Saturday, September 24, 2011
Akses informasi
Saturday, September 17, 2011
Cinta dan hakikat
Jam 4 sore usai bersibuk diri dengan urusan yang melelahkan. Badan terasa lemah. Teman saya mengatakan bahwa tubuh saya tidak punya masalah hanya mungkin otak saya overload. Makanya tubuh bereaksi untuk minta istirahat.Ini proses recovery, katanya. Ya dia minta saya untuk refresh system tubuh saya. Caranya ya istirahat sebelum memulai aktifitas kembali. Saya butuh istirahat, tidur barang sejenak. Tapi tidak mungkin karena setelah sholat ashar saya juga harus sholat Maghrib. Kalau tidur setelah ashar,bisa bablas sholat maghrib. Saya memilih untuk sauna yang memang disediakan fasilitanya oleh pengelola apartement. Ketika usai sauna saya bersantai diruang istirahat sambil nonton TV yang menayangkan Discovery Channel.
ketika itu parhatian saya teralihkan kepada sepasang suami istri lanjut usia. Mereka sambil duduk bersebelahan dikorsi santai nonton TV dan tangan mereka tetap saling menggenggam. Kadang kadang nampak sang suami melirik istrinya dengan wajah tersenyum. Begitupula sang istri. Tak berapa lama nampak pula sang suami pergi kemeja mengambil minuman. Saya perhatikan, suami itu membawa dua cangkir teh. Satu cangkir untuk istrinya dan satunya untuk dia. Mungkin karena saya perhatikan , kedua pasangan itu tersenyum ramah kepada saya. Mereka menanyakan kwarganegaraan saya dengan ramah maka akhirnya dialogh terjadi. Dalam dialogh itu saya sempat bertanya bagaimana dalam usia lanjut mereka masih nampak mesra. Dengan tanggap sang suami menjawab bahwa awalnya ketika mengenal istrinya lebih didorong karena kecantikan phisik dan performance lainnya tapi berlalunya waktu , yang tersisa hanya rasa persahabatan. Ternyata nilai persahabatan itulah yang membuat mereka tak terpisahkan.
Ketika muda, istri yang cantik, kulit yang kencang, langkah yang anggun. Sang pria juga nampak ganteng, perkasa, langkah yang tegap. Wanita mengutamakan performance pria dan begitupula sang pria. Lewat itulah cinta bertaut dan selanjutnya proses hubungan terjadi secara systematis hingga bermetamorfosa menjadi hubungan persahabatan. Yang ganteng, yang cantik,yang kaya, yang segalanya yang dulu dibanggakan ,setelah umur bertambah, rambut mulai memutih, langkah semakin loyo, wajah semakin berkerut, maka yang tersisa tinggalah nilai persahabatan. Maha Besar Allah. Menciptakan eksistensi manusia yang begitu sempurna. Pada intinya performance tetaplah performance yang dapat lekang oleh waktu tapi hakikatnya tak berubah yaitu cinta kasih.
Mungkin sebagian orang mempertanyakan apa perbedaan antara keluarga dan teman. Yang bisa saya katakan adalah bahwa kita tidak pernah punya teman sejati tanpa mempertimbangkan dirinya sebagai bagian nyata dari hidup kita. Mereka hadir didalam hati kita sebagai sebuah rumah yang menjadi tempat untuk pulang, tempat yang hangat di mana cinta bersemayam. Didalam ruang hati itulah kekurangan menjadi cukup, kesempitan menjadi lapang, kepanasan menjadi sejuk, kekeringan menjadi tempat subur. Mereka akan selalu tahu bagaimana cara untuk menemukan jalan dan menempkkan diri disetiap pojok ruang hati kita. Karena didalam hati itu semua nampak terang benderang dengan cahaya ilahi untuk lahirnya kebahagiaan bagi semua.
Ada cerita dan bisa dijadikan analogi bijak. Seorang bijak kedatangan tamu. Para tamu meminta nasehat bagaimana hidup bisa dekat dengan hakikat hingga tidak tertipu dengan penampilan. Orang bijak itu menghidangkan teh hangat dengan teko dan beberapa cangkir yang beraneka ragam. Ada cangkir cantik terbuat dari keramik, Kristal yang indah, stainless yang berkilau dan adapula cangkir yang buruk. Ketika teh dihidangkan semua tamu memilih cangkir yang indah dan cantik. Sementara cangkir yang buruk tak ada satupun yang menyentuhnya. Setelah masing masing telah menuangkan teh dalam cangkirnya, sang bijak berkata bahwa lihatlah ada beraneka ragam cangkir tapi yang terpilih hanyalah cangkir yang indah dan cantik. Tak ada satupun yang memilih cangkir buruk. Padahal cankir buruk atau indah , isinya tetap sama yaitu teh. Hakikatnya adalah teh bukan cangkir. Tapi kita lebih memilih cangkir dan mengabaikan teh sebagai hakikat.
Begitupula dalam kehidupan ini. Begitu banyak kita terjebak dengan apa yang kita inginkan. Sebetulnya itu hanyalah permainan nafsu agar kita melupakan hakikat. Orang kaya , wanita cantik, pria gagah , berkuasa, hanyalah fotomorgana yang dapat lekang karena waktu dan situasi. Tapi hakikat manusia tetaplah manusia yang diminta Allah untuk menghidupkan cinta dihatinya. Siapapun kita, apapun profesinya, apapun kehebatannya, apapun penderitaanya, hakikatnya semua sama yaitu mencari keridhoaan Allah. Cara menjalaninya juga sangat sederhana, kendalikan nafsu untuk menjadi terbatas dan lapangkan hati menjadi tak terbatas. Dengan cara itu, perjalanan waktu akan membuat orang terdekat kita maupun lainnya akan merasa tentram untuk saling membahagiakan.
Wednesday, September 14, 2011
Peduli
Sampai di stasiun Luohu ( Shenzhen) jam sudah menunjukan pukul 10 malam. Perut mulai terasa perih untuk mita diisi. Saya melangkah keluar stasiun dan kemudian menyeberang jalan kearah Shangrila Hotel. Terus menyusuri jalan. Disisi trotoar jalan nampak berjejer restoran cepat saji. Saya memilih KFC yang mudah dan cepat untuk segera menuju hotel. Walau sudah mendekati tengah malam namun antrian didepan kasir masih cukup panjang. Dengan sabar saya ikut antrian sambil menerima telp dari teman. Ketika itu dibelakang saya nampak seorang pria dengan pakaian kumal. Aromanya cukup menusuk hidup. Namun saya tetap menahan tanpa mendekap hidung saya. Pria itu tersenyum kearah saya. Saya mengangguk dengan ramah. Di belakang pria itu sudah ada pula antrian tiga orang. Namun sekonyong konyong nampak menejer restoran itu mendekati pria itu. Dengan ramah manager itu menuntun pria itu mendekati kasir. Dengan ramah pula manager itu memohon pengertian para pelanggan agar mengutamakan pria itu. Semua mengangguk.
Saya lihat pria dengan pakaian kumal itu berusaha mengeluarkan sesuatu dari dalam kantong kecil yang kumuh. Ternyata itu uang receh. Pria itu menghitung dengan lambat setiap sen uang dan diletakan diatas meja kasir. Proses itu berlangsung cukup lama. Mungkin ada lebih 5 menit. Tak ada satupun pelanggan yang menggerutu. Tetap sabar menanti dan memperhatikan. Begitupula sang kasir tetap tersenyum memperhatikan pria itu menghitung uang sen demi sen. Akhirnya pria itu terdiam ketika tak ada lagi sen uang yang bisa dia keluarkan dari dalam kantong. Uagnya tidak cukup! Pria itu menoleh kebelakang dan melirik kekiri kekanan. Nampak seperti orang bingung. Sang manager memperhatikan dengan seksama. Dengan lembut dia membujuk pria itu untuk keluar dari antrian. Namun dengan seketika salah satu pelanggan yang ada dibelakang antrian bersegera mengatakan bahwa dia akan mencukupi uang pria itu. Kemudian serta merta yang lain para pelanggan membuka dompetnya untuk memberi pria itu uang. Semua berlangsung dengan cepat dan spontan.
Saya terkejut melihat situasi itu. Bagaimana masyarakat China yang bergulat dengan kehidupan keras dan berkompetisi dalam segala hal namun dapat spontan berbuat untuk cinta kasih. Ketika hal ini saya ceritakan sama teman keesokan harinya, Teman saya tertawa sambil menjelaskan bahwa di china orang mudah sekali berempati kepada seseorang yang punya keberanian berbuat. Pria kumal itu , dia miskin. Namun dia punya hasrat, dia tak malu untuk melangkah pasti kedalam restoran yang diperuntukan bagi orang berduit. Dia tidak takut akan resiko diusir karena tidak qualified sebagai konsumen. Bagi dia , masuk dalam restoran itu saja sudah berkah tersendiri. Bila apresiasi pelanggan lain begitu tinggi , itupun tak lain bagian dari budaya kami yang sangat menghargai kemauan orang lain sekecil apapun. Kami suka menjadi bagian dari effort orang lain , apalagi terkesan impossible. Jadi kalau para pelanggan lain spontan membantu , itu tidak aneh. Demikian penjelasan teman saya. Saya sempat tertegun.
Lanjut teman saya itu lagi, yang sangat dibenci oleh orang China adalah orang yang suka mengemis dan terlalu banyak rencana namun miskin berbuat. Orang china tidak peduli soal resiko. Bagi mereka berbuat jauh lebih baik walau sebesar apapun resiko daripada tidak berbuat sama sekali. Karena bila telat atau tidak berbuat sama sekali itu sama saja menerima resiko pasti, yaitu kehilangan waktu. Bukankah waktu begitu berharga dan merupkan berkah Tuhan tak ternilai bagi kita. Ia lebih dari apapun didunia ini. Jadi orang yang suka menunda berbuat dan kadang lebih terkesan menunggu orang lain membantu untuk baru berbuat , tak lain memenggal umurnya tanpa nilai apapun. Itu orang bodoh dan hidup sangat menyedihkan tanpa harus dikasihani. Demikian simpul teman saya.
Memang suksesnya China dalam bidang pembangunan ekonomi lebih karena disebabkan oleh semangat kerja keras dan tidak takut mengambil resiko berdasarkan setiap keyakinan meraih peluang. Mereka juga tak segan untuk merubah dirinya atau hijrah dalam segala hal hanya sekedar keyakinan untuk berbuat lebih baik. Namun dari itu semua , mereka tidak menyukai kekerasan.. Mereka cinta kedamaian. Mungkin itu sebabnya sebagian besar rakyat China tidak peduli dengan politik dan kekuasaan. Bagi mereka selagi pemerintah memberikan kesempatan mereka untuk berkembang maka itu lebih dari cukup. Siapapun memerintah , mereka akan patuh. Itulah yang dijadikan dasar oleh elite politik china untuk menggerakan potensi populasi dan budaya sebagai modal membangun china menjadi kekuatan ekonomi dunia.
Seharusnya pemerintah menyadari bahwa membangun negeri ini melihat dan mengenal betul karakter bangsa dan kemudian menjadikan karakter bangsa itu sebagai kekuatan untuk membangun peradaban. Populasi ndonesia yang mayoritas Islam dengan budaya gotong royong adalah kekuatan yang lebih dahsyat dibandingkan bangsa manapun. Tapi apa hendak dikata budaya kita terkikis oleh budaya luar, para elite politik membangun melihat dengan standard etika moral dari luar yang belum tentu bisa diterapkan di Indonesia. Maka jadilah berbagai aturan dan hukum tidak impelementative bagi tujuan membangun peradaban ala indonesia.
Saturday, September 10, 2011
Goncangan hidup
Friday, September 02, 2011
Bersegeralah.....
Tiga bulan lalu ibu saya pernah meminta uang untuk sewa rumah. Saya sempat terkejut ketika beliau bicara sewa rumah. Untuk apa rumah ? Belum sempat saya bertanya, ibu saya langsung menjelaskan rencananya untuk menyediakan rumah panti bagi anak yatim dan fakir miskin. Saya empat tertegun. Apakah ibu saya serius dengan tekadnya. ? Karena usianya sudah 70 tahun. Membangun panti bukanlah soal mudah. Karena siapa yang akan menjamin makan anak panti itu? Bagaimana biaya pendidikan mereka ? bagaimana kesehatan mereka. Tentu itu semua harus dijawab dengan biaya yang tidak sedikit. Nah, darimana uangnya. Wong rumah untuk tempat bernaung anak panti saja sewa. Belum sempat saya bertanya prihal ini, ibu saya menyambung penjelasannya bahwa dia akan menyewa rumah di daerah pemukiman padat penduduk. Ketika itu saya hanya diam. Saya yakin ibu saya hanya bermimpi. Saya hanya tersenyum.
Kemarin ketika idul fitri saya pulang ke kota tempat tinggal ibu saya. Ibu bercerita tentang rumah panti Asuhan yang sudah berdiri sejak dua bulan lalu. Artinya sebulan setelah dia menyampaikan niatnya kepada saya yang tidak saya tanggapi, panti itu sudah tegak. Ibu bercerita setelah izin Panti dia dapatkan dari Pemda, dia menyewa rumah tanpa membayar terlebih dahulu. Hanya janji akan membayar. Papan Nama Panti dipasangnya didepan rumah itu lengkap dengan nomor telp pengurus. Kemudian ada seseorang mengabarkan via telp bahwa dia sudah mengirim uang kerekening panti.Orang itu tanpa menyebut siapa namanya. Ketika ibu saya periksa rekening bank, jumlah uang pertama yang didapat oleh panti itu lebih dari cukup untuk bayar sewa panti setahun. Uang itu disamping digunakan untuk membayar sewa juga untuk menyediakan tempat tidur sebanyak 15 unit. Tak lebih seminggu , anak panti sebanyak 15 orang sudah terkumpul dirumah itu.
Tetangga kiri kanan Panti itu berdatangan kerumah panti itu. Masing masing mereka menawarkan diri untuk membantu. Ada yang menawarkan untuk menyediakan kompor gas dan sekaligus menanggung kebutuhan gas. Ketua RT dan RW menawarkan diri untuk menjadi pengawas Panti dan sekaligus menjadi bapak angkat bagi anak panti itu. Ada juga yang mamberi TV. Semua itu diterima dengan suka cita oleh ibu saya. Kemudian muncul masalah lain bagaimana mengadakan ibu asuh bagi anak panti. Tentu harus digaji karena ibu asuh itu akan tinggal bersama sama anak panti dan sekaligus sebagai pembina.. Darimana dapatkan uang untuk menggaji itu? Dalam kebingungan soal mendapatkan ibu asuh, seseorang menawarkan diri untuk mewakafkan hidupnya mengasuh anak panti. Dia tidak minta digaji. Menurut ibu saya Latar belakang pendidikan orang itu cukup baik dan akhlaknya juga memenuhi kriteria untuk menjadi ibu asuh maka ibu saya menerimanya dengan rasya sukur kepada Allah.
Anak anak itu semua sekolah diluar atas biaya panti. Mereka mendapatkan uang saku dan biaya pengadaan buku serta lainnya. Setelah pulang sekolah mereka akan kembali ke panti dibawah binaan ibu asuhnya. Darimana ibu saya mendapatkan biaya pendidikan anak panti itu ? Disinilah yang membuat saya terharu bila melihat perjuangan ibu saya. Dia tak kenal lelah untuk berkirim surat kepada siapapun yang dinilainya mampu untuk berzakat. Dalam setiap kesempatan dia tak sungkan untuk mendatangi rumah orang untuk meminta sumbangan bagi panti.Terbayang oleh saya , ibu saya yang berusia 70 tahun harus berlelah lelah mendatangi rumah orang. Menurut ceritanya pernah dia diminta menunggu 3 jam diteras oleh pemilik rumah untuk mendapatkan uang tak lebih rp. 100,000. Dia syukuri setiap sen yang didapat. Bukan masalah besar atau kecil santunan tapi ikhlasnya yang lebih penting. Dan terlebih penting lagi adalah kesadaran untuk peduli dan memberi karena Allah. Bagi dia upaya membangun kesadaran itu adalah dakwah Akbar yang setara dengan jihad.
Alhamdulilah, menurut ibu saya kini sudah ada yang berniat mewakafkan tanahnya untuk panti itu. Juga sudah ada beberapa orang bersedia menjadi donatur tetap panti itu. Beberapa yayasan berkaliber nasional juga menaawarkan diri untuk membantu pengembangan panti itu. Rencananya dalam waktu dekat akan bertambah penghuni panti menjadi 20 anak. Jumlah ini tentu akan terus bertambah. Kami putra putrinya berserta cucunya mendengar cerita beliau, tak bisa menahan tangis haru akan semangat ibu. Beliau menjadi inspirasi bagi kami semua. Terutama saya merasa malu dan rendah dihadapan ibu saya , yang walau usia 70 tahun namun tak pernah lelah menggunakan sisa umurnya untuk berbuat bagi kaum duafa; fakir miskin , yatim piatu. Kami semua berjanji akan bersama sama ibu untuk semangat cinta , memberi untuk semua.
Hikmah yang saya dapat dari ibu saya adalah jangan pernah berpikir panjang bila ingin berbuat baik. Artinya bersegeralah , jangan pikirkan soal kekurangan atau berbagai kendala dengan akal tapi laksanakan dengan hati maka Allah akan menutupi kekurangan itu dan menyempurnakanya. Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda, “Bersegeralah kamu sekalian untuk beramal sebelum datangnya tujuh hal: apakah yang kamu nantikan kecuali kemiskinan yang dapat melupakan, kekayaan yang dapat menimbulkan kesombongan, sakit yang dapat mengendorkan, tua renta yang dapat melemahkan, mati yang dapat menyudahkan segalanya atau menunggu datangnya Dajjal padahal ia sejelek-jelek yang ditunggu, atau menunggu datangnya hari kiamat padahal kiamat adalah suatu yang sangat berat dan menakutkan. (H.R. Tirmidzi).
Mungkin begitu banyak kita punya rencana dan niat baik tapi itu hanya tinggal rencana. Tak pernah bergerak walau selangkah. Kita berhenti pada satu kendala ” bagaimana memulai tanpa uang ”. Kemudian kita berdoa agar Allah mengirim orang untuk memberi uang agar rencana baik itu terlaksana. Setiap hari kita hanya menunggu dan berharap bantuan. Tanpa terasa waktu berlalu dan harapan hampa. Mulai bertanya mengapa doa tak terkabulkan. Padahal sulit rasanya orang lain akan mendukung tanpa melihat bukti apa yang telah kita lakukan dengan rencana baik itu. Kita percaya kepada Allah tapi kita tidak percaya kepada sunattullah. Yang diperlukan untuk berlakunya sunattulah adalah berbuatlah dari apa yang bisa diperbuat walau ukurannya kecil. Jangan berhenti berbuat dan terus bergerak serta berserah diri kepada Allah. Lihatlah hasilnya nanti , doa akan terkabul karena bertemunya syariat dan hakikat.
Monday, August 29, 2011
Memaafkan
Mungkin anda kecewa ,marah, sedih , kesal, dengan seseorang maka itu tandanya anda sedang berhadapan dengan emosi terendah dihadapan Allah. Namun ketika anda memaafkan maka kedudukan anda begitu tingginya dihadapan Allah. Ya, besok lebaran datang, sebuah tradisi muslim nusantara adalah saling memaatkan. Kepada kerabat dekat, langkah diayun , senyum mengambang seraya tangan terjulur untuk saling memaafkan.Kepada kerabat jauh, bila sempat ditemui, bila tak sempat maka
Dari kecil ibu saya mendidik saya untuk belajar memaafkan sebelum dimintai maaf. Karena ketika kita memaafkan sebetulnya kita sedang memelihara hati kita dari segala prasangka buruk terhadap seseorang. Ya hanya karena prasangka buruk saja sudah bisa merusak iman dan sekaligus menyediakan tempat terindah bagi iblis untuk bersemayam dihati. Dalam keseharian karena ulah seseorang atau sekelompok orang , kadang membuat saya dirugikan tidak sedikit. Bahkan bukan hanya rugi materi tapi kadang diikuti oleh rugi non materi. Tentu saat itu saya merasa tertekan dan marah. Harga diri saya terasa diinjak injak. Pada waktu bersamaan segala macam pikiran buruk datang untuk melawan dan membalas secara setimpal. Namun seketika saya coba untuk menahan letupan emosi itu.. Tak mudah tentunya. Tapi selalu saya berhasil untuk memaafkan dan akhirnya melupakan. Tak ada istilah bagi saya ”maaf yang tak termaafkan”.
Memaafkan dan akhirnya melupakan. Itulah indahnya ”maaf”. Ketika kita memaafkan dengan ikhlas maka pada waktu bersamaan kita bisa melupakannya. Mengapa semudah itu ? karena yang selalu mengingatkan peristiwa itu dan membakar emosi anda untuk marah dan marah adalah syaitan. Semakin lama anda memendam marah atau benci atau kecewa, atau kesal, atau sedih, kepada seseorang semakin beragam bisikan iblis. Kalau anda termasuk orang yang perkasa dan berkuasa , anda bisa membalasnya seketika. Tapi apakah setelah membalas demdam tertunaikan ? oh, tidak. Itu akan terus berlangsung dan berlangsung. Bagi yang dibalas, akan melakukan hal yang sama untuk berpikir bagaimana membalas kembali. Ini akan terus berputar putar tanpa ujung , yang akhirnya membuat orang tidak lagi sehat lahir batin. Dia tidak lagi memiliki dirinya. Cara keluar dari jebakan syaitan itu hanya satu yaitu memaafkan dengan tulus.
Kalau anda memaafkan bukan berarti anda mentolerir tapi berusaha untuk merubah yang buruk menjadi baik, berpikir serta berdoa agar seseorang itu akan berbuat lebih baik atau setidaknya tidak akan melakukan kebodohan yang sama seperti yang dilakukannya kepada anda. Ketika Rasul berniat hijrah ke Thaif, disambut hujan batu dan pengusiran yang sangat kejam, beliau tetap bersikap lemah lembut. Tak sedikitpun kemarahan nampak pada wajahnya. Ketika Malaikat Jibril datang menawarkan bantuan untuk menghancurkan bani Thaif dengan batu-batu gunung, beliau justru menjawab: “Allahummahdii qaumii fainnahum laa ya’lamuun, Ya Allah, berilah kaumku petunjuk, sebab mereka belum mengerti.” Bani Thaif ketika itu belumlah menjadi kaumnya, bahkan mereka saat itu adalah musuhnya. Akan tetapi dalam do’anya, beliau menyebut mereka sebagai kaumnya. Itulah bentuk kasih sayang Rasulullah yang besar kepada ummat manusia.” . Tentu denga sikap waspada tanpa menjauh “Maka disebabkan rahmat Allah, kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka.” (QS. Ali Imraan: 159).
Yang terberat dalam hidup ini adalah meminta maaf dengan mengakui kesalahan dan berjanji untuk menebusnya besok dengan kebaikan. Yang mulia dalam hidup ini adalah memaafkan dengan ikhlas dan teramat mulia adalah memberikan maaf sebelum orang lain meminta maaf. Ya sifat pemaaf adalah sifat cinta dan kasih sayang. Peliharalah sikap cinta itu dengan mudah memaafkan. Rasulullah bersabda, “Maukah aku ceritakan kepadamu tentang sesuatu yang menyebabkan Allah memuliakan bangunan dan meninggikan derajatmu? Para sahabat menjawab, tentu. Rasul bersabda, "Kamu bersikap sabar (hilm) kepada orang yang membencimu, memaafkan orang yang berbuat zhalim kepadamu, memberi kepada orang yang memusuhimu, dan menghubungi orang yang telah memutuskan silaturrahim denganmu.” (HR. Thabrani)
Wednesday, August 17, 2011
Proklamasi
Hilirisasi Pertanian
Program hilirisasi pertanian yang didukung oleh kebijakan perdagangan dan pembukaan akses pasar secara masif dapat menjadi kunci bagi peni...
-
Fasilitas bisnis impor gula itu memang sudah dipastikann rente. Apapun alasannya termasuk stabilitas harga, itu omong kosong. Ini bisnis m...
-
Setiap proyek entah itu milik Swasta atau negara, kalau sudah masuk PSN ( proyek strategis nasional), maka jalan kemudahan didapat. Semua ...
-
Iran memiliki ribuan rudal balistik dan jelajah dengan jangkauan yang bervariasi. Menurut laporan Missile Threat pada tahun 2023 bahwa Ira...