Awalnya China khawatir dengan hadirnya Internet. Mereka paham manfaatk IT terhadap pertumbuhan sains dan ekonomi. Namun karena informasi tersebar luas. Pengaruh buruk bisa saja dengan mudah meng infiltrasi China. Sementara mereka sudah berdarah darah membangun ideologi. Apa pengaruh buruk itu? hilangnya identitas China. Pemerintah membayangkan masa depan. Internet membuat generasi muda terjebak jadi follower fantasi, Itu akan meracuni spirit innovasi dan kreativitas serta kemandirian.
“Kami ingin terus membangun kebebasan berpikir dan berkreasi tanpa menghilangkan spirit egaliter.” kata teman di China. Maka apa yang harus dilakukan.? Di penghujung tahun 1999, China memutuskan untuk masuk ke dalam sistem IT. Saat itu teknologi internet sedang berkembang sangat pesat. Semua hal jadi serba terbuka. Anywhere, anytime, orang bebas mengakses informasi. Bagi kita yang ada di luar China memang agak sulit memahami bagaimana bentuk internet bisa diadopsi oleh negara Komunis. Tapi China sudah sangat menguasai arsitektur IT secara utuh. Mereka sudah riset lebih 10 tahun atau sejak tahun 1987.
Ada tiga hal yang menjadi dasar dan fokus pemerintah mempersiapkan era IT. Pertama, membangun data center sebagai clearing house ID setiap orang China. Ini awalnya berupa digital signature. Kemudian berkembang menjadi fingerprint. Dan kini sudah ke tahap face identification. Kedua. China membangun data center khusus e government yang terintegrasi dengan platform independent. Ketiga. Membangun infrastruktur telekomunikasi guna mendukung IT. China punya sendiri kabel FO yang terhubung dengan konsorsium gateway internet global. Tiga hal itu tahun 2008 sudah rampung 100%.
Kemudian pemerintah mengawal perkembangan konten multimedia yang berproses menuju global society, Konten diawasi ketat. Yang merusak budaya China ya dilarang. China melarang keras konten judi dalam bentuk apapun. Tidak dibenarkan konten mengajak publik donasi dengan alasan agama atau kemanusiaan. Fitur Like and subscriber dihapus pada setiap konten internet. Jadi para influencer dari kalangan selebritis tidak bisa memanfaatkan ketenarannya untuk dapatkan penghasilan. Sosial media dari Barat seperti Youtube, facebook dan lainnya dilarang. Bahkan mesin pencari Google dilarang di China.
Larangan itu menimbulkan kreativitas bagi generasi China untuk menciptakan konten sendiri, yang terbukti kini lebih hebat dari negara lain. Seperti lahirnya WeChat yang terpadu dari Chat, videocom, blog, sosial media sampai kepada ecommerce. Mesin pencari Baidu, Sogou dan Bing lebih hebat daripada Google. Baidu Map lebih bersih dan akurasi dibandingkan google map. Mereka punya Silicon valley di Hangzhou dan Tsingtao, yang melahirkan berbagai aplikasi.
Proses itu semua di lead oleh negara secara ketat dan diarahkan agar internet menjadi sumber daya untuk melakukan lompatan jauh kedepan. 8 tahun lalu mereka sudah masuk 5G dan kini sudah masuk era AI. Xiaomi membangun pabrik smartphone baru di di Changping, China. Luasnya 8,1 hektar. Kapasitas tahunan 10 juta smartphone Xiaomi MIX Fold 4 dan Xiaomi MIX Filp. Tapi tahukah anda bahwa pabrik ini tanpa ada buruh di dalamnya. Semua proses produksi dikerjakan secara artificial intelligence. Bekerja 24 jam tanpa perlu uang lembur. Di jamin pabrik bersih tanpa debu.
Karena semua dikerjakan oleh AI, maka standar kualitas pasti sama. Proses produksi satu unit ponsel pintar hanya perlu waktu 1 detik. Jadi sebatang rokok habis anda hisap, udah 300 ponsel tercipta. Udah pasti sangat efisien. Jadi walau AS dan Eropa tentukan tarif impor produk china 20% tetap saja bisa competitive dengan produk buatan AS dan Eropa. Makanya Apple dan Samsung di China hanya punya dua pilihan. Ubah bisnis model mereka lewat proses produksi high tech atau keluar dari China. Makanya Samsung dan Apple udah mulai pindahkan pusat produksi nya ke Vietnam.
Mengapa China tidak memikirkan kehilangan buruh? Maklum selama sekian dekade era internet telah membuat wirausaha tumbuh pesat terutama dari kalangan muda. Terjadinya gelombang arus orang kota pindah ke desa sejak adanya modernisasi Pertanian. Ini menciptakan peluang ekosistem baru dalam agro Industri yang melahirkan banyak newcomer entrepreneur. Seorang pemuda yang membuka pertanian rumah kaca yang dijalankan secara AI, dengan lahan kurang dari 1 hektar mampu memberikan penghasilan setahun 500.000 yuan atau lebih Rp. 1 miliar.
Kini ada 180 juta orang China berwirausaha. itu memerlukan lebih 1 miliar pekerja. Sementara China punya masalah besar rendahnya tingkat kelahiran bayi. Mereka kekurangan tenaga kerja. Jadi memang masalah kelangkaan pekerja merupakan ancaman serius bagi China di masa depan. Kehadiran teknologi AI menjadi solusi. Manusia bisa memanfaatkan mesin untuk hidup lebih makmur tanpa harus menguras tenaga. Sehingga ada waktu membaca dan menulis. Berkat IT, belum tua mereka sudah kaya namun hidup secara egaliter menikmati Eat, peace and love. Beda dengan Indonesia, gara gara internet, Judol dan pinjol mewabah membuat orang muda miskin dan bankrut. Dari awal kita tidak pernah paham apa dan bagaimana mengelola Internet sebagai sumber daya. Hanya jadi follower buta.