Friday, September 02, 2011

Bersegeralah.....

Tiga bulan lalu ibu saya pernah meminta uang untuk sewa rumah. Saya sempat terkejut ketika beliau bicara sewa rumah. Untuk apa rumah ? Belum sempat saya bertanya, ibu saya langsung menjelaskan rencananya untuk menyediakan rumah panti bagi anak yatim dan fakir miskin. Saya empat tertegun. Apakah ibu saya serius dengan tekadnya. ? Karena usianya sudah 70 tahun. Membangun panti bukanlah soal mudah. Karena siapa yang akan menjamin makan anak panti itu? Bagaimana biaya pendidikan mereka ? bagaimana kesehatan mereka. Tentu itu semua harus dijawab dengan biaya yang tidak sedikit. Nah, darimana uangnya. Wong rumah untuk tempat bernaung anak panti saja sewa. Belum sempat saya bertanya prihal ini, ibu saya menyambung penjelasannya bahwa dia akan menyewa rumah di daerah pemukiman padat penduduk. Ketika itu saya hanya diam. Saya yakin ibu saya hanya bermimpi. Saya hanya tersenyum.

Kemarin ketika idul fitri saya pulang ke kota tempat tinggal ibu saya. Ibu bercerita tentang rumah panti Asuhan yang sudah berdiri sejak dua bulan lalu. Artinya sebulan setelah dia menyampaikan niatnya kepada saya yang tidak saya tanggapi, panti itu sudah tegak. Ibu bercerita setelah izin Panti dia dapatkan dari Pemda, dia menyewa rumah tanpa membayar terlebih dahulu. Hanya janji akan membayar. Papan Nama Panti dipasangnya didepan rumah itu lengkap dengan nomor telp pengurus. Kemudian ada seseorang mengabarkan via telp bahwa dia sudah mengirim uang kerekening panti.Orang itu tanpa menyebut siapa namanya. Ketika ibu saya periksa rekening bank, jumlah uang pertama yang didapat oleh panti itu lebih dari cukup untuk bayar sewa panti setahun. Uang itu disamping digunakan untuk membayar sewa juga untuk menyediakan tempat tidur sebanyak 15 unit. Tak lebih seminggu , anak panti sebanyak 15 orang sudah terkumpul dirumah itu.

Tetangga kiri kanan Panti itu berdatangan kerumah panti itu. Masing masing mereka menawarkan diri untuk membantu. Ada yang menawarkan untuk menyediakan kompor gas dan sekaligus menanggung kebutuhan gas. Ketua RT dan RW menawarkan diri untuk menjadi pengawas Panti dan sekaligus menjadi bapak angkat bagi anak panti itu. Ada juga yang mamberi TV. Semua itu diterima dengan suka cita oleh ibu saya. Kemudian muncul masalah lain bagaimana mengadakan ibu asuh bagi anak panti. Tentu harus digaji karena ibu asuh itu akan tinggal bersama sama anak panti dan sekaligus sebagai pembina.. Darimana dapatkan uang untuk menggaji itu? Dalam kebingungan soal mendapatkan ibu asuh, seseorang menawarkan diri untuk mewakafkan hidupnya mengasuh anak panti. Dia tidak minta digaji. Menurut ibu saya Latar belakang pendidikan orang itu cukup baik dan akhlaknya juga memenuhi kriteria untuk menjadi ibu asuh maka ibu saya menerimanya dengan rasya sukur kepada Allah.

Anak anak itu semua sekolah diluar atas biaya panti. Mereka mendapatkan uang saku dan biaya pengadaan buku serta lainnya. Setelah pulang sekolah mereka akan kembali ke panti dibawah binaan ibu asuhnya. Darimana ibu saya mendapatkan biaya pendidikan anak panti itu ? Disinilah yang membuat saya terharu bila melihat perjuangan ibu saya. Dia tak kenal lelah untuk berkirim surat kepada siapapun yang dinilainya mampu untuk berzakat. Dalam setiap kesempatan dia tak sungkan untuk mendatangi rumah orang untuk meminta sumbangan bagi panti.Terbayang oleh saya , ibu saya yang berusia 70 tahun harus berlelah lelah mendatangi rumah orang. Menurut ceritanya pernah dia diminta menunggu 3 jam diteras oleh pemilik rumah untuk mendapatkan uang tak lebih rp. 100,000. Dia syukuri setiap sen yang didapat. Bukan masalah besar atau kecil santunan tapi ikhlasnya yang lebih penting. Dan terlebih penting lagi adalah kesadaran untuk peduli dan memberi karena Allah. Bagi dia upaya membangun kesadaran itu adalah dakwah Akbar yang setara dengan jihad.

Alhamdulilah, menurut ibu saya kini sudah ada yang berniat mewakafkan tanahnya untuk panti itu. Juga sudah ada beberapa orang bersedia menjadi donatur tetap panti itu. Beberapa yayasan berkaliber nasional juga menaawarkan diri untuk membantu pengembangan panti itu. Rencananya dalam waktu dekat akan bertambah penghuni panti menjadi 20 anak. Jumlah ini tentu akan terus bertambah. Kami putra putrinya berserta cucunya mendengar cerita beliau, tak bisa menahan tangis haru akan semangat ibu. Beliau menjadi inspirasi bagi kami semua. Terutama saya merasa malu dan rendah dihadapan ibu saya , yang walau usia 70 tahun namun tak pernah lelah menggunakan sisa umurnya untuk berbuat bagi kaum duafa; fakir miskin , yatim piatu. Kami semua berjanji akan bersama sama ibu untuk semangat cinta , memberi untuk semua.

Hikmah yang saya dapat dari ibu saya adalah jangan pernah berpikir panjang bila ingin berbuat baik. Artinya bersegeralah , jangan pikirkan soal kekurangan atau berbagai kendala dengan akal tapi laksanakan dengan hati maka Allah akan menutupi kekurangan itu dan menyempurnakanya. Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda, “Bersegeralah kamu sekalian untuk beramal sebelum datangnya tujuh hal: apakah yang kamu nantikan kecuali kemiskinan yang dapat melupakan, kekayaan yang dapat menimbulkan kesombongan, sakit yang dapat mengendorkan, tua renta yang dapat melemahkan, mati yang dapat menyudahkan segalanya atau menunggu datangnya Dajjal padahal ia sejelek-jelek yang ditunggu, atau menunggu datangnya hari kiamat padahal kiamat adalah suatu yang sangat berat dan menakutkan. (H.R. Tirmidzi).

Mungkin begitu banyak kita punya rencana dan niat baik tapi itu hanya tinggal rencana. Tak pernah bergerak walau selangkah. Kita berhenti pada satu kendala ” bagaimana memulai tanpa uang ”. Kemudian kita berdoa agar Allah mengirim orang untuk memberi uang agar rencana baik itu terlaksana. Setiap hari kita hanya menunggu dan berharap bantuan. Tanpa terasa waktu berlalu dan harapan hampa. Mulai bertanya mengapa doa tak terkabulkan. Padahal sulit rasanya orang lain akan mendukung tanpa melihat bukti apa yang telah kita lakukan dengan rencana baik itu. Kita percaya kepada Allah tapi kita tidak percaya kepada sunattullah. Yang diperlukan untuk berlakunya sunattulah adalah berbuatlah dari apa yang bisa diperbuat walau ukurannya kecil. Jangan berhenti berbuat dan terus bergerak serta berserah diri kepada Allah. Lihatlah hasilnya nanti , doa akan terkabul karena bertemunya syariat dan hakikat.

No comments:

Pria minang...

  Orang tua saya mengingatkan saya, “ Kalau hanya sekedar makan untuk mu dan keluargamu, monyet di hutan juga begitu.” Kata orang tua saya. ...