah apa yang kita dapat tapi apa yang kita beri. Bukan apa yang kita pelajari tapi apa yang kita ajarkan.  Bukan apa yang kita ketahui tapi apa yang kita beri tahu. Dari sisa usianya yang semakin menua dia berhasil membuat hidupnya lebih berarti. Masyarakat dan perusahaan sama sama mendapaktan kemakmuran, yang pada gilirannya Negara akan mendapatkan pajak untuk mendukung program social pemerintah membuat negeri ini bergerak kedepan kearah sebuah harapan yang lebih baik…


Friday, May 06, 2016

Cinta Aman...

Tidak ada yang istimewa bila aku bercerita tentang suamiku. Dia seperti suami kebanyakan. Menurut yang kurasa selama  pergaulan dengannya bahwa dia adalah suami yang bertanggung jawab, mencintai keluarga, walau kadang terkesan tidak setia.  Soal tanggung jawab maka secara materi aku bisa katakan dia termasuk suami yang segelintir. Maklum saja sebagai pengusaha dia bisa memberikan apa saja kebutuhanku. Pakaian bagus, rumah bagus , liburan keluar negeri, kendaran, perhiasan, dan ATM yang selalu penuh. Namun dalam bentuk lain, suamiku sama dengan suami suami lainnya. Tak ada yang terlalu istimewa kecuali memang dia pekerja keras dan mencintai bisnisnya selain aku dan anak anaknya. 

Kadang dengan segala kesibukannya , aku sempat mempertanyakan kesetiaannya namun dia menjawab  “Bahwa sebenarnya kesetiaan itu bukan diukur apakah seseorang berkhianat atau tidak, melainkan apakah ia kembali lagi atau tidak.” Kata-kata itu mungkin menghibur bagi wanita lain tapi tidak bagiku. Ini seperti ejekan yang menyakitkan. Apalagi ketika dia melanjutkan dengan kata kata ‘ Sebagaimana kematian adalah bagian dari kehidupan, demikian juga patah hati atau sakit hati adalah bagian yang sama dengan jatuh cinta. Kalau kamu pernah mengalami sakit hati, cintamu akan menjadi sempurna.”

Dengan tangkas aku membalas kata katanya. “Mungkin akan sempurna kalau aku patah hati dengan lelaki lain, misalnya. Bukan dengan suami sendiri” Ku ingin tahu apa reaksinya. Apakah dia tersinggung soal kata kataku ini. Dia hanya tersenyum.  “Sebetulnya sama saja. Hanya saja sebutan suamiku, menunjukkan kepemilikanmu, jadinya terasa lebih menyakitkan.”

Sedih kan.!

Ketika awal berumah tangga adalah saat awal yang berat hidup bersama pria yang berstatus suami namun mempunya cinta selain aku.  Perhatiannya kepada bisnisnya melebihi segala galanya. Dunianya adalah bisnisnya. Oh, ada lagi rival ku selain bisnisnya, yaitu ibunya. Didunia ini hanya satu yang bisa menghentikan langkahnya untuk pergi rapat bisnis maha penting yaitu ibunya. Tak ada yang dia takuti selain Tuhan dan ibunya. Aku sendiri tidak tahu apa yang akan terjadi dengan suamiku bila ibunya meninggal dijemput Tuhan. Mungkin separuh atau sepertiga jiwanya juga ikut mati. 

Dalam hal lain , dia merasa bangga dengan keperkasaanya menerjang gelombang,  diatas kelelahan ku berpacu birahi menuju puncak. Untuk hal ini aku senang tapi bukan segala galanya.

“Dalam pikiran lelaki, hubungan seks adalah bentuk cinta. Makin perkasa dia, membuktikan ia makin mencintai. Suami berkewajiban men-delivery kepuasaan batin kepada istrinya, sama halya dia harus bekerja keras untuk men-delivery kepuasaan lahir bagi istrinya.. ” Katanya satu ketika. Bagiku itu tak lain menunjukkan keegoanya sebagai penakluk. Dia pikir apakah urusan tempat tidur disamakan dengan bisnisnya yang harus selalu tampil unggul.  Bagiku semua itu omong kosong. Hanya mitos. Wanita tidak menjadikan ukuran keperkasaan laki laki sebagai dasar menilai seorang laki laki. Bukan. Bagi wanita adalah sentuhan walau hanya sesaat namun dilakukan dengan penghargaan yang tinggi , itu lebih dari cukup.  

Kukatakan kepadanya bahwa akan ada waktunya nanti ketika daya seksual melemah atau habis, cinta memisahkan diri dengan nafsu seksual. Ketika itu cinta tak perlu dibuktikan dengan hubungan seksual. Nafsu seks bisa mati dan berhenti, tapi cinta bisa terus jalan sendiri.  Artinya kalau setelah daya seks melemah, tapi masih bisa betah bersama-sama, itu artinya masih cinta. Saat seperti itu akan datang dengan sendirinya, tak perlu dipaksa, sebagaimana usia. Tanpa kecuali semua bertambah tua, juga dunia. Dia tertawa terbahak bahak. " Bagiku Sex hanya option, bukan segala galanya. Kita akan selalu bersama sama walau tanpa sex. Insya Allah." katanya berargumen

Ya sudahlah, Dia dengan dirinya dan aku bagian dari dirinya, perhiasannya. pakaiannya. Naif sekali.  Dan kini, ia punya hobi baru yang membuatnya mabuk seakan sedang jatuh cinta lagi. Apa itu ? Dia gemar menulis. Menulis apa saja. Bahkan sudah pula bukunya diterbitkan oleh penerbit terkenal. Sepulang kerja di rumah, waktunya di habiskan di depan computer menulis. Entah apalagi yang hendak dia capai dari kecintaannya menulis. Yang pasti tidak ada uang yang dia dapat dari kegemarannya yang baru ini. Padahal selama ini yang menjadi standarnya bahwa apapun kalau tidak ada uang yang didapat , engga usah di kerjakan, apalagi di paksakan berbuat. Hidup tidak ramah dan semua harus bayar. Yang mau gratis harus siap di jadikan duafa dan dipermalukan oleh diri sendiri. 

“Bagaimana abang bisa jatuh cinta dengan menulis?

“Seperti yang selama ini terjadi,” katanya menjelaskan. “Begitu banyak peristiwa berlalu, tapi apakah semua orang memahami perisitawa itu dengan benar. Apakah mereka mendapatkan hikmah? Tidak semua. Tanggung jawab kaum terpelajar adalah mencatat peristiwa itu agar orang membacanya dan mendapatkan hikmah”

“Menulis itu tidak ada gunanya sama sekali. Abang hanya memuaskan ego abang saja.,” kataku.

“Salah, Bukan soal ego tapi soal tangung jawab..”

“ Dan abang menikmati rasa tanggung jawab itu  ? 

“ Aku hanya senang melakukannya. Aku senang. Karena baru kali ini rasa tanggung jawabku membebaskan aku dari rasa inginkan uang, pujian, harapan dan apalah “

“ Jadi abang senang dengan tanggung jawab seperti itu ? Kenapa engga dari dulu dulu. Sekarang abang udah engga muda lagi. Apa tidak sebaiknya gunakan waktu yang terbatas ini untuk hal lain yang menyenangkan" 

“Kesenangan tak akan pernah bisa dikalahkan oleh waktu. Justru kesenangan menang dengan waktu. Walau hanya sejenak , kesenangan makin bermutu. Ingat itu.”

Dan lagi menurutnya “ Aku merasakan bahwa sebetulnya kehidupan manusia ini adalah episode tentang kelemahannya terhadap ruang dan waktu. Ini sudah takdirnya dan dia berdamai dengan takdirnya. Walau manusia terisolasi akan ruang dan waktu namun dia mungkin lebih bahagia bila dia menyadari kelemahannya..”

“Sama denganku.” kataku

“Juga ibuku.” Jawabnya cepat.

“ Mungkinkah abang akan menikah lagi suatu saat?”

“Mungkin, karena semua lelaki mempunyai bakat untuk itu. Tapi secara praktis tak akan menyenangkan. Di dunia ini, satu-satunya standar moral yang aneh dan disepakati di seluruh dunia adalah moral dalam lembaga perkawinan. Bayangkan, semua transaksi sekarang selalu bayar dimuka dan orang akan mendapatkan apa yang dia mau. Dalam perkawinan pembayaran dan ikatan berlangsung selamanya. Kalaulah bukanlah karena Tuhan, lembaga perkawinan adalah kontrak moral yang paling dungu. Itu sebabnya Allah mengatakan silahkan poligami asalkan kamu bisa berlaku adil, sementara Allah mengatakan sendiri bahwa manusia tidak akan pernah bisa berlaku adil. Hanya pria dungu yang tidak paham bahwa izin poligami itu bukanlah free will tapi by tight condition dan mungkin mission impossible. Paham kamu.." 

“Berarti abang  menyesali perkawinan?”

“Satu-satunya yang kusesali dalam hidup ini adalah karena aku tak bisa menyesali apa yang terjadi. Aku bahkan tak mampu menyesali kenapa aku tak dilahirkan di tempat yang paling aku sukai, tempat yang ada sungainya dengan empat musim, lalu aku bisa bermain bola salju ketika salju turun.  Menyesal adalah hasil dari pikiran, dari nalar.  Dan nalar bahkan tak bisa menjelaskan hal yang paling sederhana tentang cinta. Jadi ikhlas melewati hidup adalah cara mudah untuk bahagia."

" Ya,  karena cinta ?

" Ketahuilah oleh kamu, sebesar apapun cinta pria atau wanita kepada selain Tuhan bukanlah cinta yang aman. Mengapa ? Tuhan tidak pernah cemburu. Tuhan tidak pernah meminta. Tuhan selalu memberi. Kedua orang tua kita juga sama, sama  sama cinta dalam arti memberi, tanpa cemburu dan ikhlas berkorban. Cinta aman. Itu sebabnya aku begitu hormat dan sayang kepada ibuku. Karena ibuku adalah cinta amanku, bayang bayang Tuhan..."

“Benarkah semata-mata karena rasa aman yang membedakan cinta sesungguhnya ?” tanyaku.

“Ya. Sesungguhnya cinta selain kepada Tuhan hanya ada dalam pembesaran di pikiran, di perasaan. Cinta tak akan selesai dirumuskan dengan pemikiran. Cinta aman tidak akan kamu peroleh dari anak, cucu, menantu, suami atau istri, harta atau jabatan. Seseorang hanya memiliki satu cinta, yaitu Tuhan , yang bagaikan air sungai, bisa mengalir ke mana-mana, membelok ke selatan atau ke utara, tapi sebenarnya satu arus saja, menuju Tuhan.

“Ketika aku memutuskan untuk melamarmu menjadi istriku maka  itulah keberanian, itulah anugerah Allah. Keberanian, karena banyak cinta diutarakan tanpa keberanian menikah. Anugerah, karena itu hadiah besar dari Tuhan. Semua itulah harga yang kita bayar sepanjang usia berbagi rasa, merawat, memanjakan dan dimanjakan. Kita tak akan merasa aman, merasa tentram, hanya dengan menyewa, membeli atau memandangi. Paham, kan. Aku bisa saja mengagumi keindahan ikan berenang didalam aquarium. Memandangi wanita cantik berbikini melenggok dipinggir kolam renang.  Menyewa escort jelita untuk acara business dinner dengan relasiku. Bisa.! Tapi aku tidak merasakan cinta aman. Aku hanya bisa memandangnya. Tapi… kamu adalah takdirku yang dianugerahkan Allah yang bukan hanya kupandangi tapi memang kamu amanah terindah dari pemberi Cinta, Tuhan.” 

Dan akhirnya aku sadar bahwa aku harus bersyukur memiliki suamiku sebagai anugerah dari Allah walau kadang terkesan seperti ikan yang berenang didalam aquarium , ada kebebasan namun terhalang oleh dinding tebal dalam bentuk budaya dan agama yang mengharuskan aku selalu menjaga kehormatan suamiku dalam kondisi apapun. Menghindari fitnah ketika suamiku sedang tidak ada dirumah. Menjaga dan merawat semua yang di amanahkannya dan menantinya ketika dia pulang , untukku dan semua karena Tuhan tentunya..

"Bagaimana sikapmu sebetulnya terhadap aku, suamimu ? Katanya dengan nada lucu.

" Abang memang bukan pria sempurna tapi ya limited edition

Peran otak dalam memberi

Sore hari. Tahun 83 setelah antar bon dan pembayaran kain tekstil kepada Boss di bilangan kota. Jumlah uang dan bon sama. “ Mengapa kamu tid...