Saya menikah usia 23 tahun. Hanya setahun saya ngontrak. “ Walau kamu ada uang sewa rumah, tetap saja jiwa kamu tidak tentram. Bagaimana mungkin bisa sejahtera rumah tangga, tanpa tangga menuju sejahtera. Beli lah rumah. Karena rumah itu tangga kamu menuju sejahtera.” kata Mentor saya.
Saya tersentak. Karena saya memang merasakan ada ketidak nyaman tinggal di rumah sewa. Kebetulan saat itu tahun 86 pemerintah menyediakan rumah lewat fasilitas BTN dan Perumnas. Saya memilih fasilitas BTN. Tahun 1990 pemerintah buka peluang untuk percepat pelunasan rumah, ya segera saya lunasi. Walau bisnis saya turun naik, namun energi besar dari rumah yang tentram mampu membuat saya resilience melewati hidup yang tidak ramah.
Xi Jinping itu menjadi presiden paling fenomenal di China karena dia sukses mengadakan rumah bagi kalangan menengah bawah sebanyak lebih dari 50 juta rumah. Merevitalisasi kawasan desa kumuh di seluruh China. Tahun 2013 dia berkuasa dan tahun 2019 selesai. Apa yang terjadi? menurut survey, pengadaan rumah dan revitalisasi desa mampu meningkatkan kemandirian desa dalam pengembangan industri, peradaban desa, tata kelola sosial dan pelayanan publik. Memang terjadi lompatan jauh ke depan.
Di China, dan juga di Rusia yang saya tahu mereka mengadakan rumah bagi kalangan bawah, dananya berasal dari program stimulus. Atau vulgarnya, Dana berasal dari printing money. Bahasa intelek nya, lewat pelonggaran kuantitatif. Contoh, Negara terbitkan SBN. Yang beli bukan market tetapi bank central. Lah bank central sendiri duitnya dari cetak. SBN dipegang oleh bank central sebagai collateral. Jadi off balance sheet sifatnya. Sederhana kan skemanya.
Proyek berskala besar itu berdampak luas terhadap ekonomi nasional, lapangan kerja meningkat, pasar domestik meningkat. Tax ratio meningkat. Nah setelah proyek perumahan selesai dibangun, negara buy back SBN yang ada di Bank central dari uang pajak. Sehingga walau awalnya dana itu dari skema cetak uang, tetapi tidak ada dampak inflasinya. Apalagi rumah itu engga gratis. Walau dijual lewat skema utang namun terjangkau bagi semua. Karena adanya subsidi equity, bukan bunga. Jadi harganya murah banget
Di Indonesia ada 36 juta RT tidak punya rumah dan tinggal di kawasan kumuh. Kalau satu rumah saja harganya Rp. 100 juta. Itu Rp. 3600 triliun. Dana sebesar itu bisa cepat sekali menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan pasar domestik dan tentu pertumbuhan ekonomi bisa diatas 7% pertahun. Itu lebih efektif daripada program makan siang gratis dan bansos BLT. Ya kehebatan Xi Jinping dan Putin karena mereka punya niat baik…
No comments:
Post a Comment