Hubungan kita dengan seseorang itu pasti turun naik atau volatile. Semakin besar ekspektasi semakin besar volatile nya. Semakin intens ketemu semakin besar volatile nya. Apalagi hubungan bisnis atau politik. Kecuali secara psikis dan kantong tergantung kepada seseorang. Nah itu laen. Anda akan cenderung bigot. Makanya saya engga kaget kalau ada yang bertanya, kenapa saya tadinya dukung Jokowi tapi sekarang banyak kritik. Saya cuek aja. Ogah response. Saya maklum kapasitas bigot mereka.
Mengutip dari Kamus Merriam Webster, bigot adalah seseorang yang keras kepala atau tidak toleran terhadap pendapat dan prasangkanya sendiri. Bigot merupakan istilah yang digunakan untuk merujuk pada seseorang yang memiliki sikap tidak toleran atau fanatik terhadap pandangan, keyakinan, atau identitas lain yang berbeda dari dirinya. Bigot cenderung menunjukkan ketidakmengertian, penolakan, dan kadang-kadang bahkan kebencian terhadap kelompok lain yang dianggap berbeda.
Bigot juga wajar. Karena di negeri seperti indonesia yang masih menganut sedikit feodalisme dan cenderung populisme, mudah terpesona dengan politik pencintraan Individual. Mereka miskin literasi. Secara struktural juga dimiskinkan oleh sistem sehingga mudah masuk perangkap slaver. Contoh buruk Sritex yang 100% memilih Prabowo-Gibran, kini mereka kena PHK karena pabriknya bankrut. Tetap mereka percaya kepada Prabowo-Gibran. Tingkat kepuasaan terhadap Jokowi masih diatas 70%.
“ Ada 40 juta pekerja, pekerja kelompok 40% terbawah memiliki upah hanya Rp 5 juta. Dan keluarga ini jumlahnya banyak. Bisa-bisa kalau dibagi habis ke 5 orang, kira-kira Rp 1 juta per bulan. “ Kata Suharso Monoarfa Menteri PPN. Mereka ini kalau mengacu World bank, termasuk kelas menengah dari total 53 juta. Kelas menengah bawah jumlahnya ada 114 juta dengan kemampuan belanja sebulan Rp. 1.200.000. Kelas rentan miskin dengan pengeluaran Rp 354.000 - Rp532.000 per bulan. Jumlahnya 61 juta. Dan yang termasuk miskin itu sebanyak 28 juta dengan kemampuan belanja kurang dari Rp 354.000 perbulan. Sulit bagi mereka bebas bersikap dan lepas dari bigot.
Nah kalangan atas dengan kemampuan belanja diatas Rp, 6 juta sebulan hanya 3,6 juta populasinya. Mereka ini lebh rasional bersikap. Mereka dikenal sebagai pemilih mengambang. Tidak ada kesetian penuh kepada pilihan politiknya, kelompok atau golongan dan tidak terpengaruh dengan ketokohan seseorang. Bisa kapan saja berubah. Dari suka menjadi tidak suka. Dari cinta berubah jadi benci. Mereka orang dinamis dan progressive. Engga mungkin mereka bisa dibohongi dengan gaya pencitraan dan PHP. Karena mereka mandiri dan secara financial, freedom. !