Friday, January 20, 2023

Berpikirnya Tan Malaka

 





Kalau anda baca buku Madilog ( material, dialektika, Logika). Anda akan digiring oleh Tan Malaka berpikir dalam kotenks Madilog. Apa sih material ? Itu cera berpikir yang berdasarkan fakta dan realitas. Atau sesuatu yang bisa dilihat dan dirasakan dengan Panca Indra. Apa itu Dialektika? bahwa tidak ada kebenaran yang absolut. Logika, adalah pertimbangan akal dan pikiran. Tentu berdasarkan informasi yang kita terima dan kemampuan kita melihat fakta. Saya tidak akan membahas detail filsafat.  Saya akan bahas secara analogi saja. Ya analogi pedagang sempak.


Material. 

Kita percaya apa yang kita lihat dan rasakan itulah yang kita percaya. Kalau tidak dirasakan dan dilihat, itu artinya ilusi. Mari kita bedah,kata Tan Malaka, Dia pakai referensi filsafat seperti Eugene. Jeruk itu warnanya kuning. Benar. Rasanya manis. Benar. Kalau dijatuhkan suaranya empuk. Benar.  Tapi kalau tidak ada mata, apakah ada warna kuning? Tidak.  Kalau lidah tidak ada. Apakah ada rasa manis? tidak. Kalau tuli, apakah terdengar suara empuk ?  Tidak. 


Apa artinya?. Jeruk yang rasanya manis dan warnanya kuning, sebenarnya tidak ada, Mengapa ? Rasa manis itu bukan pada jeruk. Tetapi ada pada lidah. Warna kuning itu bukan pada jeruk. Tapi ada pada mata. Suara empuk itu bukan pada jeruk. Tetapi telinga.  Segala sesuatu yang material itu kembali kepada diri anda sendiri. Materi itu hanya konsepsi dan persepsi, bukan realita. Kalau anda membahas materi dan memburunya, maka anda hidup dalam dunia konsepsi, itu pasti ilusi. Engga percaya? anda tidur, pancaindra tidak berfungsi, maka semua konsepi itu lenyap. Apalagi kalau mati.


Dialektika. 

Tadinya ada pameo banyak anak banyak rezeki. Kemudian oleh ahli sosial dan ekonomi, membuat tesis. Yang benar itu adalah sedikit anak banyak rezeki. Bertahun tahun program KB diterapkan dibanyak negara. Apa yang terjadi kemudian?. Terbukti negara yang penduduknya besar seperti China dan India, adalah negara yang tahan dari krisis dan cepat tumbuh menuju kemakmuran. Akhirnya kebenaran baru digaungkan. Manusia dianggap sumber daya yang diperhitungkan. Bahasa mesranya, bonus demografi. Sama dengan sumber daya Alam. 


Logika.

Semakin banyak produksi semakin besar pendapatan. Semakin besar penduduk semakin besar peluang memenangkan kompetisi. Itu logika standar dan menjadi pilihan berpikir. Tetapi ternyata logika itu salah. Terbukti  tidak cukup dengan kuantitas, tetapi juga perlu kualitas. Kuantitas besar tapi kualitas rendah untuk apa?  Belakangan dikoreksi lagi, tidak penting kuantitas tetapi kualitas. Dari kualitas akan didapat value.  Ternyata value menimbulkan bubble dan ilusi. Akhirnya kalah juga dengan yang focus kepada kuantitas. Mutar engga jelas. Artinya kalau anda berpikir logika, jangan bangga. Tidak menjamin anda pintar, bukan tidak mungkin anda bertambah bego.


Apa yang hebat dari pemikiran Tan Malaka? dia mengajak kita berpikir terpadu dan holistik dari sudut Material, dialektika dan logika. Harus saling terkait satu sama lain. Engga bisa sektoral, Misal.kita menolak negara agamais sebagai tujuan keadilan. Tapi kita  sendiri yang sekular gagal mencapai tujuan keadilan dan kebenaran. Terus ngapain dengan arogan mengatakan berpikir agama terbelakang. Kita setuju bahwa agama menjadi dasar tercapainya keadilan. Nyatanya sejarah mencatat banyak negara agama gagal mencapainya. Terus ngapain menyimpulkan yang tidak ikut agama itu sesat dan Firaun.


Apa artinya? Salah besar kalau ada upaya mematikan atau membonsai daya kritis.  Karena dari kritis itulah kita masuk dalam dimensi Madilog. Satu sama lain akan tercerahkan. Tanpa perlu saling mempertentangkan perbedaan pendapat. Apalagi bersifat personal. Hingga akhirnya sampailah kita pada satu kesimpulan, That in life it is not about what we get but what we give. Not what we learned but what we teach. Not what we thought but what we do for the good of ourselves and others. Jadi rendah hatilah. 


Dah gitu aja.


Sunday, January 15, 2023

Daya tahan.

 


Tahun 2013 saya cuti bisnis selama 5 tahun. Ini saya gunakan waktu untuk melaksanakan hobi berlayar. Saya gunakan yacht ukuran 27 meter dengan layar ganda dan motor. Rencana saya akan berlayar solo ke Pulau Mentawai. Start dari Ancol. Awi peringatkan saya agar tidak perlu pergi. Bahaya kalau sendirian. Tapi saya cuek saja. Walau dia sendiri tidak mau temanin saya. Dengan dukungan alat navigasi dan atat komunikasi satelit. Saya dengan ceria melaju membelah teluk jakarta.


Target saya adalah Tanjung alang alang untuk masu ke selat sunda. Setelah pulau harimau akan berbelok melintasi Palau kraktau dan terus menuju kota Agung. Sampai sejauh ini pelayaran sangat nikmat. Tidak ada gelombang yang gila. Saya menikmati pelayaran itu. Kadang dengan auto kemudi saya bisa gunakan waktu membaca dan memasak. Sampai kota agung saya tidur di dalam kapal. Saya perlu istirahat. Karena lewat kota agung saya akan menghadapi gelombang tanjung China.




Setelah cukup istirahat. Saya melaju ke arah pulau enggano. Patokan saya adalah Belimbing dan krui. Namun masuk tanjung China, selepas maghrib, saya dihantam gelombang 7 meter dan hembusan angin 40 knot. Saya pasang autopilot untuk turunkan layar dan ganti motor penuh. Perahu berayun 180 derajat dan layar utama robek sedikit. Saya ikatkan tali pada tubuh saya. Dan kembali ambil kendali untuk pastikan yacht tidak tabrak gelombang tapi berjalan di tebing gelombang. Dan kurangi kecepatan saat kapal terdorong ke bawah gelombang, sampai harus bersiap tancap gas menaiki tebing gelombang, untuk siap turun lagi. Begitu terus lebih dari 2 jam. Butuh konsentrasi tinggi ditengah badai.


Benar benar tantangan yang luar biasa. Berkali kali saya terlempar ke laut tapi bisa masuk kapal lagi. Lewat tanjung China dan masuk belimbing krui, Keadaan sudah teduh. Masuk enggano dengan gagah. Saya sempat istirahat di Enggano. Keesokannya berlayar lagi ke Pulau Mentawai. Di kepulau mentawai ini yang harus dijaga adalah pulau karang. Pastikan kapal megikuti navigasi agar tidak kena karang. Hanya semalam, di Mentawai, saya kembali ke jakarta. 4 hari 4 malam dan 2 hari di samudra dan 4 hari di darat istirahat. Walau usia 50 tahun. Terasa saya belum terlalu tua. 


Hukum dilaut berlaku hukum besi. Disaat badai datang Anda tidak bisa melawan arus dan tidak bisa menghadang gelombang. Arus harus anda ikuti dan gelombag dilalui dengan berjalan di tebingnya. Setelah badai berlalu, yang pertama yang harus anda lakukan adalah kembalikan perahu dijalurnya. Hidup juga begitu. Disaat survival engga usaha idealis. Lakukan apa saja. Jangan lawan arus. Mainkan semua gaya. Nah setelah established, ya kembali ke jalur Tuhan. Tobat. Patuhi navigasi dengan disiplin. 


Menaklukan gelombang di tengah samudera adalah upaya menaklukan diri sendiri. Ditengah badai anda tidak boleh kehilangan focus. Anda harus tetap tenang. Hilangkan rasa takut dan kawatir. Hanya ada dua pilihan. Tenggelam atau selamat sampai ditujuan. Sedikit lemah gelombang akan melumat anda. Hidup memang begitu. Lemah ? ya jadi korban. Dilumat zaman.


***


Ada teman lulusan perguruan tinggi. Dia tamat kuliah usia 22 tahun. Langsung dapat kerjaan di PMA. Selama 20 tahun dia pindah kerja ada 5 kali. Apa alasannya. Lingkungan kerja tidak nyaman. Dan baginya berhenti kerja bukan resiko. Karena pendidikannya mendukung dia mudah dapat kerjaan. Tapi apa yang terjadi kemudian.? masuk usia 50 tahun dia sudah lelah. Menikah usia 40 dan baru punya anak usia 45 tahun. Baru terasa beban hidup semakin sulit. Pindah kerja engga mudah lagi. Karena usia tidak muda lagi. Kini dia menua dalam sesal merasa gagal.


Apa yang terjadi pada teman saya itu. Dia memang pintar sekolah. Tapi tidak bisa cerdas hidup. Mengapa saya  katakan tidak cerdas ? karena dia tidak punya daya tahan ( Resilience ) terhadap tantangan yang ada. Dia memilih menghindari tantangan dan cari tempat yang menurutnya nyaman. Ternyata berkali kali pindah. Sama saja. Mana ada tempat yang nyaman. Nyaman itu ada di hati. Tentu hati yang menerima realitas. Berdarmai dengan kenyataan untuk terus melangkah tanpa henti. 


Waktu awal memulai bisnis maklon ( manufacture supply service)  di China, saya mengalami kegagalan berkali kali. Maklum saya berproduksi tanpa punya pabrik. Saya hanya menyewa mesin dan fasiitas produksi saja. Salah beli bahan baku. Akibatnya engga bisa masuk ke dalam mesin. Salah menentukan pabrik pengolahan, stok bahan menumpuk digudang. Macam macam masalah datang. Belum lagi masalah bahasa. Saya new comer di China. Bahasa mandarin saya kurang sekali.  Dalam setahun saya rugi lebih USD 1 juta. Tabungan ludes.


Andaikan kegagalan itu membuat saya menyerah dan pulang ke Indonesia. Saya tetap tidak akan bisa survival. Karena masalah ada dimana saja. Saya tetap di China. Saya hadapi kegagalan dan belajar dari itu. Akhinya saya bisa sukses untuk shipment pertama. Sekali lepas kapal berlayar maka samudera luas menanti. Saya bekerja keras setiap hari. Mungkin 18 jam sahari. Mengelilingi dunia memasarkan produk. Hanya 3 tahun saya sudah punya puluhan produk dan menjangkau pasar Eropa, AS, Afrika. Tahun keempat itu saya sudah punya pabrik sendiri.  


Padahal saya tahu. Banyak orang Indonesia yang berbisnis di China. Mereka dari  keluarga kaya. Tetapi uang habis, mereka pulang. Ya selesai. Di Indonesia, urang orang tua mereka juga dihabisi. Karena sikap pragmatis yang cepat sekali pergi menghindari kesulitan. Sedangkan saya ketika sukses di bisnis maklon tidak memuat saya euforia dan lupa diri. Saya masuk ke medan bisnis yang lebih rumit. Yaitu Private Equity. Jalan setahun keuntungan dari maklon hampir habis. Tapi saya terus bergerak dan putar otak. Tahun berikutnya saya berhasil akuisisi Perusahaan satelite di AS dan selanjutnya jadi mudah dan terus berkembang. Kini saya walau hanya tamat SMA  dan menua namun tanpa sesal apapun kecuali rasa syukur kepada Tuhan. Itu aja.


Thursday, December 29, 2022

Uang dan Moral.

 


Dalam bahasa inggris, uang itu adalah Currency, yang berasal dari kata Latin “currere, yang berarti “menjalankan ( to run) atau “mengalir ( flow )”. Sementara Money ( uang ) berasal dari kata Latin "monere", yang berarti “memperingatkan". Mari kita pahami dari aspek etimologi. Ada dua pengertian yaitu mata uang atau disebut currency dan uang atau disebut money. Jadi kalau hanya mata uang, maka itu berkaitan dengan arus uang. Sementara kalau uang saja, maka itu bermakna peringatan. Mari saya jelaskan secara sederhana ala pedagang sempak.


Currency bisa juga kata lain dari current atau arus listrik. Ya sama dengan aliran muatan listrik dari kutub positif ke kutub negatif. Nah, kalau dianalogikan, uang ( money) adalah sumbu negatif. Aktifitas ekonomi disebut sumbu positip. Bagaimana agar terjadi arus bolak balik?. Ya sistem moneter dibentuk. Ketika uang masuk ke dalam sistem perbankan, ia sudah disebut currency. Dicatat dalam current account. Tipe currency terdiri dari M0,M1, 2, 3 dan seterusnya. Ia berfungsi menghubungkan satu sumber daya dengan sumber daya lain agar terus terjadi hubungan arus yang tiada henti.


Contoh bagaimana menghubungkan sumberdaya manusia dengan sumber daya material, Sumber daya material dengan sumber daya jasa. Semua sumber daya dengan sumber daya pasar, sumber daya lokal dengan global dan lain sebagainya.   Selagi hubungan antar sumberdaya itu terus terjadi arus, maka itulah currency. Itulah uang dalam perngertian kapitalis. Mata uang  itu hanya sarana pemicu distribusi capital untuk terjadi nya beragam aktifitas, terbentuknya good governance dan well civilization. Jadi bukan jumlah berapa banyak uang yang dikumpulkan atau dicetak, tapi seberapa banyak aktifitas usaha yang bisa dikembangkan. Itulah pentingnya sistem currency yang punya kredibilitas dan trust.


Lantas mengapa uang (money) itu bermakna memperingatkan (monere).? Inflasi itu terjadi karena arus atau current mengalirnya tersendat ke sektor produksi dan jasa. Uang lebih banyak daripada produksi sektor real. Kalau inflasi 5%, itu artinya penghasilan tetap anda sebesar 5% dirampas oleh sistem. Nah berlakulah kutukan ( monere). Apa itu? Sektor produksi mungkin bergairah dengan adanya inflasi akibat afek kenaikan harga. Tapi pada waktu bersamaan daya beli juga turun. Lah untuk apa produksi kalau hanya ngumpulin stok. Ujungnya bokek dan bego. Orang males produksi.


Makanya korupsi, rente, white collar crime itu jahat sekali. Karena dia menggrogoti daya magnit dua kutup, yang sehingga terjadi global Economic Imbalances seperti yang ditulis C. Fred Bergsten Kalau tidak dihentikan maka currency akan berubah hanya jadi money. Itu sumber kutukan. Engga percaya? tuh lihat resesi yang melanda seluruh dunia. Ini sudah diperingatkan oleh Adam Smith, sang Nabi ekonom dalam bukunya, The Theory of Moral Sentiment, menyebutkan tentang perlunya perikemanusiaan, keadilan, kedermawanan, dan semangat bermasyarakat. Artinya ketika kapitalisme kehilangan moral dan kebersamaan, dan lebih mengandalkan kepentingan pribadi, maka kapitalisme sebagai sistem akan hancur


Sunday, December 25, 2022

Indonesia harusnya jadi makmur

 




Indonesia ini tidak mungkin kalah di bandingkan negara lain. Tidak mungkin jatuh terpuruk seperti venezuela. Mengapa? pertama, kita negara dengan sumber daya sangat besar. Sejak merdeka, SDA kita baru 20% yang diolah dengan rasio ekonomi terhadap PDB dibawah 50%. Selebihnya potensi ekonomi kita dibiarkan nganggur. Karena sebagian besar juga otak kita nganggur. SDM kita mayoritas kaum muda. Total belanja domestik kita diatas Rp. 10.000 triliun pertahun. Itu mengalahkan gabungan semua negara ASEAN loh. Tapi mengapa kita masih terseok seok?


Kita membangun selalu melihat ke luar. Tidak bergerak sesuai kemistri kita. Bayangin aja. Kita ikutan arus bisnis IT. Tapi bukan dimanfaatkan untuk terjadinya trasformasi ekonomi malah sibuk kembangkan bisnis di hilir, unicorn. Semenetara yang di hulu seperti insfrastruktur jaringan tergantung kepada asing. Engga sedikit uang dibuang untuk unicorn. Kalaulah dana itu disalurkan kepada kekuatan ekonomi berbasis agro, itu sama saja dengan membuat puluhan industri vegacab atau bahan baku kapsul dari rumput laut yang harganya per kg USD 500. Engga kehitung berapa juta nelayan dan UKM bisa makmur.


Kita punya kekuatan bisnis informal rumah tangga yang sangat besar. Ini jaring pengaman sosial terbesar. Mengapa negara tidak sediakan ekosistem bisnis dengan didukung sistem stokis dan supply chain untuk retail market berskala nasional. Sehingga bisa mudah diakses oleh pedagang rumahan. Tidak perlu ada hegemoni bisnis retail modern yang dikuasai korporat. Tapi dengan lemahnya negara dalam mengawal keadilan tataniaga, tak terbilang bisnis rumahan yang tutup karena kehadiran 3 retail modern di seluruh Indonesia.


Kita punya SDA berupa mineral. Dari nikel, batubara, bouksit dan lain lain. Mengapa negara tidak sediakan pusat logistik dan smelter dalam satu kawasan Ekonomi khusus, sehingga negara bisa kontrol sumber daya dan lingkungan. Kalau ekspor semua berasal dari kawasan khusus, tentu mudah mengontrol pemasukan devisa. Engga perlu ngemis seperti sekarang “ tolong dong masukin devisanya ke dalam negeri. Kasihan tuh rupiah keok.” Kan lucu kok negara kalah sama swasta.


Begitu luasnya lahan Sawit. Anehnya kita engga punya pusat downstream seperti Malaysia. Akibatnya harga komoditas CPO tergantung market malaysia dan sebagian besar perusahaam CPO terdaftar di Singapore. Jutaan hektar lahan kita di leverage mereka di Singapore dan uangnya dipakai untuk kendalikan sumber daya kita. Kan lucu. Kan bego..


Negara indonesia besar. Besar dalam segala hal. Tentu tidak sulit mengelolanya. Misal ya penduduk kita lebih besar dari Singapore, tetapi SDA kita juga lebih besar. Benar, negara kita luas, tetapi  kan besar juga SDM nya. Apa artinya? kita ditakdirkan jadi bangsa besar. Tapi karena cara berpikir kecil, ya kita jadi kecil. Hanya sibuk membahas seputar sempak doang. Otak boleh pintar tapi pintar ngeles. Cerdas ya, tetapi cerdas sebagai predator kepada bangsa sendiri. Di luar ayam sayur. Dah gitu aja. Ayolah berubah say


Sunday, December 18, 2022

Focus kepada diri sendiri.

 


Ada cerita. Duda tanpa anak menikah dengan janda beranak satu. Anaknya gadis belia. Satu saat gadis itu hamil. Gadis itu tidak pernah mengaku siapa pria yang menghamilinya. Tapi orang kampung tahu bahwa setiap hari gadis itu sekolah diantar dengan motor oleh ayah tirinya. Orang kampung paranoia terhadap ayah tirinya. Istrinya juga menuduh suaminya yang menghamili. Suaminya hanya diam saja. Akhirnya orang kampung mengusir ayah tiri itu setelah ibu dari gadis itu membuangnya.


Bertahun tahun kemudian, pria itu meninggal. Sementara gadis itu sudah menikah dan tinggal di kota. Ibunya juga ikut tinggal bersama dia. Kabar kematian mantan ayah tirinya itu membuat wanita itu gundah. Akhirnya dia berkata kepada Ibunya” Bu, sebenarnya, yang menghamili saya adalah pria yang sekarang jadi suami saya. Dulu, saya sengaja diam dan tidak memberi tahu siapa yang menghamili saya karena saya tidak mau membenani pacar saya. Saat itu dia masih kuliah di kota. Kalau tahu yang menghamili saya adalah dia, ayahnya pasti minta dia berhenti kuliah. Kami tidak punya harapan untuk maju. Dan terbukti setelah anak saya lahir. Pacar saya tamat kuliah. Dia dapat pekerjaan. Setelah mandiri dari ayahnya. Dia punya keberanian melamar saya. Kami berkumpul lagi.


“ Ayah tiri kamu tahu soal itu ? Tanya ibunya.


“ Ya bu. Dia tahu. Saya ceritakan semua kepada dia.”


IBunya pingsan dan setelah itu hidup dalam sesal.


Ketika kita menilai orang lain, itu pasti salah. Engga mungkin benar. Bahkan menilai pasangan kitapun, tidak bisa 100 % benar. Mengapa ? orang menilai karena informasi yang dia terima dan otaknya sudah lebih dulu terbentuk persepsi normatif. Bahwa ayah tiri sudah biasa mengggahi anak tirinya. Apalagi sering berduaan naik motor. Kalau persepsi orang sudah lebih dulu terbentuk dan informasi sudah tersebar. Apapuh argumen membela diri, tidak akan bisa diterima.


Saat masih muda, saya sering pulang ke rumah dalam keadaan mabuk. Istri saya memilih tidak bertanya. Dia diam saja. Karena hanya saya yang tahu alasan mengapa saya mabuk. Dan tidak mungkin saya bisa terbuka 100% kepada istri. Ada ruang dimana hanya saya dan Tuhan saja yang bisa berkomunikasi, bukan orang lain. Begitu banyak cerita buruk suami yang bekerja di luar negeri dan lebih banyak di luar rumah.  Tapi istri saya bisa menerima. Dia tidak larut dalam paranoia dan tidak pula terpengaruh dengan standar normatif orang kebanyakan yang tidak percaya kepada suami yang lama tinggal di luar rumah.  Dia focus aja kepada agenda besar kami. Apa ? membangun rumah tangga. Bukan jalan yang mudah dan manja. Bukan ruang hampa. Bukan hitam putih. Dia harus bijak untuk berdamai denga realitas dan berkembang lebih baik karena waktu. 


Andaikan istri saya paranoid, mungkin kami sudah lama bercerai. Tidak mungkin bertahan lebih dari 30 tahun. Tapi karena itu kami selalu bersama tak terpisahkan.  Makanya kita harus punya daya tahan terhadap apapun yang terjadi di luar diri kita. Orang berhak menilai kita, tapi nilai kita bukan ditentukan oleh orang lain tetapi oleh diri kita sendiri. Ignore aja orang lain. Mengapa ? Orang yang berpikir kecil selalu menilai orang lain. Orang awam selalu membahas peristiwa yang terjadi. Tapi orang besar bicara tentang agenda dan focus kepada dirinya sendiri. Jadilah orang besar ! sang pemenang.


Monday, December 12, 2022

Kemandirian


Dulu waktu SMA saya dagang kaki lima di emperan toko. Malam hari preman datang berempat. Mereka minta uang kepada saya. Dalam keadaan bingung itu. Salah satu dari mereka cengkram kerah baju saya, seraya mengeluarkan pisau. Saat itu juga secara replek saya hentakan tubuh saya seperti hendak jongkok, sehingga saya punya peluang lempar preman itu kebelakang saya. Dengan cepat saya ambil kursi tempat duduk saya, saya jadikan senjata memukul yang tiga orang itu. Kejadian cepat sekali. Sepertinya mereka memilih mundur. Saya diamkan saja mereka pergi.


Tahun pertama merantau di Jakarta, preman rampas uang saya dari hasil broker ekspedisi. Walau mereka gerombolan, ya saya lawan. Mati engga, semaput ya. Saya tidak menangis. Dari awal saya tahu resiko hidup di jalanan. Bagi saya itu biasa saja. Yang engga biasa, kalau saya lari atau menyerah begitu saja. Waktu SMA, saya miskin tapi saya tidak mengemis. Saat dirantau, saya berjuang untuk bisa makan. Mengapa pula saya harus dijarah? apa salah saya? Ini bukan siapa salah. Tetapi soal cara saya menyikapi hidup yang sudah terlanjur  brengsek dari sononya..


Saya harus keluar dari jalanan. Saya mau hidup normal. Kerja di kantoran. Itupun  hanya kebagian sebagai Sales. Lama lama saya sadar. Perusahaan tidak lebih sama dengan preman. Mereka beri saya fee hanya 2,5% dari harga jual. Uang transport tidak ada. Mereka rampas hasil kerja keras saya. Tapi apa daya saya. Itu deal yang saya sepakati dari awal. Saya harus melawan. Saya create deal dengan konsumen dalam bentuk kemitraan. Dari skema ini saya bukan hanya dapat fee, juga dapatkan bagi hasil dari kemitraan itu. Lama lama ketahuan oleh perusahaan. Sebelum mereka pecat, saya cepat mengundurkan diri dan akhirnya buka usaha sendiri.


Karena saya tidak punya modal, ya usaha saya bangun atas dasar kemitraan dengan investor. Faktanya investor selalu awalnya bagus, tapi setelah mereka mengerti banyak bisnis yang saya jalankan, mereka tendang saya. Itu juga tidak membuat saya mengeluh. Dari awal saya sadar resiko itu. Siapa saya yang harus dapatkan kemudahan dari investor. Anak bukan sedara juga bukan. Wajar sajalah kalau empat kali bangkrut. Yang bodoh saya. karena terlalu berharap orang kaya mau berbuat baik dan adil kepada saya.


Dari sanalah akhirnya otak reptil saya keluar. Kalau saya punya market, maka market itu harus saya kendalikan dengan akal saya. Tidak ada market, ya saya create market sendiri. Tidak bisa percaya begitu saja dengan mitra. Kalau saya punya peluang, maka peluang itu saya buat bias agar orang tidak ambil peluang itu. Setiap laba, saya utamakan peningkatan modal daripada beli aset pribadi. Mengapa? Saya harus punya modal untuk leverage bisnis saya agar bisa berkembang tanpa tergantung kepada investor.


Kemandirian itu sangat sulit dan mahal. Bukan karena tidak ada sumber daya tetapi lebih karena mindset. Tidak ada urusan dengan hal diluar kita. Mengeluh dan menyalahkan pihak lain, itu ciri khas pecundang. Mau jadi pemenang atau pencundang. Itu soal pilihan. Soal mindset.


Friday, December 09, 2022

NU dan Muhammadiyah sayap NKRI

 


Awalnya Islam itu masuk ke Indonesia lewat misi dagang para ulama dari China dan Arab. Awal islam diperkenalkan, tidak ada pertentangan yang berarti dengan budaya lokal. Penyiar agama yang datang itu hanya meluruskan Tauhid dan Akhlak. Selebihnya mereka tidak ubah. Lambat laun tradisi Islam terutama di Sumatera dan Jawa dianggap tidak islami. Karena masih bercampur denga tradisi yang dianggap bertentangan dengan ajaran islam yang murni.


Gerakan pembaharuan Islam ini diawali dengan kepulangan tiga orang haji dari tanah suci tahun 1803 bernama Haji Miskin, Haji Sumanik dan Haji Piobang. Selama di Mekah, ketiganya menyaksikan arus pembaharuan Islam yang dikenal dengan gerakan Wahabi. Caroll Kersten dalam buku “ History of Islam in Indonesia: Unity in Diversity” gerakan wahabi bisa juga disebut politisasi Islam. Kaum Padri ingin menguasai kerajaan Minang Kabau yang didominasi oleh kaum adat.  Tujuannya agar islam diterapkan secara murni ( tanpa adat) dan sekaligus mengusir Balanda. Namun digagalkan oleh masuknya Belanda dalam perang Padri.


Awal abad 20, gerakan pembaharuan islam datang lagi. Kali ini dipicu oleh tokoh pembaharu dari Mesir seperti Jamaluddin Al Afghani, Muhammad Abduh dan Rasjid Ridha. Gerakan yang lebih dikenal dengan ide “Pan Islamisme” ini mengusung pemikiran Islam yang lebih modernis seperti: membuka pintu ijtihad, menghindarkan ummat Islam dari kejumudan, bid’ah, khurafat dan tahyul. Putra Minang Kabau yang tinggal di Arab ( Makkah) bernama Syekh Ahmad Chatib Al Minangkabawi, termasuk salah satu tokoh yang paling berpengaruh dalam gerakan pembaharuan islam, bukan hanya di Arab tetapi juga sampai ke Indonesia.


Nama besar Syekh Ahmad Chatib Al Minangkabawi, mengundang pelajar dari Jawa dan Sumatera untuk berguru kepadanya. Diantara muridnya adalah Muhammad Darwis atau yang kita kenal KH Ahmad Dahlan dan KH Muhammad Hasyim bin Asy’ari Al Jumbangi rahimahullah. Mereka berdua ini setelah berguru di Makkah, kembali ke tanah air. KH Ahmad Dahlan mendirikan Jam’iyyah Muhammadiyyah-.Dan KH Muhammad Hasyim bin Asy’ari mendirikan Jam’iyyah Nahdlatul ‘Ulama.


Memang sedikit berbeda perjuangan Muhammadiyah dengan Nahdlatul Ulama. Kalau Muhammadiyah interpretasinya lebih tertuju pada bidang sosial dan bidang pendidikan, sedangkan Nahdlatul Ulama mengarah di bidang agama dan sosial politik. Dalam hal Fiqih, antara NU dan Muhammadiyah tidak punya perbedaan prinsipil. Kitab fiqih Muhammadiyah 1924 isinya sama dengan kitab-kitab pesantren NU. Namun keduanya tak bisa dipisahkan dengan gerakan politik Islam  khususnya menghadapi kolonial Belanda. 


Selama periode 1912-1926, Muhammadiyah tegas menyebut diri bukan sebagai organisasi politik. Meskipun tidak dapat dipungkiri bahwa guratan-guratan wajah politik Muhammadiyah tampak begitu nyata. Tercatat, KH. Ahmad Dahlan termasuk sosok yang sangat dekat dengan Budi Utomo, Sarekat Islam, dekat pula dengan KH. Misbah (Komunis), dan termasuk dekat dengan kalangan Ahmadiyah. Pada periode selanjutnya, KH. Mas Mansur bahkan terlibat dalam pendirian Partai Islam Indonesia (PII). Pada Tanwir Muhammadiyah tahun 1938, Muhammadiyah memutuskan untuk mengijinkan KH. Mas Mansur –yang saat itu menjabat sebagai Ketua Muhammadiyah– menjadi pimpinan PII. 


Bersama NU dan PSII, tahun 1937 Muhammadiyah juga terlibat dalam pendirian Majlisul Islam A’la Indonesia (MIAI). Ketika lahir Masyumi yang pendiriannya difasilitasi Pemerintah Jepang tahun 1943, Muhammadiyah pun terlibat di dalamnya. Oleh Prof. Merle Calvin Ricklefs tokoh sejarawan Australia, berdirinya MIAI disebutnya sebagai upaya untuk mengendalikan Islam. Sementara Prof. Dr. H. J. Benda, Yale university menyebut bahwa diciptakannya Masyumi yang diberi status hukum langsung pada hari didirikannya, tak ayal lagi merupakan kemenangan politik Jepang terhadap Islam. Lahirnya Masyumi merupakan salah satu cara Jepang untuk mengendalikan umat Islam. 


Dalam rangka mempersiapkan kemerdekaan Indonesia, dibentuk BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia). Ditunjuk 9 tokoh untuk  membuat rumusan Pancasila. Tokoh Panitia Sembilan terdiri dari dua golongan yakni 5 dari golongan Islam dan 4 dari golongan nasionalis. Golongan Islam yakni Abikoesno Tjokrosoejoso (Partai Sarekat Islam Indonesia), Abdul Kahar Moezakir (Muhammadiyah), Agus Salim (mantan tokoh Partai Sarekat Islam Indonesia dan pendiri Pergerakan Penyadar), Abdul Wahid Hasyim (Nahdlatul Ulama). Sementara dari golongan nasionalis yakni Soekarno, Moh Hatta, AA Maramis, dan Moh Yamin. Dari 9 tokoh ini hanya AA Maramis yang bukan islam.


Panitia sembilan melahirkan Piagam Jakarta. AA Maramis ditugaskan oleh Panitia 9 membentuk UUD 45. Pada penyusunan  pembukaan UUD 45, sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya dihapus. Karena memang dalam Panitia 9, AA Maramis termasuk yang paling keras menentang sila Pertama Piagam Jakarta itu.  Sebagai konpensasi dan jalan tangan, Mr. Muhammad Yamin mengusulkan terkait urusan agama Islam harus diurus oleh kementerian yang istimewa ( Kementrian Agama ). Namun usulan M. Yamin itu ditolak pada sidang PPKI II pada 19 Agustus 1945. Kala itu PPKI tengah membicarakan pembentukan kementerian/departemen Indonesia. Kembali usulan Mr. M Yamin disampaikan pada Sidang Pleno Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) pada 25-27 November 1945.  Akhirnya disetujui. Melalui Penetapan Pemerintah No 1/S.D. tanggal 3 Januari 1946 (29 Muharram 1365 H) Indonesia resmi memiliki Kementerian Agama, sampai sekarang.


Setelah Indonesia merdeka, era Soekarno, posisi kementrian Agama dipegang oleh tokoh dari NU dan Muhammdiyah.  Menteri Agama dari NU adalah KH Abdul Wahid Hasyim (ayah KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur), KH Fathurrahman Kafrawi, KH Muhammad Ilyas, KH Masjkur, KH Wahib Wahab, dan Prof. KH Syaifuddin Zuhri. Dari Muhammadiyah adalah H. Rasjidi (di era Kabinet Sjahrir I), Achmad Asj'ari (Kabinet Amir Sjarifuddin I), atau Fakih Usman (Kabinet Wilopo).Peran tokoh NU lebih dominan dibandingkan Muhammadiyah. Namun saat NU bergabung dengan Nasakom ( nasionalis, agama dan komunis.), Muhammadiyah menyatakan keluar dari barisan nasional. Setelah Soekarno tidak lagi jadi Presiden, PKI tumbang. Masuk era orde baru. Soeharto terpilih sebagai presiden. Posisi NU melemah dari politik. Tahun 1971, Pak Harto menunjuk Prof. Dr. Abdul Mukti Ali sebagai Menteri Agama. Setelah itu Menteri agama dipegang oleh bukan NU. Sementara Muhammadiyah mendapatkan posisi kuat di era Soeharto.


Walau perlakuan Soeharto berbeda terhadap NU dan Muhammadiyah namun prinsip perjuangan amar ma'ruf nahi munkar tetap sama. NU dibawah Gus Dur ( KH KH Abdurrahman Wahid) , menentang rezim Orba dengan mengunakan pendekatan strategi kultural anti rezim. Sementara Muhammadiyah, karena diuntungkan oleh pemerintah Orba, menggunakan "pendekatan struktural” yang pro-rezim. Dan puncaknya, paska kejatuhan Soeharto. NU mendukung berdirinya PKB ( Partai Kebangkitan Bangsa) dan Muhammadiyah mendukung berdirinya PAN. Hasil Pemilu 1999  dibentuknya Poros Tengah DPR/MPR yang merupakan koalisi partai Islam.  Gus Dur  ( NU) jadi Presiden dan Amin Rais ( Muhammadiyah) jadi ketua MPR. Kedua tokoh inilah jadi lokomotif reformasi.


Secara kelembagaan antara NU dan Muhammadiyah tidak punya perbedaan dalam memperjuangkan NKRI. Tetapi dalam setiap era dua ormas besar ini tidak bisa menghindar dari politik, terutama para tokohnya, juga tentu pengikutnya. Apalagi di era demokrasi langsung, dua ormas besar ini juga berada dibalik lahirnya Parpol islam seperti PPP, PBB, PAN dan PKB. Kini menjelang tahun 2024, baik Muhammdiyah maupun NU secara kelembagaan memilih tidak ikut sebagai influencer Capres. Dua ormas besar ini sudah menjelma jadi sayap NKRI. Pengalaman panjang dalam pergolakan politik, membuat mereka dewasa dan kuat untuk Indonesia satu.


Pemerintah Suriah jatuh.

  Sebelum tahun 2010, kurs pound Syuriah (SYP) 50/1 USD. Produksi minyak 400.000 barel/hari. Sejak tahun 2011 Suriah dilanda konflik dalam n...