Pada tanggal 17 Desember 2011, Presiden Korea Utara, Kim Jong-il meninggal dunia. Di Korut, Politik Pemujaan terhadap Kim Jong-il sudah bisa dipastikan penggantinya adalah Putranya sendiri yaitu Kim Jong-un, Namun karena dia masih terlalu muda untuk memimpin, maka proses regenerasi itu di kawal oleh adik dari Kim Jong-il, yaitu Jang Sung-taek. Tahun 2013 atas perintah dari Kim Jong-un sebagai presiden, Jang Sung-taek di Hukum mati dengan tuduhkan korupsi dan konspirasi menjatuhkan kekuasaan presiden.
Kita orang awam kadang bertanya tanya.Bagaimana mungkin anak muda yang lahir tahun 1982 bisa sangat berkuasa. Padahal karir politik sebelumnya tidak ada kecuali dia anak Presiden. Sebenarnya jawabannya sederhana. Politik Korea Utara itu adalah politik oligarki. Real power itu ada pada 10 orang saja. Para oligarki ini terhubung dengan China yang menjadi undertaker politik, miiter, ekonomi dan sosial Korut. Sementara keberadaan Presiden hanya wayang aja.
Presiden tidak bekerja dengan visi layaknya negarawan, yang berbasis kepada freedom, equality, peace. Tidak ada kebebasan rakyat. Tidak ada kesetaraan. Jangan tanya soal damai sejahtera. Presiden hanya kerja menjalankan agenda China saja, yang diwakili oleh 10 orang super elite, yang tidak ada dalam daftar pejabat formal, namun sangat menentukan. Dalam situasi itulah, para elite dengan mudah mengamankan agenda China, yaitu menjadikan Korut halaman belakang (backyard ) yang kokoh dari infiltrasi AS.
Para oligarki itu menjauhkan Presiden dari informasi terupdate. Menjauhkan presiden dari buku buku. Bahkan sejak remaja sudah ditanamkan sifat ambisius ayahnya dan tentu kalau sudah ambisius cenderung psikopat, yang salah satu tabiat buruknya adalah megalomania. Ingin terus dipuja dan engga mau disalahkan. Bergaya apa saja minta dipuja. Anggaran biaya program pemujaan Presiden mencapai 30% dari APBN, termasuk pengadaan rumah gratis, RS dan bansos agar rakyat terus memujanya.
Sebenarnya orang ambisi itu bagus kalau dibekali dengan pengetahuan mumpuni dan good attitude. Karena dalam hidupnya. Tak perlu motivasi dari orang lain, tak perlu situasi yang membuatnya terpaksa melakukan sesuatu, ambisi dalam dirinya akan membuatnya terus bergerak dan berkembang melewati segala hambatan dan tantangan. One of the amazing things about someone with ambitions is the optimism. Sikap otimis tersebut bisa berakar dari rasa percaya diri yang tinggi atau pengetahuan yang dimilikinya.
Namun kalau orang ambisi tanpa pengetahuan dan spiritual yang cukup, maka ia disebut orang ambisius. Pastinya tidak tahu diri. Dia selalu percaya dengan saran dan pendapat yang memungkinkan dia bisa memuaskan keinginannya. Tidak peduli bagaimanapun caranya. Termasuk menjadikan dirinya sebagai wayang saja. Dia juga tidak ragu menerima saran untuk membunuh lawan politiknya, bahkan keluarga sendiripun tidak segan dia habisi. Apalagi kalau hanya teman saja. Mana ada istilah balas budi bagi orang ambisius. Yang ada hanya kepentingan memuaskan ambisinya saja.
No comments:
Post a Comment