Wednesday, December 31, 2008

Waktu

Karena waktu sejarah ada. Karena waktu mentari tenggelam diperaduannya. Usia terpenggal dengan rambut memutih, mata memudar, tenaga berkurang. Namun hasrat tak pernah padam selagi hayat dikandung badan. Itulah waktu dan kita. Hasrat mengecilkan eksistensi sang waktu. Membuat hari tak akan berkesudahan. Melata untuk mendaki hasrat yang tak pernah habis habisnya untuk digapai. Makanya tak perlu terkejut bila semua orang tertawa dan ceria ketika menanti detik detik pergantian tahun .Keceriaan itu adalah puncak dari kebodohan manusia. Puncak meruginya manusia yang selalu alfa memaknai sang waktu sesungguhnya.

Para cerdik pandai menulis dibanyak media tentang makna pergantian tahun. Toresan tentang yang lalu dan yang akan datang diulas tuntas. Semuanya dengan nada hari esok masih ada dan tentu masih ada banyak harapan. Begitulah setiap pergantian tahun , harapan tak pernah henti dipanjatkan. Sesungguhnya manusia itu sangat tak berdaya berhadapan dengan sang waktu. Sedetik kedepan tak ada yang bisa menduganya kecuali setelah mengalaminya. Hari esok yang kita maknai hanyalah bayangan dari sinar kemarin dan kini. Hanyalah gambaran , bisa menyenangkan dan bisa bisa menyedihkan. Tak lebih. Karena sejatinya masa lalu berhubungan dengan masa kini dan masa kini menentukan masa depan. Lantas apakah manusia mampu merubah jalan yang sudah terbentuk selama setahun kemudian segera merubahnya dalam waktu singkat ? Manusia adalah makhluk social yang hanya bisa berevolusi. Tak ada proses short cut untuk masa kini menuju masa depan yang lebih baik. Selagi masa lalu sudah salah maka untuk merubahnya butuh waktu dan proses yang tidak mudah. Selama prose situ tak banyak orang siap.

Kata orang, rusak susu sebelanga karena nila setitik. Jauh jalan menyimpang bila berkelok seincipun langkah kita. Setetes kesalahan akan membuat hati kita kabur. Seinci aqidah terbelokan maka sesatlah itu orang. Makanya dalam islam orang dipaksa untuk meng up date dirinya bukannya setahun sekali tapi lima kali dalam sehari dan terus tiada henti selagi hajat dikandung badan. Dalam ritual sholat, manusia berjanji kepada Allah bahwa “Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku bagi Allah, Tuhan seru sekalian alam. Tiada sekutu bagiNya. ...” Lima kali sehari kita berjanji bahwa shalat yang kita lakukan hanya untuk Allah. Bukan untuk inginkan sorga atau inginkan pahala. Bahwa ibadahku ( perbuatan baik dan soleh) hanya untuk dan karena Allah semata. Bukan untuk mendapatkan pujian, atau kehormatan atau pangkat. Hidupku hanya untuk Allah. Apapun yang kita lakukan dimuka bumi ini dalam posisi apapun , entah itu pejabat, rakyat jelata, maka semua karena Allah. Matiku, bahwa akhir dari segala harapan kita hanyalah kembali kepada Allah dan mati karena Allah.

Lima kali sehari dan tak pernah lekang oleh situasi apapun. Sholat harus ditegakkan. Bahkan Nabi ketika akan menjemput ajal, sholat adalah satu satunya yang diingatkan kepada manusia agar menjaganya. Dari sholat inilah sebetulnya manusia setiap hari setiap waktu secara systematis diminta agar memperbarui janjinya kepada Allah. Karena disela sela waktu sholat itu kadang manusia lupa akan janjinya.Makanya kembali diingatkan ketika masuk waktu sholat berikutnya. Inilah pembelajaran sejati bahwa manusia sangat lemah dihadapan waktu. Allah sebagai pencipta kita tahu betul bagaimana menjaga kesempurnaan kita , yaitu melalui perintah sholat.

Bila kita lupa satu jam dan kemudian berlanjut sampai jam berikutnya dan terus berlanjut Hari menuju minggu ,minggu menuju bulan dan akhirnya tahun berganti tanpa kita sadari. Sementara kita tetap dengan cara kita yang lupa dengan janji kita kepada Allah. Dan terus merasa bahagia disetiap berganti tahun dengan banyak harapan harapan. Sebetulnya harapan itu sudah hilang seiring kita kehilangan hubungan kepada Allah. Kita hanyalah kumpulan manusia yang tak lebih disamakan atau lebih rendah dari bunatang dihadapan Allah. Hidup kita didera oleh ilusi dan impian yang memabukan. Mudah sekali termakan bujukan manusia, mudah sekali di create oleh pemikiran orang lain. Mudah sekali memuja orang lain untuk harapan. Dan akhirnya membuat kita semakin jauh dari Allah..

Andai Sholat kita tegakan. Andai sholat sebagai repliksi keseharian kita. Maka semua kita sebetulnya telah berperan penuh untuk menciptakan kedamaian dibumi. Namun kita sholat tapi kita tidak memahami makna sholat. Akibatnya kita kehilangan indetitas kita sebagai rahmat bagi alam semesta. Bukannya menjaga bumi malah bumi meradang karena polusi. Bukannya menjaga alam malah alam hancur dimakan kerakusan. Bukannya menjaga kedamaian dimuka bumi malah menciptakan prahara demi prahara . Namun , sejarah selalu mencatat indah perjalanan waktu dengan tampilnya tokoh dibalik cerita para pemikir tapi sebetulnya itu hanyalah cara berilusi untuk sesuatu harapan yang sebetulnya sudah lama hilang. Yang ada hanyalah permainan waktu untuk membuat kita terus merugi dan merugi karena kita kehilangan Allah.

Kembalilah kepada Allah dan masuklah kedalam islam secara kaffah. Memang karena “waktu” kita sudah lama berpaling dari Allah tapi selagi hajat dikandung badan, Allah senantiasa menantikan kita untuk kembali kejalan dimana singgasana Allah bersemayam. “ Datanglah kepada ku wahai wajah yang bersih…” --Bukan karena pangkat, jabatan ,harta , pujian, pahala ,sorga--. Bukan.! Tapi wajah yang bersih itu adalah berangkat dari ketulusan untuk berbuat dan berbuat karena Allah. Inilah kunci kemuliaan manusia yang pantas menjadi khalifah dimuka bumi..tapi kadang kita lupa

Saturday, December 20, 2008

Kekuatan spiritual

Dalam berbagai banyak kunjungan diluar negeri dan beriteraksi dengan para professional asing, saya melihat bahwa etos kerja mereka sungguh luar biasa. Mereka serius, tekun dan disiplin tinggi dengan waktu. Tak ada hari kerja dalam canda. Semua berkerja dalam hirarki yang ketat untuk mencapai sasaran yang tepat. Kehebatan ekonomi China, Jepang ,Korea, Taiwan menjadi telaah para budayawan tentang kehebatan Tao , Budhisme, Kong Hu Chu sebagai kunci keberhasilan masyarakat Asia timur berkibar dikancah international dan disegani. Begitupula kehebatan Ekonomi barat dan AS diyakini oleh para budayawan sebagia akibat budaya plurarisme dan kebebasan berpikir . Hingga membuat bangsa Barat dan AS menjadi bangsa yang creative , innovative disegala bidang hingga menjadi acuan untuk menjadi sukses.

Semua hal yang berbau barat selalu dipuja. Dulu orang mendalami ilmu tentang sukses yang katanya berasal dari Intelligent Question (IQ). Maka beramai ramailah orang tua meminta anaknya ikut test IQ. Bahkan masuk kerjapun diharuskan ikut test IQ. Namun karena belakangan diketahui ternyata IQ tidak cukup untuk menjadikan orang “sukses”karena banyak yang IQ nya tinggi ternyata mati bunuh diri karena gagal.Banyak yang frustasi. Kalaupun berhasil dia berubah menjadi aninal. Cenderung indiviualistis, dam arogan. Kemudian , para ahli memandang bahwa IQ tidak cukup. Maka harus ada tambahan berupa emotion. Maka jadilah rumus sukses seseorang menjadi Emotion Question (EQ). Dari sini diharapkan orang pintar akan sukses apabila dia punya kemampuan mengendalikan emotionnya. Namun , apa yang terjadi? Pengendalian emotion yang tinggi ternyata tidak membuat orang damai. Terlalu banyak stress karena semua dipendam sendiri. Tidak ada pelampiasan. Akibatnya banyak orang sukses kesepian dan menyendiri. Kesuksesanpun tak lagi bernilai.

Para Ahlipun mulai lagi menganalisa bagaimana sebetulnya sukses itu ?. Mengapa kepintaran, pengendalian emosi tidak cukup membuat orang sukses dalam arti sesungguhnya. Mengapa jabatan dan ilmu tinggi tidak membuat orang bijak. Mengapa harta berlimpah membuat orang terus merasa kurang. Mengapa banyak makan obat supplement justru membuat orang semakin banyak penyakit. Mengapa begitu banyak tempat hiburan semakin banyak orang stress. Mengapa semua menjadi paradox ? Dari berbagai observasi tersebutlah akhirnya orang menemukan kesejatiannya yaitu perlunya spiritual dalam rangka mengendalikan emotion. Maka jadilah Emotion Spiritual Question ( ESQ). Dalam kaca mata ahli yang dimaksud spiritual adalah sesuatu yang universal dimana pada intinya manusia itu terlahir membawa nilai spiritual. Membawa manusia kealam spiritual adalah obat untuk menjaga keseimbangan emotion.

Dari ESQ inilah paradigma baru tentang sukses digelar. Konsep memberi dan menerima dengan tulus dikembangkan. Orang barat tergila gila dengan konsep baru ini. Namun tetap saja mereka tidak mengakui keberadaan Agama dan hari akhir sebagai inti dari kekuatan spiritual. Mereka mencoba menganalisa alam spiritual dengan otak sebelah kirinya. Perusahaan berlomba lomba membuat yayasan Amal , Para orang sukses berusaha menjadi pimpinan yayasan amal. Kegiatan yang bermuatan kasih sayang digelar luas. Senyum dibudayakan. Tapi semua itu barulah sebatas symbol. Akal manusia tidak akan mampu menyabarkan konsep spiritual tersebut kecuali berdasarkan ilmu yang sudah diajarkan oleh sang pencipta ( ALLAH ) kepada manusia. Mengapa ? semua hal yang menyangkut spiritual berujung kepada hal gaib , yang hanya mampu dicerna oleh otak sebelah kanan.

Tesis suskes membangun peradaban modern seperti China, Eropa, AS , Jepang oleh banyak budayawan kini terbukti hanyalah ilusi belaka. Menjadi terbalik ketika krisis global terjadi. Lihatlah betapa rentanya komunitas peradaban modern yang dibanggakan itu. Mereka nampak rapuh dan setiap hari berteriak memohon perlindungan dari penguasa untuk diselamatkan dari kemungkinan jatuh bangkrut. Bahkan mereka mengatakan “Tuhan sudah mati “. Ternyata bangsa Indonesia tak pernah gamang dengan situasi apapun. Walau kemiskinan menjerat. Walau harus antri BLT. Walau harus mati karena tak mampu beli obat. Walau harus berhenti sekolah karena sekolah mahal. Kita sebagai komunitas terlatih menerima kezoliman peradaban “modern” dengan kesabaran yang tinggi, tak tertandingi oleh peradaban manapun. Itu karena nilai nilai Islam yang menjadi mayoritas penduduk Indonesia.

Dari waktu ke waktu kita tak pernah sepi dari krisis. Semua itu karena ulah rezim yang brengsek. Tapi kita tetap kuat sebagai komunitas dan mudah digiring ke bilik pemilu walau janji elite politik tak pernah tunai. Seharusnya pihak Barat , China, Jepang, dan lainnya serta para pemikir orientalis mulai melihat kehebatan peradaban Indonesia ini untuk mendapatkan sukses dalam arti sesungguhnya. Dimana spiritual itu tak pernah menganggap bahwa dunia adalah akhir dari segala galanya. Dunia hanyalah persinggahan sementara untuk menuju kehidupan yang abadi. Dizolimin, kemiskinan, penderitaan bukanlah yang ditakuti tapi adalah bagian proses untuk meningkatkan nilai spiritual itu sendiri. Sementara orang yang mengagungkan dunia justru semakin kehilangan spiritualnya dan hanya hidup dari banyak symbol yang mudah hancur dimakan waktu.

Bahwa hanya ada satu pilihan bagi pihak Eropa, AS, Jepang, China, Jepang dan mereka yang berpikir orientalis untuk keluar dari krisis ,yaitu percayalah kepada Allah dan Rasul. Islam adalah satu satunya solusi untuk menciptakan peradaban yang damai. Dengan demikian maka keseimbangan akan terbentuk dan Komunitas Indonesia , termasuk dibelahan dunia lainnya yang selama ini dipinggirkan dari kerakusan peradaban “modern” akan bangkit untuk saling mengisi dan melengkapi. Namun bagaimana menanamkan keyakinan bahwa krisis sekarang ini terjadi akibat larinya mereka dari konsep Islam…? Hanya Allah yang berhak menanamkan keyakinan ( hidayah ) itu.Lagi lagi kita hanya bisa berserah diri kepada Allah. Itulah puncak spiritual yang memang sulit dipahami oleh akal..

Monday, December 08, 2008

Ka'bah...

Saya teringat empat tahun lalu ketika menunaikan Ibadah Haji. Saya terpesona melihat Ka’bah. Karena selama ini ketika sholat , Ka’bah hanya ada dalam imaginasi saya yang memang tak pernah melihat langsung. Saya tahu bahwa kita semua menghadap kearah kiblat bernama Ka’bah. Agungkah Ka’bah ? Inikah yang selama ini arah kiblat kita ? Mengapa semua orang mau berkorban dengan tenaga dan uang , hanya untuk datang ke tanah suci ini ? Itulah pertanyaan dasar saya ketika melihat Ka’bah. Ketika ritual Tawaf , Pertanyaan dibalik keterpesonaan itu, saya mulai merasakan sesuatu pesan yang justru mengecilkan keberadaan Ka’bah itu sendiri. Saya tak lagi melihat Ka’bah sebagai sesuatu keterpesonaan. Betapa tidak ? Ka’bah ada disebelah kiri saya ketika mengelilingi Ka’bah ( Tawaf).. Bukan disebelah kanan.

Kanan adalah lambang kemuliaan. Nabi menganjurkan agar melakukan segala sesuatu haruslah dengan tangan kanan. Melangkah dengan kaki kanan lebih dahulu. Quran sebagai wahyu ALlah dibaca dari kanan kekiri. Susunan DNA kita ternyata bergerak dari kanan kekiri. Berwudhupun harus dimulai dari yang kanan.Singkatnya semua serba kanan. Mengapa kanan ? Tentu anjuran ini berdasar. Karena tak mungkin Rasul menganjurkan tanpa dasar petunjuk dari allah. Kini kita dapat mengetahui ihwal tentang kanan dan kiri itu setelah adanya kemanjuan tekhnologi yang menyelidiki fungsi otak. Efektifitas dan efesiensi gerak tubuh kita sangat dipengaruhi oleh otak, dimana otak sendiri menurut para ahli terbagi dalam dua ; biasa menyebutnya dengan otak kiri dan otak kanan, masing-masing bagian dari otak ini mempunyai fungsi yang berbeda. Bagaimana itu bisa terjadi ?, Tentu adalah karena kekuasaan dari Allah SWT, yang maha dari segala. Sehingga bagaimanapun manusia berusaha mencoba berkreasi menduplikasi otak, dalam bentuk program, robotisasi dsb., tentu tidak bakal bisa menyamai kerja otak kita yang sesungguhnya.

Selain dibagi berdasarkan lobus, oleh para ahli, fungsi otak dibagi menjadi otak besar bagian kiri dan otak besar bagian kanan. Bagian kiri berfungsi sebagai pusat bahasa verbal atau berbuat karena hukum sebab akibat. Otak sebelah kanan, secara struktural sama dengan otak kiri, tetapi ada perbedaan fungsi. Diotak kanan ini pusat bahasa, berhitung, dan percakapan tidak ada. Otak kanan untuk bahasa nonverbal dan kemampuan berimaginasi untuk menghayati sesuatu diluar batas lagika. Akal kanan membuat orang menangis , tertawa, marah dan bahagia. Bahasa yang tidak bisa didengar tapi dapat dirasakan dalam bentuk gerak dan tingkah, isyarat. contohnya bahasa body language, gerakan mata.

Jadi otak kiri lebih kepada hal yang dapat dicerna dengan akal manusia yang serba terbatas. Ungkapan bahasa verbal dan bukan bahasa hati atau bahasa jiwa. Makanya sebab mengapa ritual tawaf menempatkan Ka’bah disebelah kiri. Karena Ka’bah hanya simbol nyata tentang gaip ( keimanan ), yang tak perlu disembah. Sama halnya dengan kecanggihan ilmu pengetahuan, harta dunia, pangkat /jabatan , kecantikan, keperkesaan harus ditempatkan disebelah kiri kita karena begitulah design kita sebagai manusia. Otak kanan adalah sunatullah untuk kita berbuat berdasarkan bahasa jiwa kita bukan bahasa akal kita. Bahasa jiwa itu tak lain adalah cinta dan kasih sayang untuk beribadah kepada Allah. Gunakanlah kemampuan otak kiri untuk berbuat karena kehendak otak kanan. Karena kalau kita lebih menurutkan otak kiri kita maka perbuatan kita jauh dari sikap ikhlas kecuali kepentingan keuntungan semata, serba bersyarat.

Haji adalah puncak ritual keimanan kepada Allah . Hanya bisa dipahami oleh bahasa non verbal yang tak pernah ternoda oleh energi yang berasal dari otak sebelah kiri. Karenanya kenalilah sikap kita , apakah kita berpikir dengan otak sebelah kiri atau sebelah kanan? Untuk mengetahuinya maka pahamilah keberadaan Allah dan sunah rasul serta gunakanlah sholat lima waktu, zakat, puasa, haji dan perbuatan mulia lainnya dengan otak sebelah kanan kita. Focuslah dengan otak kanan. Karena otak kanan kita terhubung dengan semua indra kita termasuk kepada ruh kita. Itulah keagungan Allah yang mendesign kita dengan segala standard operating procedure yang begitu sempurna.

Ibadah Haji adalah puncak ritual dalam berbagai symbol yang hanya dapat dipahami oleh otak sebelah kanan kita bukan sebelah kiri. Karena symbol symbol itu ( termasuk harta dunia dan jabatan ) tak lebih adalah repliksi kelemahan kita dihadapan Allah, yang tidak boleh kita sembah /puja dalam bentuk apapun,

Friday, December 05, 2008

Tekanan jiwa

Manusia hidup dalam situasi tertekan ( pressure ). Tekanan dapat hadir dari luar sebagai akibat orang lain. Dapat pula bersumber dari dalam akibat dorongan nafsu yang tak terkendali. Tekanan dari dalam maupun dari luar , keduanya berdampak luas terhadap jiwa kita bila kita tak bisa menahannya. Karena pressure ini berkaitan dengan jiwa maka efek dari pressure adalah jiwa kita sendiri. Tekanan dari luar mudah dideteksi namun tekanan dari dalam jiwa kita sulit dideteksi. Sifat sombong atau ingin dihormati, hidup berlebihan atau gemar menumpuk harta, sifat pendusta dan perbuatan yang merusak adalah sifat yang mengaburkan kebenaran ,kebaikan, keadilan. Sifat inilah sebagai pressure yang mengakibatkan jiwa tak pernah stabil. Sifat ini akan terus terpancing untuk bangkit akibat pangaruh budaya keseharian yang menyesatkan. Budaya keseharian itu hadir dalam kehidupan kita berupa “pujian, fitnah, ancaman”. Ketiga hal ini membuat kita tertekan.

Pujian adalah budaya yang hidup ditengah masyarakat. Karena pujian membuat orang menikmati kekuasan , kesuksesan dunia, kehormatan dunia, jabatan dan kekuasaan. Yang pintar bangga dengan kepintarannya. Yang berkuasa senang dengan kekuasannya. Yang berharta bangga dengan hartanya. Pujian yang terus ber taburan dalam kehidupan manusia membuat manusia sombong dan kikir. Sombong karna dia pantas dihormati dan dipuji. Kikir karena tak ingin kelebihannnya, kesuksesannya berkurang karena kawatir pujian akan berkurang. Yang senang dengan pujian menimbulkan iri bagi yang belum mendapatkan pujian. Akibatnya terjadi persaingan yang melelahkan antara yang belum dan yang sedang.. Saling menghormati, saling menjaga, tak akan ada lagi dalam ruang budaya ini. Manusia berjarak satu sama lain. Kelas terbentuk. Kecemasan menjadi keseharian.

Yang kedua adalah fitnah. Sengaja memfitnah orang lain untuk mencapai tujuannya. Atau fitnah itu dalam bentuk extrim adalah tidak peduli orang lain selagi kepentingan sendiri terpenuhi. Sikap fitnah ini terungkap dari budaya kesehariaan seperti ; Saling menjelekan satu sama lain. Saling tidak peduli satu sama lain. Saling ingin menang sendiri.. Yang kaya merasa pantas merendahkan yang miskin. Yang berilmu merasa wajar memperbodoh yang tolol. Bagi pengusaha merasa tak berdosa menzolimi pekerja dengan upah semaunya. Pemerintah merasa patut bila harus mengurangi beban social APBN daripada mengurangi beban bayar hutang luar negeri demi menjaga kesina mbungan rezim tanpa peduli nasip rakyat yang terkapar. Para politisi merasa tak berdosa bila janjinya tak ditunaikan demi pundi partai penuh. Semua pelaku yang memfitnah dan difitnah sama tertekan jiwanya. Hanya bedanya yang memfitnah tak pernah puas. Ia hidup dalam kegersangan jiwa untuk lebih dan lebih. Akhirnya jiwanya mati.

Yang ketiga adalah ancaman. Orang terancam kehilangan pekerjaan karena perusahaan terus merugi akibat krisis. Istri merasa terancam karena suami kawin lagi. Pengusaha merasa terancam karena penjualan menurun. Penghutang terancam karena dikejar debt collectior. Pejabat terancam karena adanya KPK. Ancaman seperti ini tidak berdampak luas dan namun jalan keluar mengatasi ancaman dapat menimbulkan anarkis. Kehidupan tak lagi damai. Kadang pengusaha harus mem PHK buruh. Kadang istri bunuh diri atau minta cerai. Kadang debt collector sampai membunuh debitur atau menghina debitur. Kadang pejabat dan politisi berkonspirasi menghilangkan ancama dari KPK dan akibatnya keadilan hanyalah bualan kosong.

Kehidupan kini tak lagi menentramkan karena budaya kita adalah budaya dalam tekanan nafsu... Keseharian kita sudah terjebak diperbudak nafsu. Begitu banyak penderitan, kekecewaan, air mata , stress , frustrasi terjadi dimuka bumi seiring dengan munculnya berbagai penyakit social seperti korupsi, rampok, perkosaan, perceraian, pemerasan , pelacuran, narkoba, penindasaan dan lain sebagainya. Semua kita berupaya mengatasi penyakit social itu tapi tak kunjung dapat mengatasinya. Kita lupa , bahwa kita tidak pernah melihat akar masalah penyebab dari penyakit social itu.

Semuanya akibat dari budaya hidup dalam tekanan. Sebetulnya antara yang tertekan dan yang menekan sama sama korban. Hanya saja masing masing tergantung kekuatannya menahan tekanan itu. Kekuatan menahan tekanan ( pressure ) bersumber dari kekuatan spiritual. Yaitu Sabar, ikhlas dan Rendah hati ( tawadhu), istiqamah. Semua kita , bila bersemayam dijiwanya akan sikap sabar , ikhlas , tawadhu,istiqamah maka segala pujian tak akan berhasil menyesatkannya. Segala fitnah dunia tak akan pernah mengaburkannya. Segala ancaman tak akan membuatnya terhina dan zolim. Dia kuat karena dia selalu mendekat kepada penciptanya melalui sholat yang berkesinambungan sebagai cara ALlah melatihnya untuk menjadi sempurna.

Monday, December 01, 2008

Bakrie

Abdul Bakrie adalah pengusaha pejuang. Dia disegani sebagai pengusaha pribumi yang sukses berkembang berdasarkan kekuatan potensi rakyat. Berawal dari pengumpul hasil pertanian dan kemudian menjualnya keluar negeri ( export) untuk mendatangkan devisa bagi negera. Dia dikenal sebagai sosok yang sederhana dan pekerja keras serta innovative. Tak banyak terlibat dalam kancah politik walau hartanya melimpah. Namun dia selalu bangga sebagai putra Indonesia dan menjadikan wiraswata sebagai caranya berbakti bagi bangsanya. Diapun mendidik anak anaknya dengan disiplin keras untuk menjadi petarung didunia business. Kini Abdul Bakrie telah tiada. Namun namanya tetap exist di usung oleh anak anaknya. Menjadi perusahaan berkalas dunia dan salah satu perusahaan yang unggul melewati krisis 98.

Bakrie tumbuh dan berkembang diatas arus gelombang perpolitikan dan business di Indonesia. Keluarga Bakrie memang terlahir sebagai darah pejuang yang gemar bekerja keras untuk menangkap segala peluang yang mungkin untuk bertahan dengan cara cara hero. Ketika gelombang krisis moneter tahun 98, banyak perusahaan konglomerat melempar handuk putih kepada pemerintah dan menyerah dalam kuridor BPPN, namun Bakrie tidak menyerah. Kepiawaian Keluarganya menggandeng konsorsium bank kreditur sebagai mitra mengatasi krisis hutang adalah bukti bahwa Bakrie bukan tipe pengusaha yang cengeng. Mereka first class dibidang business.

Dua tahun setelah tahun 1998 , Bakrie berhasil keluar dari jeratan pengambil alihan oleh BPPN. Walau akhirnya menempatkan keluarga Bakrie sebagai pemilik minoritas dan asing mayoritas namun itu adalah lebih baik daripada membebani negara dengan program bail out melalui BPPN. Atau bisa saja timbul pemikiran lain bahwa mungkin menyerahkan asset kepada negara adalah lebih buruk daripada menyerahkan asset kepada Asing. Karena dari Asing, Bakrie mendapatkan kekuatan suplai dana untuk berkembang dan sementara dari negara dia tidak akan mendapatkan apa apa. Apakah ini sikaf anti nasionalisme ? Tentu bukan masalah nasionalisme. Tapi lebih ketidak yakinan keluarga Bakrie dengan program BPPN tersebut sebagai cara mengatasi krisis moneter. Mereka tidak ingin perusahaan yang didirikan oleh orang tuanya pada akhirnya diobral kepada asing. Bakrie inginkan penyelesaian yang seimbang dan mereka berhasil menjadi model penyelesaian restruktur hutang terbaik ketika itu.

Selanjutnya kita semua menyaksikan bahwa para anak anak Bakrie memang first class dalam bidang business. Keluarga ini tampil percaya diri sebagai perusahaan nasional dengan memanfaatkan trend kenaikan harga komoditas pertanian ( CPO), Energy ( Batu bara ) , peroperty sebagai mesin pertumbuhan usahanya. Melalui pasar modal , mereka menarik dana tak terbilang sebagai cara memanfaatkan peluang dari pasar modal yang bergairah. Ketika itu pasar modal regional maupun international memang memanjakan sector Energy ,CPO dan Property. Akuisi internal antar anak perusahaan didalam holdingnya terjadi terus menerus sebagai strategy menjadikan keluarga Bakrie kembali menjadi pemegang saham mayoritas diantara mitranya. Dengan menempatkan saham saham yang sudah dikuasainya, mereka kembali menarik dana dari lembaga keuangan lewat hutang maupun REPO. Berbagai skema raising fund mewarnai perjalanan usaha keluarga Bakrie untuk menjadi usaha berkelas dunia. Hingga akhirnya majalah Forbes menempatkan keluarga Bakrie sebagai orang terkaya di Indonesia. Namun ketika krisis global dan semua bursa rontok, maka Bakrie pun kembali dihadapkan oleh krisis. Nilai asset perusahaan ini menurun drastic seiring dengan jatuhnya harga semua saham anak perusahaan Bakrie dibursa. Pihak otoritas melakukan suspend agar menjaga tidak semakin parahnya kejatuhan saham Bakrie.

Yang pasti apa yang kini terjadi dengan Bakrie tidak ada yang salah. Dan keluarga ini aman aman saja. Hanya public yang ribut. Apa yang dilakukan oleh Bakrie tidak ada yang melanggar hukum. Soal Saham yang jatuh itu adalah biasa dalam system pasar uang kapitalis. Naik dan jatuh sudah disadari oleh semua orang yang ingin mendulang laba di bursa. Soal Lapindo bukanlah kesalahan keluarga Bakrie karena mereka sudah mmenuhi semua procedure yang ditetapkan oleh UU. Soal Hutang Bakrie , juga adalah hal yang normative dalam business. Bakrie lakukan dengan timing (( januari sampai dengan juni 2008) )yang tepat untuk berhutang. Sebelum kejatuhan saham dibursa , Barkrie telah berhasil menarik dana pinjaman jangka pendek sebesar 40 kali lipat Semua hutangnya dijamin oleh saham perusahaan yang sedang hot dimarket.

Rumor berkembang dimasyarakat bahwa pemerintah ditekan untuk mem bail out hutang Bakrie dan sekaligus mem buy back saham Bakrie dibursa.
Data Hutang Bakrie memang luar biasa besar dan sebagian besar hutang itu kepada lembaga keuangan asing. Dan juga sebagian besar saham Bakrie yang dijual di Bursa dibeli oleh para politisi kaya raya , yang sebagian mereka ada yang jadi pimpinan partai. Kini pihak asing dan orang kaya baru diera reformasi mendulang masalah karena nilai saham Bakrie jatuh. Mereka inilah sebetulnya korban dari Bakrie tapi sebetulnya adalah korban dari system yang dari awal sudah salah. Dan Bakrie hanyalah peselancar yang piawai menari diatas gelombang business yang tinggi dan melaju kencang didorong angin politik… Jatuh atau terus kah Bakrie ? Kita lihat nanti.

Sunday, November 23, 2008

Structure

Structure dalam bahasa inggeris bisa berarti bentuk susunan ( formation) atau bisa pula berarti bentuk bangunan ( construction) atau bisa pengaturan yang baik ( organization ). Maka structure dapat diartikan adalah bentuk susunan untuk suatu bentuk yang diinginkan. Kalau dianalogikan dalam sebuah bangunan maka structure meliputi fondasi, penyangga ( tiang ) , dinding dan atap. Keempat unsur ini adalah system dari yang disebut structure. Salah satu lemah maka bangunan tidak akan kuat, atau bahkan hancur. Seorang insinyur bangunan merekayasa ( engineering ) bangunan harus memperhatikan tekstur tanah untuk menanamkan tiang pancang ( fondasi). Harus memperhatikan lingkungan agar dapat dirancang model bangunan yang sesuai dengan goegraphis dan tentu harus pula sesuai dengan kebutuhan.

Dalam pembangunan ekonomi suatu negara maka studi pembangunan tak jauh beda dengan insinyur yang akan membangun gedung. Pondasi yang dimaksud adalah kekuatan sector riel atau kekuatan rumah tangga ( public ) menghasilkan barang dan berkosumsi. Tiangnya ( penopangnya ) adalah sector moneter dan fiscal yang merupakan pengaturan perputaran uang dari rumah tangga kembali kenegara dalam bentuk pajak dan tabungan kemudian kembali lagi ke rumah tangga dalam bentuk layanan social dan subsidi. Atap dan dinding adalah keadilan dan hukum yang menjamin keberadaan pondasi dan tiang. Disinilah rancang structure menentukan kekuatan dan keindahan bangunan. Harus ada keseimbangan.

Bila tiang ( penyangga ) dibuat besar atau istilahnya dalam ekonomi adalah bubble ( menggelembung ) melalui regulasi moneter maka pondasi tidak akan kuat menahannya. Begitupula sebaliknya, pondasi atau sector riel yang terlalu kuat dengan penyangga yang kecil maka akan lahir ketidak efisienan dimana modal berputar hanya kesegilintir orang. Atap yang besar atau keadilan yang terlalu kaku tanpa memperhatikan pondasi ( sector riel) dan tiang ( moneter ) akan meredam kreatifitas. Dinding ( Hukum ) yang terlalu tipis akan modah dijebol oleh orang asing atau oleh criminal.. Makanya dinding bangunan haruslah kuat agar penghuni rumah selamat dari segala niat perampok untuk masuk menguasai harta didalam bangunan. Begitulah analogi sederhana tentang pembangunan rumah besar yang dihuni oleh jutaan rakyat dari sebuah republic.

Krisis global yang sekarang terjadi adalah sudah sampai pada krisis structure. Dimana kekuatan rancang bangun yang sudah ada oleng terancam roboh. Pasalnya Sektor riel sebagai pondasi terlalu kecil dibandingkan dengan tiang ( sector moneter ). Akibatnya pondasi retak. Makanya para perancang berusaha mengurangi beban tiang ( sector moneter ) melalui pengetatan likuiditas ( arus uang ). Karena bangunan sudah exist dan sudah menjadi concrete maka setiap pergeseran structure akan otomatis mengganggu yang lainya. Makanya setiap upaya mengurangi beban tiang ( moneter ) otomatis mengganggu formasi fondasi. Akibatnya pondasipun retak. Disisi lain, dinding ( hukum) pun ikut retak dan begitupula dengan atap ( keadilan ) ikut pula retak. Bangunan benar benar teracam hancur. Hanya masalah waktu. Semakin besar upaya untuk memperbaiki atau menggeser structure maka semakin cepat pula bangunan hancur.

Ditambah lagi memang dari awal bangunan dirancang sudah salah structure. Pertama, fondasi ( sector riel ) dibuat tanpa memperhatikan tekstur tanah. Yang menjadi dasar perhitungan membuat fondasi adalah tekstur tanah di negara lain. Akibatnya kekuatan pondasi tidak terkait dengan kekuatan tanah menopang. Artinya pembangunan sector riel tidak membumi dengan budaya masyarakat. System kapitalisme adalah tekstur tanah untuk orang asing yang individualism bukan untuk rakyat yang suka gotong royong seperti Indonesia. Makanya jangan kaget bila rakyat banyak hanya menjadi penonton saja dari kegiatan sector riel. Kedua, , Lingkungan kita adalah tropis yang hidup diempat musim. Dimana agriculture adalah keseharian dan budaya kita. Model bangunan ( ekonomi ) haruslah yang berlandaskan pada lingkungan yang ada pada kita. Bukannya meniru negeri yang hidup diempat musim…

Biang persoalan dari sebuah krisis adalah terjadi ketidak seimbangan ( inbalance ) antara sector riel dan moneter. Ini dipicu oleh dinding ( hukum ) rumah yang tipis dan atap ( keadilan ) yang tipis. Akibatnya , segelintir penghuni rumah bukannya menjaga rumah malah ikut menjadi maling didalam rumah. Para pemaling ( koruptor ) berusaha mengeluarkan ide untuk memperbesar tiang rumah. Agar nampak perkasa dan sekaligus bebas berpesta dirumah orang lain. Sementara penghuni lain yang mayoritas tetap didalam rumah yang kebingungan dengan tiang bangunan yang besar na mun dinding yang tipis dan bolong dimana mana serta atap (keadilan ) yang bolong hingga maling bisa membawa barang keluar rumah lewat atap..

Mengatasi keadaan sekarang haruslah dengan restorasi. Kita butuh keseimbangan structure sebuah rumah besar Indonesia. Itu hanya mungkin bila budaya dan agama sebagai dasar philosopy kita merancang.

Monday, November 17, 2008

Sunattullah..

” Ya muqallibal Qulub, sabits qolbi a’la deenik ”artinya “wahai yg membolak balikan hati, tetapkan hatiku pada agama Mu” Itulah doa yang diajarkan oleh Nabi kepada Abubakar Sidiq. Ini merupakan satu fakta tak terbantahkan bahwa Allah itu berhak untuk buat orang kafir atau beriman. Hidayah itu hak mutlak Allah. Tak ada satupun manusia bisa memaksakan hidayah kepada orang lain. Tak selamanya orang yang dinilai kafir akan mati dalam kekafiran. Tak selamanya orang yang sangat beriman mati dalam keimanannya. Makanya yang pertama tama yang harus kita curigai adalah keimanan kita sendiri, sebelum kita mengukur dosa dan kekafiran orang lain. Itu urusan Allah.

Memang diri kita sendirilah yang patut dicurigai. Bahkan jangan pernah percaya seratus persen terhadap diri kita sendiri. . Karena setiap ada masalah yang pertama kita curigai adalah akal kita. .Akal cenderung memberikan masukan menurut orang lain dan cenderung culas.Kemudian barulah nafsu kita sendiri. Nafsu cenderung memberikan masukan yang mudah dan culas. Bila mendapatkan kebahagiaan maka yang pertama kita curigai adalah nafsu kita. Nafsu suka memaksa kita untuk berlebihan dalam kenikmatan. Kemudian akal kita karena akal cenderung membenarkan apa kata nafsu tentang perlunya menikmati hidup berlebihan. Dari sikap curiga inilah nurani kita terus diuji untuk mengambil sikap diantara dorongan akal dan nafsu. Eksistensi kita adalah jiwa kita yang bersemayam dalam nurani kita. Sebagaimana firman Allah "Demi jiwa dan Dia yang menyempurnakannya dan memperkenalkannya kepadanya keburukannya dan kebaikannya. Sungguh beruntung orang yang dapat mensucikan jiwa itu, dan merugilah orang yang mengotorkannya (Qs 91: 7-10).

Hidup manusia dimuka bumi adalah fitrah manusia yang tak bisa menghindari sunatullah. Sunatullah itu berhubungan langsung dengan akal, nafsu dan nurani. Ia teraktualisasi dalam interaksi kita dengan sesama manusia dan alam sekitar untuk mencari rezeki Allah. Semua adalah proses sebagai bentuk lain dari cara kita beribadah kepada Allah. Sebagai mana firman Allah dalam surat al-Jum'ah ayat 10 " Apabila shalat sudah ditunaikan maka bertebaranlah di muka bumi dan carilah karunia Allah serta banyak-banyaklah mengingat Allah agar kalian menjadi orang yang beruntung. Artinya ada proses lain yang tak kurang dari sholat lima waktu. Yang waktunya begitu banyak atau 90% waktu yang tersedia dalam 24 jam adalah sunatullah.

Dalam proses ini setiap manusia menghadapi medan yang berbeda. Tergantung budaya, tempat dan takaran ilmunya. Setiap manusia berjalan diatas titian bagaikan rambut dibelah tujuh. Antara kebahagiaan dan penderitaan, antara kesehatan dan penyakit, antara kemenangan dan kekalahan, antara hidup dan mati, antara untung dan rugi , nikmat dan fitnah, begitu dekatnya. Setiap manusia dapat tergelincir kesalah satu sisi itu. Setiap saat manusia hidup dalam resiko. Ini pertarungan yang tak ada habis habisnya hingga keliang lahat.

Atas dasar itulah Allah memberikan Bashir..( kabar gembira) lewat rasul. ”Sesungguhnya Kami telah mengutusmu (Muhammad) dengan kebenaran; sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan, dan kamu tidak akan diminta (pertanggungjawaban) tentang penghuni-penghuni neraka. (QS 2: 119), Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui. (QS 34: 28), Sesungguhnya Kami mengutus kamu dengan membawa kebenaran sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan. Dan tidak ada suatu umat pun melainkan telah ada padanya seorang pemberi peringatan. (QS 35: 24), dan (Al Qur’an) yang membawa berita gembira dan yang membawa peringatan, tetapi kebanyakan mereka berpaling (daripadanya); maka mereka tidak (mau) mendengarkan. (QS 41: 4).

Karenanya dalam keseharian kita yang lemah, sudah sepatutnya yang menjadi landasan bersikap adalah al Quran dan Hadith. Inilah keadilan Allah. Semua cara untuk melewati proses sunatullah itu disampaikan secara tinci dan gamplang , dan bahkan lengkap dengan contoh how to do lewat sunah rasul. Tapi kadang kita lupa. Lupa akan esensi sunatullah yang membutuhkan iktiar ( syariah) dalam derita untuk mempertebal kesabaran, dalam kenikmatan untuk mempertebal rasya sukur, dalam kesulitan untuk mempertebal istiqamah, dalam kemenangan untuk mempertebal sikap tawadhu. Semua orang bisa saja tergelincir dan Allah maha mengetahui lagi maha perkasa serta pengampun. Semua kita diharapkan kembali kepadaNya dalam keadaan sempurna walau kadang harus salah dan alfa. Karena proses sunatullah itu memang tidak mudah…makanya jangan pernah lupa barang sedetikpun kepada Allah.

Pemerintah Suriah jatuh.

  Sebelum tahun 2010, kurs pound Syuriah (SYP) 50/1 USD. Produksi minyak 400.000 barel/hari. Sejak tahun 2011 Suriah dilanda konflik dalam n...