Saturday, April 17, 2021

Wahyu dan Zaman

 




Wahyu yang selama ini dikenal dan dipahami oleh umat Islam berbeda dengan fakta dan klaim sejarah. Karena wahyu yang absolute hanya saat wahyu berada dalam lauhul mahfudz, dan inilah yang kemudian ia sebut dengan term ummu al-kitab. Sedangkan saat wahyu verbal bertransformasi menjadi mushaf maka sisi dan dimensi wahyu telah berubah, dan faktor pengubahnya adalah tindakan, respon dan interaksi manusia terhadap wahyu. Sehingga nilai kebenaran wahyu tidak lagi terjaga, dan bisa dikatakan bahwa nilai ke- otentikan wahyu telah berubah karena berada dalam ruang lingkup sejarah dan sosial antropologi manusia. 


Apa mau dikata. Al-Quran sebagaimana kitab suci lainya, memang ilham agung. Tapi Al Quran adalah kalâm al-âti yang masuk menjelma kalâm al-lafz, dan akhirnya “turun” ke dunia bahasa di muka bumi. Bahasa memang mudah multikeliru. Yang bisa membuat orang berjarak walau duduk bersedekat. Misal percakapan antara Udin dan Sukri tak akan melebur Sukri ke dalam Udin, dan begitu juga sebaliknya. Ia dimaknai tergantung suasana hati dan persepsi yang sudah terbentuk. Mau gimana lagi. ?


Manusia berubah karena zaman. Rangkaian transformasi terjadi begitu saja. selalu bertemu dengan reduksi arti atau distorsi makna. Misal, bila bahasa itu, sebagai bagian dari kebudayaan, mengunggulkan laki-laki di atas perempuan, pesan yang disampaikan tetap menyiratkan keunggulan pria diatas perempuan. Wanita menentang poligami dosa besar. Menghindari zina, pria boleh punya istri empat. Padahal definisi zina tidak ada dalam AL Quran. Definisi itu berasal dari para ulama yang kemudian dikodifikasikan dalam fiqh atau tradisi hukum Islam.  Pesan dalam Al-Quran hanya tentang larangan berzina. 


Muhammad Syahrur. Ia Profesor Teknik Sipil Emeritus di Universitas Damaskus yang banyak menulis tentang Islam. Dia insinyur jebolan Universitas Dublin dan Moskow yang menghasilkan buku tentang Islam dan kemanusiaan. Dia menafsirkan Al Quran dengan metode  hermeneutika hukum dari aspek filologi dengan prinsip antisinonimitas. Metode itu menggambarkan bahwa setiap istilah di dalam Al Quran punya makna yang tidak identik. Dari sini dia bisa menemukan definisi zina. Apa itu ?


Yaitu hubungan intim disebut zina bila dipertontonkan ke publik. Bila hubungan intim dilakukan di ruang privat, berlandaskan suka sama suka, keduanya sudah dewasa, tidak ada penipuan, dan niatnya tulus maka tidak bisa disebut zina. Maka hubungan intim tersebut halal. Walau tafsir Muhammad syahrur dengan metode sains yang rumit, namun di Indonesia itu tidak diakui sebagai sebuah tafsir.  Pengakuan atau tidak, Tafsir akan terus bertransformasi. Mengapa?


Yang paling mengerti arti sebuah teks Al-Quran tentu hanya Allah. Namun tak seorang pun bisa meminta penjelasan langsung kepada Allah. Nabi sebagai saksi dan messenger udah lama tiada. Kini para ulama hebat selalu mengakhiri tafsirnya dengan kalimat Wallahu Alam Bissawab. “ Hanya Allah yang tahu. Kami sih hanya menduga benar. Jadi dimungkinkan untuk ditulis dan dibaca lebih dari satu macam makna. Ya biarkan sajalah. Yang penting jangan bertengkar karena perbedaan. Karena apapun itu, kebenaran itu sendiri engga pasti. Sementara bertengkar itu pasti dosa dan buruk laku.


Friday, April 09, 2021

Magic Word

 




Waktu saya pergi merantau. Setiap bulan pasti surat ibu saya datang. Walau saya tidak kuliah. Pekerjaan tidak tetap. Tetapi tidak pernah ibu saya berkata” Kamu bego sih.” atau “ udahlah terima aja nasip. Kamukan disleksia. “ atau “ kamu sih nakal dan tidak bisa bergaul.” Kalau salah satu kalimat itu ibu saya katakan. Saya yakin saya akan gagal di rantau dan pulang kampung sampai menua dalam kekalahan. Tetapi ibu saya selalu memberikan semangat “ Kamu anak kebanggaan Amak. Jeli paling pinter matetimatika dibandingkan adik adik. Jeli harapan amak yang selalu amak doakan siang malam. Dan selalu ditutup dengan kalimat, jangan lupa sholat.


Banyak orang berubah bukan karena peristiwa tetapi karena magic world. Kadang hanya kalimat sederhana tetapi disampaikan pada moment yang tepat, itu bisa mengubah segala galanya. Waktu saya bangkrut. Saya merasa tak berguna. Dalam kebingungan di halte bus. Saya bertemu dengan teman lama. Dia berhentikan kendaraanya disamping saya. Dia ajak saya pergi makan siang. Saat itu dia berkata kepada saya.


 “ Jangan pernah kamu berharap orang akan kasihan dengan hidup kamu. Jadi jangan pernah mengeluh. Focus perbaiki sajalah hidup kamu. Pada akhirnya kamu sendirilah yang menentukan nasip kamu.” 


Kalimat sederhana dan terkesan ketus. Namun sangat dalam maknanya bagi saya.  Saat itu juga mindset perasa dan tergantung  sebelumnya kepada orang lain bisa saya kubur. Benarlah. Ketika saya bisa bangkit. Saya merasa  lebih bebas dan merdeka. Karena saya tidak merasa berhutang kepada siapapun. Kreatifitas lebih tinggi dan semangat lebih besar, keberanian engga ada batasnya. Saya bisa bersaing dengan siapapun. 


Pada puncaknya saya tidak lagi merasa kawatir. Engga perlu mikir orang suka atau tidak suka kepada saya. Tidak lagi mikir soal penampilan agar terhormat. Mengapa? rasa kawatir itu karena anda tergantung dan berharap penuh kepada orang lain dan lupa berserah diri kepada Tuhan dalam jiwa tak tergantung kepada manusia. Sehingga anda juga lupa meliat kedalam. Selalu meliat keluar. Artinya secara spiritual anda berjalan ditempat gelap. Pasti tersesat.


Saya pernah tugaskan Yuni untuk bangun industri kliker di Vietnam. Di tengah jalan saya hentikan dukungan. Cutloss. Semua biaya operasional saya hentikan. Saya mau liat sejauh mana dia bisa mandiri tanpa saya.  Saya juga tidak pernah kontak dia. Saya tutup komunikasi. Namun diam diam saya pantau. Apa yang terjadi dua tahun kemudian? Dia berhasil membangun pabrik itu dengan skema yang luar biasa bagusnya. Saat berhasil dia serahkan kepada saya untuk diakuisisi. Tanpa ada pikiran untuk menguasai. Saat itu juga saya tahu kesetiaannya. 

“ Kalau semua mudah, semua orang tentu ingin jadi pengusaha. Engga ada lagi yang mau jadi pegawai. Kelau kepercayaan itu mudah, sudah banyak investor  bangkrut. “ Kata Yuni yang dia ingat sebagai kata kata yang keluar dari mulut saya. Ternyata kata kata itu jadi magic word bagi dia untuk berubah menjadi pengusaha profesional yang tangguh dan percaya diri tinggi. Sehingga dia qualified sebagai sehabat dan sekaligus mitra.


Tuesday, April 06, 2021

Kapitalime agama.

 






Samad kecewa dengan kehidupan yang penuh dengan kemaksiatan. Dia bertekad menjauh dari hiruk pikuk kehidupan dunia transaksional serba kapitalis. Kehidupan penuh korup. Politisi yang hipokrit. Dia ingin mencari Tuhan.  Lewat tafakur dalam kesunyian. Pergilah dia ke sebuah desa yang jauh dari kota. Pagi hari dia masih mendengar burung berkicau. Embun yang menetes jatuh dari dedaunan. Hamparan hijau yang membuat hati dan pikirannya tenang. Ah ternyata untuk bahagia itu tidak perlu mewah. Tuhan memberikan mata dan hati. Alam menterjemahkannya untuk kebahagiaan manusia.


Untuk hidupnya, dia beternak ayam. Tetangga jauh datang. Mereka memberinya seorang pembantu wanita. Wanita muda yang tak cantik rupawan. Bibir sumbing. Sepertinya keluarga wanita itu hanya ingin melepas beban dari putrinya yang cacat dan tidak ditengok pria. Samad senang. Apalagi keluarga perempuan itu menghadiahinya sepasan kambing. Kebaikan dan kemudahan selalu datang dari ketulusan dan iman. Itulah yang tidak ada dalam dunia kapitalis. Pikir Samad.


Berjalanya waktu, ternak kambing semakin banyak. Wanita itu sangat telaten menjaga kambing kambing itu. Samad hanya asik dengan dunia tafakurnya. Tapi saat itu juga Samad jatuh cinta kepada wanita itu. Mereka menikah. Keluarga wanita itu senang. Peternakan semakin maju. Samad jadi orang kaya. Diapun membeli lahan lebih luas untuk pertenakannya. Istrinya dia bawa ke dokter bedah plastik. Bibir sumbing berubah jadi bibir manis. Buruk rupa berubah menjadi cantik.


Kecantikan istrinya juga mengubah tabiat istrinya. Dia mulai berpikir. Bagaimana mungkin dia bisa hidup bersama pria gaek di kampung bersama kambing kambing bau. Suatu waktu, istrinya pergi ke kota dan tidak kembali lagi. Samad tinggal bersama tiga orang putrinya. Dia juga tidak peduli istrinya pergi. Hartanya banyak. Belakangan di lahannya ditemukan zeolit. Ada investor kota yang ingin mengolahnya. Mengajak Samad kerjasama. Samad menolak. Dia lebih suka menjualnya. Dia tidak perlu berpikir jauh. Usianya tidak muda lagi. 


Kekayaan yang datang mudah. Membuat pride dan kesombongan mudah bangkit. Samad menikah lagi dengan wanita cantik rupawan. Apapun keinginan istrinya dia penuhi. Dia berharap suatu saat istri pertamanya datang dari kota. Melihat kehidupannya lebih bahagia dengan wanita cantik tampa operasi pelastik. Tapi istri pertamanya tidak pernah datang. Ketiga anaknya tumbuh dewasa, juga hidup hanya bersenang senang. Sampai hartanya habis, istri yang baru 5 tahun dinikahinya,  pergi begitu saja ke pria lain. Ketiga anaknya pergi ke kota. Samad seorang diri dalam kemiskinan. Namun dia masih ada rumah.


Samad mulai mencari Tuhan di masjid. Dari sana dia tahu arti berjihad. Namun sebenarnya dia berharap sorga yang too good to be true. Kekalahan di dunia ada pembenaran. Orang beriman dan beramal soleh tidak butuh dunia. Karena sorga jauh lebih baik. Samad menjual rumahnya untuk disumbangkan bagi gerakan jihad. Samad terpaksa tinggal di Masjid. Namun akhirnya orang mengusirnya. Masjid tidak untuk menampung tunaswisma. Tetapi untuk menyembah Tuhan. 


***


Samad kembali ke kota jadi gelandangan. Tua dan miskin. Tak ada lagi orang yang mengajaknya berjihad. Ketiga anaknya yang perempuan jadi pelacur di kota. Demikian Samad termenung di pojokan pasar. Samad berusaha menghindari kapitalisme. Pergi menyepi di sebuah dusun. Itu bukan karena dia benci kapitalisme. Mengutamakan agama. Tetapi kalah bersaing. Ketika kemudahan dan kemakmuran dia dapat. Dia mulai loba karena laba. Istri buruk rupa diubah jadi cantik dengan uangnya. 


Istrinya yang buruk rupa mau bekerja dan menikah dengan Samad. Itu juga karena merasa kalah dengan kapitalisme. Tetapi ketika dia mendapatkan kesempatan, dia loba. Samad pun dia tinggalkan. Ternyata fantasi bersama pria yang dia cintai jauh lebih besar daripada Samad yang berstatus sebagai suami. Dari koran bekas yang ada di emperan toko. Samad membaca berita. Seorang wanita berusaha ingin meledakan gereja. Belum sempat lakukan. Dia tertangkap. Wanita itu tergoda dengan pria, bukan karena harta dan kegantengannya. Tetapi karena magic word.  Wanita itu adalah  mantan istri pertamanya.


Pituah dan narasi agama memang lebih mudah menjerat orang yang kalah akibat kapitalisme. Akan lebih mudah lagi ketika fantasi too good to be true hidup senang tampa kerja itu ditawarkan.  Sorga jadi fantasi yang menggoda untuk jadi teroris. Samad sadar bahwa dia, korban kapitalisme agama. Istrinya korban kapitalisme agama. Tidak ubahnya dengan ketiga putrinya yang juga korban kapitalisme. 

Namun setidaknya ketiga putrinya tidak sebodoh ayah dan ibunya. Karena mereka menjual “ asetnya” dengan uang. Bukan dari fantasi too good to be true sorga. Mereka berani hidup. Ketiga putriya berproses karena berkah kehidupan. Samad sebetulnya takut bersaing karena loba, itu sebabnya dia mudah jadi predator kapitalisme agama. Mantan istrinya, sebetulnya takut hidup makanya dia berani mati. Keduanya tetap saja korban kapitalisme agama. Membuat segelintir orang kaya dari donasi dan narasi. Kemurnian agama? itu omong kosong!


Monday, March 29, 2021

Jagalah agama, utamakan Akhlak Cinta.

 





Tahun  2006 bulan agustus. Baru dua minggu perang berlangsung antara Hizbullah dan Israel. Saya terpaksa masuk Bairut. Seorang teman penghubung saya di Damaskus membantu saya masuk Bairut lewat Arida, perbatasan Libanon-Suriah. Dengan kendaran corolla dia bawa saya melintasi perbatasan. Kartu pengenal saya membatu saya bisa lolos pemeriksaan petugas. Memang  ketika masuk kawasan Libanon terasa sekali suasana mencekam. Namun situasi keamanan tetap terkendali. Di Beirut saya bertemu dengan penghubung saya. Dia wanita kristian. Yang selalu menggunakan jilbab warna hitam. Namanya Sobia.


Kadang malam saya tidak bisa tidur. Kata Sobia. Saya terus berdoa kepada Tuhan Yesus. Agar mereka diampuni dosanya. Mereka yang bertempur itu karena mereka tidak tahu cinta kasih Tuhan Yesus. Kami harus terus mendoakan mereka. Tidak boleh kehilangan harapan. Tuhan Yesus akan datang dengan cintaNYA meyelematkan manusia dari dosa, demikian tutur Sobia. Saya sempat berpikir. Bagaimana dia memaknai setiap doa yang dia lantunkan. Faktanya, yang selalu datang menolong mereka ketika datang serangan Israel, itu adalah hizbullah yang punya keyakinan perang adalah Jihad. Sobia tetap tidak bisa mengerti. Mengapa kekerasan harus dihadapi dengan kekerasan juga? Pengampunan itu lebih indah.


Dia terlalu yakin akan cinta kasih. Bahkan ketika jamaah Gereja yang berlindung di dalam gereja, tak bisa mengelak dari serangan udara israel. Semua mati dengan tubuh  terbakar.  Dia masih yakin, mereka tidak mati. Mereka hanya pindah dimensi lain. Hidup di sisi Tuhan di sorga. “ Kenapa harus ditakuti kematian.” Kata Sobia. Kristen Yahudi Armenia dibantai begitu saja oleh pasukan Khilafah Turki Usmani. Mereka tidak melawan. Tidak angkat senjata.  Mereka berbaris saling berpegangan di pinggir lobang yang mereka gali sendiri untuk kuburan massal. Kemudian pasukan Sultan membunuh semua termasuk wanita dan anak anak. 


Tidak ada teriakan sakit. Kematian adalah puncak keimanan dan pengorban yang sublime yang tak ada aku, atau kamu, yang ada adalah Tuhan. Dari sana cahaya Cinta terus bersinar  menembus langit ke ketujuh. Sultan akhirnya jatuh, bukan karena amarah Kristen Armenia. Karena miskin Cinta. Sultan bersama keluarganya dipaksa keluar dari Istana. Dipermalukan seperti anjing jalanan. Mereka masuk gerbong kereta. Setelah itu cerita Sultan hilang begitu saja. Tak ada yang bertanya karena rasa ingin tahu. Namun cahaya kristen tak pernah padam. Katanya.


Sobia menemui saya sebelum saya meninggalkan Beirut. Dia minta izin berdoa untuk saya. Kemudian dia mengucapkan doa dengan indah sekali. “ Tenangkan hatinya. Gembirakan hatinya. Selamatkan dia. “ Kira kira itu permintaan Sobia kepada Tuhan untuk saya. Saya terharu. Saya berpikir sederhana. Radikalisme aksi teroris, sepertinya tidak efektif kepada umat kristen yang sudah kenyang dengan aksi teror berabad abad. Mereka terlalu kuat untuk diancam dengan aksi teror. Karena agama yang mendidik cinta kasih akan selalu menang oleh waktu. Tetapi kekerasan dan kemarahan, selalu dipermalukan.


***


Menko Polhukam Mahfud MD mengatakan serangan di Makassar "bukan merupakan bagian dari perjuangan agama dan tidak mewakili agama apa pun. Ini adalah betul-betul teror, ini adalah musuh kemanusiaan. Kalau pelakunya mengatasnamakan perjuangan agama tertentu, berarti dia telah bergama secara salah. Semua agama itu pro kemanusiaan dan anti terorisme," kata Mahfud. Saya setuju pernyataan Pak Mahfud. Yang diteror itu tempat Ibadah. Bukan orang perorang. Tampat Ibadah adalah simbol agama. Tujuannya adalah mengadu domba masyarakat dengan membenturkan Agama. 


Lantas cukup itu saja dimaknai? Kejadian aksi teror menyerang tempat ibadah bukan sekali ini saja. Tapi sudah berkali kali. Akar masalah sudah diketahui oleh Pak Mahfud, yaitu beragama secara salah. Solusinya juga sederhana. Tidak sulit. Apa itu? Negara harus hadir memastikan agar tidak terjadi orang beragama secara salah. Itu artinya sistem pendidikan agama yang tidak benar. Itulah yang harus diluruskan. 


Cobalah mulailah dari hal sederhana yaitu adakan kewajiban sertifikasi pendakwah. Berlaku bagi agama apapun. Setiap pendakwah harus lolos test screening BIN  dan BIA. Harus pengikuti program pelatihan pendidikan mental kebangsaan. Lewat proses itu tidak sulit untuk mengetahui apakah pendakwah terindikasi radikal. Negarapun punya dasar hukum kalau ada pendakwah naik panggung tanpa sertifikasi. Di Mesir, Malaysia yang mayoritas islam, sudah melaksanakan ketentuan bagi pendakwah Islam. Mereka bisa.  Apa hasilnya ? Setelah aturan itu diadakan. Hampir tidak pernah lagi terdengar kejadian aksi teror.


Tadinya saya berharap dengan digantinya Menteri Agama dan menunjuk Menteri agama baru yang juga berasal kader Banser yang terkenal berani menegakan semangat Gus Dur menegakan pluralisme. Tetapi hanya hebat pada awalnya. Setelah itu upaya sertifikasi tenggelam begitu saja. Negara tidak punya design kuat untuk menciptakan kedamaian, terutama bila berkaitan dengan emosi umat islam. Pada tataran politik pemerintah mengakui sumber masalah adalah islam disalah gunakan untuk mencapai tujuan politik. Tetapi karena politik juga pemerintah tidak bisa tegas. 


Masalahnya rumit. Ini bukan hanya soal sekedar politik yang elite tetap butuh dukungan primodial mendapatkan suara dari umat islam dalam pemilu. Tetapi juga berhubungan dengan sistem yang memungkinkan harus tersedianya anggaran anti teror yang sangat besar. Sangat besar untuk dihilangkan begitu saja. Anggaran kementrian agama yang sangat besar untuk pembinaan umat.  Issue besar tentang bahaya teroris perlu terus di update agar anggaran terus ada di pos APBN. Tanpa disadari,  politik juga yang membuat islam direndahkan dan  terus dipermalukan oleh setiap aksi teror. 


Saturday, March 27, 2021

Hidup cerdas.

 



Dalam usia menua. Mengapa ada orang yang tetap sehat dan kuat. Tetapi ada yang ringkih dan lemah. Kondisi itu tidak terkait apakah itu kaya atau  miskin. Tanya Yuni.  Menurut saya. Itu karena manusia makhluk unik. Mengapa ? karena ada akal, nafsu, hati. Ketiga hal itu membuat manusia bisa jadi apa saja. Kalau dia menggunakan akalnya, dia jadi makhluk cerdas. Kalau dia menggunakan nafsunya, dia bisa jadi predator. Kalau dia gunakan hatinya di bisa jadi rahib atau biksu. Kalau dia kombinasikan semua itu ya jadilah dia manusia seutuhnya. Namun jarang sekali manusia sempurna yang bisa gunakan ketiga hal itu.


Itu sebabnya, kadang saya  tersenyum sendiri. Kalau ada orang memaksakan standar dia terhadap orang lain. Seperti standar agama atau idiologi. Atau suami inginkan istri seperti dia mau.  Atau orang tua inginkan anaknya seperti dia mau. Harus patuh seperti standar dia. Apapun alasannya, jelas tidak akan berhasil.  Mungkin saja berhasil bila kebetulan yang dipaksa lemah dan yang yang memaksa kuat. Tetapi itu bukan hubungan normal. Itu tetap saja hubungan antara predator dengan mangsa. Salah satu pasti tidak nyaman. Ketidak nyaman itulah yang akan melemahkan keunikan manusia. Bisa timbul penyakit atau frustasi atau apalah…


Kemajuan dan keunggulan peradaban yang ada sekarang ini diciptakan bukanlah oleh para follower. Tetapi oleh orang orang bebas tanpa terikat dengan standar statusquo. Karena itu nelayan menemukan layar. Tak ingin ikuti standar mendayung. Orang memasang bajak ke punggung sapi karena enggan jadi follow mencangkul. Komputer tercipta karena orang ogah capek melakukan hal yang sama setiap hari. Ahok menciptakan skema non budgeter membangun DKI karena ogah ribut dengan DPRD yang bertele tele dan culas. Jokowi gunakan skema B2B karena tidak mau terhenti programnya karena APBN cekak.


Saya percaya kerja keras itu bisa membuat sukses. Menghamba dan berharap kepada Boss. Itu saya lakukan di masa muda selama 15 tahun. Hasilnya? Saya dimangsa predator. Wajah saya nampak lebih tua dari usia. Hidup saya penuh tekanan. Pengalaman hidup mengajarkan banyak hal. Teryata kerja keras  saja bukanlah dasar kesuksesan. Kerja keras sama sekali tidak ada hubungannya dengan kesuksesan. Jika mereka yang sukses karena kerja keras, itu hanyalah suatu kebetulan belaka dan bukan karena sebab akibat. Standar memaksa orang kerja keras untuk sukses, itu sama saja merendahkan manusia. Kalau boleh simpulkan. Kerja cedas seharusnya.


Akhrnya saya bisa berdamai dengan hidup saya. Saya dengan cara saya.  Ya seperti waktu saya bocah Balita. Saya jalani hidup seperti permainan. Saya melakukan semuanya dengan senang, tanpa beban. Itu dengan cara saya. Orang suka tidak suka. EGP saja. Tiap detik harus fun abis! Apa yang terjadi ? Justru semua hambatan  bisa saya lewati. Mengapa ? karena dalam kondisi fun, otak menghasilkan neurontransmitter yang disebut endorfin. Mirip morfin yang bisa menghilangkan rasa sakit dan menawarkan perasaan nyaman dan tenang. Lihat aja Ahok, keluar dari bui, badan makin gemuk dan dapat bini baru. Jokowi tetap sehat selama jadi presiden. Bisa terus tersenyum. Yang benci dia makin stress dan keliatan gila.


Ya dalam keadaan nyaman maka ide-ide keren akan berebut bermunculan. Kerja menjadi passion. Hambatan dinikmati bukan dikeluhkan. Kalau sukses ya biasa saja. Tanpa euforia. Karena euforia itu bukan pada hasilnya tetapi pada prosesnya. Dalam usia menua. Saya tidak lagi anggap uang penting. Saya kembali kepada hobi waktu saya ABG. Apa itu? menulis dan membaca. Kadang kumpul dengan sahabat. Minum dan bercengkrama. Walau istri saya tidak suka dengan hobi saya itu. EGP aja. Saya dengan hidup saya. Dan saya juga tidak melarang istri melakukan hobi berbisnis dan travelling.  Paham ya sayang..


Wednesday, March 17, 2021

Takdir kita.





Tadi sore sahabat saya datang bertamu ke rumah.  Saya sudah lama tidak jumpa. Terakhir jumpa sebelum Pilpres 2004. Walau kami pernah belajar tasauf pada guru yang sama. Pernah tahun 1983 ikut sembunyi sembunyi diskusi buku Bumi Manusia atau Rumah Kaca di Gedung Stovia, Senen. Pernah sama merasakan dinginnya penjara paska tragedi  Tanjung Priok 1984, namun kami berbeda pilihan. Pilihanya kepada Prabowo. PKS Partai pilihannya. Saya pilih Jokowi dan PDIP tempat saya berlabuh.


“ Kita ini lucu. Kita pernah sama belajar tasauf, pernah gandrung dengan Marhaen Soekarno. Pernah jadi pemberontak. Tapi akhirnya berbeda jalan” Katanya mengawali obrolan.


“ Menurut saya tidak ada yang berbeda. Esensinya sama. Islam dan Marhaen, punya kesamaan prinsip. Sama sama membela kaum tertindas. Ketika kita diskusi tentang Marhaen, Surat Al Maun kita jadikan rujukan. Kemanusiaan kita semakin bertambah. Tauhid kita  maknai mencintai keadilan, setelah kita membaca roman Pram. Karena itu aqidah kita semakin kokoh. Tak lekang karena panas, tak lapuk karena hujan. “


“ Tapi, bro. Hati hati kamu bersikap. Aqidah kamu bisa sesat. Islam ya islam. Tidak bisa disamakan dengan Marhaen. Beda sekali.” Katanya tegas. Saya tersenyum.


“ Ingat engga waktu kita belajar tasauf. Musa berkata kepada bani Israil bahwa dia yang paling tahu. Allah tegur, yang paling tahu itu bukan Musa tetapi Allah.  Kemudian karena itu Musa dimita bertemu dengan Khaidir. Setelah itu apa yang dia pahami secara akal dan agama, ternyata semua salah. “


“ Loh kita kan manusia. Kita paham dan bersikap hanya menyangkut hal yang zahir saja. Yang lain cukuplah Allah tahu.” 


“ Yang zahir itu bukan hanya tersurat. Firman Allah yang tersurat hanya secuil saja. itu sama dengan air yang diteguk seekor burung diatas samudera luas.  Sementara yang tidak tertulis jauh lebih banyak. Kemanapun wajah kamu hadapkan, terdapat ayat ayat Tuhan. Itulah sains yang harus kita gali agar semakin kuat keimanan kita” 

“ Kamu tahu, kesalahan peradaban sekarang karena agama tidak lebih dulu dijadikan pondasi. Akibatnya apapun jadi lemah. Mudah sesat. “ katanya mulai ngegas. Entah apa yang merasuki hatinya sehingga dia berubah radikal.


“ Bro, ingat engga waktu kita di kampung dulu. Orang tua tua kita bangun rumah. Mereka tidak bangun pondasi dulu. Tetapi mereka bergotong royong bangun rangka, atap, dinding dan tiang. Setelah  rumah utuh jadi, mereka gotong rumah yang sudah jadi itu rame rame untuk didudukan diatas tanah. Apabila sudah disepakati tempat dudukan. Maka pondasi dibuat sesuai dengan tekstur lahan. Lahan lereng bukit tentu beda pondasinya dengan yang datar. Itulah budaya kita. 


Begitulah agama dimaknai.  Budaya lebih dulu dibangun, barulah agama dijadikan tempat dudukan. Artinya penerapan agama yang benar itu harus tidak berlawanan denga budaya yang ada. Nah islam itu diterapkan oleh para ulama pada awal diperkenalkan sesuai dengan kearifan lokal. Akibatnya walau ratusan tahun kita dijajah Belanda, islam tetap mayoritas di Indonesia. Orang tidak mau pindah agama, bukan karena faktor keimanan. Tetapi ikatan budaya. Dia malu bila pindah agama. Paham kau?


“ Ya budaya itu harus diubah. Itulah perjuangan islam”


“ Sebelum agama diperkenalkan, budaya sudah lebih dulu ada. Bagaimana kamu akan mengubahnya. Budaya itu takdir kita. Kalau kamu paksakan, akan menimbulkan padadox. Orang beragama tapi tidak beradat. Sholat, ngaji, puasa taat tapi kepada yang berbeda marah terus, emosian terus. Kadang terprovokasi jadi teroris. Dalam lingkup sosial dampaknya luas sekali,  politik tanpa prinsip, kekayaan tanpa kerja keras, perniagaan tanpa moralitas, kesenangan tanpa nurani, pendidikan tanpa karakter, ilmu pengetahuan tanpa kemanusiaan, dan peribadatan tanpa pengorbanan. 


“Ah terus terang aja. Kamu mau bilang apa sih pening saya?


Saya minum kopi seteguk. Kemudian dengan hormat saya berikan kepada dia kopi yang sudah saya teguk itu. “ Ah jangan becanda kau. Kok kasih saya kopi bekas kau minum” 


“ Mengapa ? apakah kopi itu haram?  Kata saya tersenyum


“ Ya tidak. Tetapi engga sopan aja kasih kopi ke tamu yang datang ke rumah” 


“ Oh kamu tersinggung. Soal kepantasan dan sopan santun. Ya kan.”


“ Ya benar”


“ Itulah budaya.” Kata saya tersenyum “ Alur dan patut. Walau halal namun tak patut, tak elok jadinya.” Lanjut saya.


“ Oh…” dia tertegun. 


“ Jadi mengapa PKS, PAN, engga pernah bisa menang lawan PDIP dan PKB?  Karena PDIP dan PKB menerapkan islam dalam kerangkan budaya. Akibatnya  hubungan idiologi dan islam menjadi satu. Mereka terus berkembang, bukan karena pemilihnya takut neraka atau berharap sorga. Tetapi karena agama berkata, budaya menerapkan.  Jalinan yang indah. “ Kata saya tersenyum.


Dia tertegun


‘’Kau terpelajar, cobalah untuk bersetia pada kata hati.” Kata saya.  Dia tersenyum. “ Ah aku ingat itu kalimat dari Roman Bumi Manusia. Setelah berbagai tantangan yang dihadapi, Minke kembali bersekolah dan dia akhirnya juga menikah dengan Annelis dan menikah secara Islam. Ya kan “


“ Ya galilah ilmu apa saja. Perluaslah cakrawala, namun tetap islam di hati kita. “


“ Tapi…”


“ Jangan takut dicap sesat. Dalam hidup cuma satu yang kita punya,  yakni ’’keberanian’’ kalau tidak punya itu lantas apa harga hidup kita ini? Beranilah itjihad dengan niat baik. Hiduplah berakal agar mati beriman. Jangan jadi follower buta. Kasihan kedua orang tua kita yang membesarkan kita. Kalau pada akhirnya kita jadi follower orang lain. “ 


“ Oh ya siapa nama Amoy yang sering temani kamu diskusi di gedung Stovia tahun 1983 ?  katanya tersenyum.


“ Florence. “ 


“ Cantik kali tuh Amoy. Aneh kenapa dia suka dengan kamu yang jelek dan kenapa istrimu juga suka dengan kamu? 

“ Itu berkah anak soleh. Hidup berakal mati beriman.” kata saya tersenyum.


Monday, March 08, 2021

Dont say goodbye.

 




Di Hong Kong saya bertemu dengan teman wanita. Kami killing time di cafe sambil minum Wine.  Saat itu dia ditegur pria. Dia terkejut. Dia langsung berdiri. Menyalami pria itu. Mereka bicara sebentar dengan senyum ringan tampa beban. Setelah itu pria undur diri kembali ke table nya. Dia cerita bahwa pria yang baru saja menyapanya adalah mantan Pacarnya. Mereka sempat mixed live tetapi akhirnya hubungan itu putus.


“ Mengapa? tanya saya.


“ Apapun yang terjadi pasti ada alasanya. Tetapi itu tidak penting untuk diketahui. Cukup dipahami bahwa perpisahan itu telah terjadi. “  katanya tersenyum. 


“ Paham saya. Tapi apakah dia sampaikan alasan itu. ? 


“ Dia tidak pernah berkata apapun. Ketika saya pulang dari kerja kembali ke Apartmen. Dia sudah  tidak ada. Dia kembalikan kunci apartement.”


“ Berapa lama kalian berhubungan ?


“ 5 tahun.”


“Apakah tidak ada arti hubungan sekian lama itu. Setidaknya sikap respect untuk say good bye..” Kata saya.Dia tersenyum. 


Hong Kong adalah kota kosmopolitan. Kota yang berkembang dari beragam pemikiran dan budaya. Dari sana terkristal menjadi budaya modern, orang dewasa dan mandiri. Sulit menerima bagi budaya kita yang masih tergantung kepada bahasa verbal.  Sulit bagi kita yang setiap perpisahan harus ada say goodbye. Kita merasa sangat dekat dengan seseorang tapi ketika berbeda pendapat kita berbicara seperti orang bicara diatas gunung. Nyaring banget. Kekanak kanakan. Percis waktu kita Balita. Semua harus ada tangisan kalau keinginan tidak terpenuhi. 


Padahal dalam hidup ini komunikasi orang dewasa tidak melulu menggunakan bahasa verbal. Komunikasi non verbal juga sama kuatnya. Apalagi bagi orang yang sudah menjalin hubungan sekian lama. Tidak diperlukan lagi bahasa verbal. “ Tidak mengungkapkan adalah ungkapan itu sendiri. “ Diantara mereka sudah terbentuk komunikasi batin. Untuk mudah saling memaklumi dan memaafkan. Yang jadi masalah apabila hubungan itu masih bersifat berusaha memiliki. Maka perpisahan adalah menyakitkan. Seperti Balita kehilangan mainannya. Apapun alasan tidak penting lagi. Pasti tetap menyakitkan.


Dalam hidup ini apapun terjadi pasti untuk sebuah alasan. Orang bisa saja berubah kapanpun dan mereka pergi meninggalkan anda. Biarkan itu terjadi. Saat dia pergi, andapun akan berubah kearah yang mungkin lebih baik. Itu hanya bisa dimaknai bila anda hanya berfocus kepada hidup anda sendiri. Itu bukan antara anda dengan orang lain tetapi antara anda dengan Tuhan. Jadi biasa saja. Engga usah dibuat baper seakan harus seperti yang anda mau.  


Kunci bersikap dewasa dalam hidup ini, hanya satu. Jangan pernah merasa memiliki apapun. Hidup di dunia ini fana. Tidak ada yang abadi. Sadarilah itu. Maka anda akan bahagia. Menjadi orang merdeka lahir batin.  Dont say goodbye. Karena kita hanya berpisah dalam jarak phisk, namun hati kita tetap bersama. Paham ya sayang.


Pemerintah Suriah jatuh.

  Sebelum tahun 2010, kurs pound Syuriah (SYP) 50/1 USD. Produksi minyak 400.000 barel/hari. Sejak tahun 2011 Suriah dilanda konflik dalam n...