Sunday, November 23, 2008

Structure

Structure dalam bahasa inggeris bisa berarti bentuk susunan ( formation) atau bisa pula berarti bentuk bangunan ( construction) atau bisa pengaturan yang baik ( organization ). Maka structure dapat diartikan adalah bentuk susunan untuk suatu bentuk yang diinginkan. Kalau dianalogikan dalam sebuah bangunan maka structure meliputi fondasi, penyangga ( tiang ) , dinding dan atap. Keempat unsur ini adalah system dari yang disebut structure. Salah satu lemah maka bangunan tidak akan kuat, atau bahkan hancur. Seorang insinyur bangunan merekayasa ( engineering ) bangunan harus memperhatikan tekstur tanah untuk menanamkan tiang pancang ( fondasi). Harus memperhatikan lingkungan agar dapat dirancang model bangunan yang sesuai dengan goegraphis dan tentu harus pula sesuai dengan kebutuhan.

Dalam pembangunan ekonomi suatu negara maka studi pembangunan tak jauh beda dengan insinyur yang akan membangun gedung. Pondasi yang dimaksud adalah kekuatan sector riel atau kekuatan rumah tangga ( public ) menghasilkan barang dan berkosumsi. Tiangnya ( penopangnya ) adalah sector moneter dan fiscal yang merupakan pengaturan perputaran uang dari rumah tangga kembali kenegara dalam bentuk pajak dan tabungan kemudian kembali lagi ke rumah tangga dalam bentuk layanan social dan subsidi. Atap dan dinding adalah keadilan dan hukum yang menjamin keberadaan pondasi dan tiang. Disinilah rancang structure menentukan kekuatan dan keindahan bangunan. Harus ada keseimbangan.

Bila tiang ( penyangga ) dibuat besar atau istilahnya dalam ekonomi adalah bubble ( menggelembung ) melalui regulasi moneter maka pondasi tidak akan kuat menahannya. Begitupula sebaliknya, pondasi atau sector riel yang terlalu kuat dengan penyangga yang kecil maka akan lahir ketidak efisienan dimana modal berputar hanya kesegilintir orang. Atap yang besar atau keadilan yang terlalu kaku tanpa memperhatikan pondasi ( sector riel) dan tiang ( moneter ) akan meredam kreatifitas. Dinding ( Hukum ) yang terlalu tipis akan modah dijebol oleh orang asing atau oleh criminal.. Makanya dinding bangunan haruslah kuat agar penghuni rumah selamat dari segala niat perampok untuk masuk menguasai harta didalam bangunan. Begitulah analogi sederhana tentang pembangunan rumah besar yang dihuni oleh jutaan rakyat dari sebuah republic.

Krisis global yang sekarang terjadi adalah sudah sampai pada krisis structure. Dimana kekuatan rancang bangun yang sudah ada oleng terancam roboh. Pasalnya Sektor riel sebagai pondasi terlalu kecil dibandingkan dengan tiang ( sector moneter ). Akibatnya pondasi retak. Makanya para perancang berusaha mengurangi beban tiang ( sector moneter ) melalui pengetatan likuiditas ( arus uang ). Karena bangunan sudah exist dan sudah menjadi concrete maka setiap pergeseran structure akan otomatis mengganggu yang lainya. Makanya setiap upaya mengurangi beban tiang ( moneter ) otomatis mengganggu formasi fondasi. Akibatnya pondasipun retak. Disisi lain, dinding ( hukum) pun ikut retak dan begitupula dengan atap ( keadilan ) ikut pula retak. Bangunan benar benar teracam hancur. Hanya masalah waktu. Semakin besar upaya untuk memperbaiki atau menggeser structure maka semakin cepat pula bangunan hancur.

Ditambah lagi memang dari awal bangunan dirancang sudah salah structure. Pertama, fondasi ( sector riel ) dibuat tanpa memperhatikan tekstur tanah. Yang menjadi dasar perhitungan membuat fondasi adalah tekstur tanah di negara lain. Akibatnya kekuatan pondasi tidak terkait dengan kekuatan tanah menopang. Artinya pembangunan sector riel tidak membumi dengan budaya masyarakat. System kapitalisme adalah tekstur tanah untuk orang asing yang individualism bukan untuk rakyat yang suka gotong royong seperti Indonesia. Makanya jangan kaget bila rakyat banyak hanya menjadi penonton saja dari kegiatan sector riel. Kedua, , Lingkungan kita adalah tropis yang hidup diempat musim. Dimana agriculture adalah keseharian dan budaya kita. Model bangunan ( ekonomi ) haruslah yang berlandaskan pada lingkungan yang ada pada kita. Bukannya meniru negeri yang hidup diempat musim…

Biang persoalan dari sebuah krisis adalah terjadi ketidak seimbangan ( inbalance ) antara sector riel dan moneter. Ini dipicu oleh dinding ( hukum ) rumah yang tipis dan atap ( keadilan ) yang tipis. Akibatnya , segelintir penghuni rumah bukannya menjaga rumah malah ikut menjadi maling didalam rumah. Para pemaling ( koruptor ) berusaha mengeluarkan ide untuk memperbesar tiang rumah. Agar nampak perkasa dan sekaligus bebas berpesta dirumah orang lain. Sementara penghuni lain yang mayoritas tetap didalam rumah yang kebingungan dengan tiang bangunan yang besar na mun dinding yang tipis dan bolong dimana mana serta atap (keadilan ) yang bolong hingga maling bisa membawa barang keluar rumah lewat atap..

Mengatasi keadaan sekarang haruslah dengan restorasi. Kita butuh keseimbangan structure sebuah rumah besar Indonesia. Itu hanya mungkin bila budaya dan agama sebagai dasar philosopy kita merancang.

HAK istri.

  Ada   ponakan yang islamnya “agak laen” dengan saya. Dia datang ke saya minta advice menceraikan istrinya ? Apakah istri kamu selingkuh da...