Friday, January 20, 2023

Berpikirnya Tan Malaka

 





Kalau anda baca buku Madilog ( material, dialektika, Logika). Anda akan digiring oleh Tan Malaka berpikir dalam kotenks Madilog. Apa sih material ? Itu cera berpikir yang berdasarkan fakta dan realitas. Atau sesuatu yang bisa dilihat dan dirasakan dengan Panca Indra. Apa itu Dialektika? bahwa tidak ada kebenaran yang absolut. Logika, adalah pertimbangan akal dan pikiran. Tentu berdasarkan informasi yang kita terima dan kemampuan kita melihat fakta. Saya tidak akan membahas detail filsafat.  Saya akan bahas secara analogi saja. Ya analogi pedagang sempak.


Material. 

Kita percaya apa yang kita lihat dan rasakan itulah yang kita percaya. Kalau tidak dirasakan dan dilihat, itu artinya ilusi. Mari kita bedah,kata Tan Malaka, Dia pakai referensi filsafat seperti Eugene. Jeruk itu warnanya kuning. Benar. Rasanya manis. Benar. Kalau dijatuhkan suaranya empuk. Benar.  Tapi kalau tidak ada mata, apakah ada warna kuning? Tidak.  Kalau lidah tidak ada. Apakah ada rasa manis? tidak. Kalau tuli, apakah terdengar suara empuk ?  Tidak. 


Apa artinya?. Jeruk yang rasanya manis dan warnanya kuning, sebenarnya tidak ada, Mengapa ? Rasa manis itu bukan pada jeruk. Tetapi ada pada lidah. Warna kuning itu bukan pada jeruk. Tapi ada pada mata. Suara empuk itu bukan pada jeruk. Tetapi telinga.  Segala sesuatu yang material itu kembali kepada diri anda sendiri. Materi itu hanya konsepsi dan persepsi, bukan realita. Kalau anda membahas materi dan memburunya, maka anda hidup dalam dunia konsepsi, itu pasti ilusi. Engga percaya? anda tidur, pancaindra tidak berfungsi, maka semua konsepi itu lenyap. Apalagi kalau mati.


Dialektika. 

Tadinya ada pameo banyak anak banyak rezeki. Kemudian oleh ahli sosial dan ekonomi, membuat tesis. Yang benar itu adalah sedikit anak banyak rezeki. Bertahun tahun program KB diterapkan dibanyak negara. Apa yang terjadi kemudian?. Terbukti negara yang penduduknya besar seperti China dan India, adalah negara yang tahan dari krisis dan cepat tumbuh menuju kemakmuran. Akhirnya kebenaran baru digaungkan. Manusia dianggap sumber daya yang diperhitungkan. Bahasa mesranya, bonus demografi. Sama dengan sumber daya Alam. 


Logika.

Semakin banyak produksi semakin besar pendapatan. Semakin besar penduduk semakin besar peluang memenangkan kompetisi. Itu logika standar dan menjadi pilihan berpikir. Tetapi ternyata logika itu salah. Terbukti  tidak cukup dengan kuantitas, tetapi juga perlu kualitas. Kuantitas besar tapi kualitas rendah untuk apa?  Belakangan dikoreksi lagi, tidak penting kuantitas tetapi kualitas. Dari kualitas akan didapat value.  Ternyata value menimbulkan bubble dan ilusi. Akhirnya kalah juga dengan yang focus kepada kuantitas. Mutar engga jelas. Artinya kalau anda berpikir logika, jangan bangga. Tidak menjamin anda pintar, bukan tidak mungkin anda bertambah bego.


Apa yang hebat dari pemikiran Tan Malaka? dia mengajak kita berpikir terpadu dan holistik dari sudut Material, dialektika dan logika. Harus saling terkait satu sama lain. Engga bisa sektoral, Misal.kita menolak negara agamais sebagai tujuan keadilan. Tapi kita  sendiri yang sekular gagal mencapai tujuan keadilan dan kebenaran. Terus ngapain dengan arogan mengatakan berpikir agama terbelakang. Kita setuju bahwa agama menjadi dasar tercapainya keadilan. Nyatanya sejarah mencatat banyak negara agama gagal mencapainya. Terus ngapain menyimpulkan yang tidak ikut agama itu sesat dan Firaun.


Apa artinya? Salah besar kalau ada upaya mematikan atau membonsai daya kritis.  Karena dari kritis itulah kita masuk dalam dimensi Madilog. Satu sama lain akan tercerahkan. Tanpa perlu saling mempertentangkan perbedaan pendapat. Apalagi bersifat personal. Hingga akhirnya sampailah kita pada satu kesimpulan, That in life it is not about what we get but what we give. Not what we learned but what we teach. Not what we thought but what we do for the good of ourselves and others. Jadi rendah hatilah. 


Dah gitu aja.


No comments:

Kualitas elite rendah..

  Dari diskusi dengan teman teman. Saya tahu pejabat dan elite kita   berniat baik untuk bangsa ini. Namun karena keterbatasan wawasan dan l...